Share

Percaya Sama Gue, Oke.

Rama mengunci pintu kamarnya dengan cepat, di belakangnya Hubert hanya diam dan menyerahkan troli berisi piring sisa makanan Jenna kepada pelayan perempuan yang menunduk di sampingnya. Mereka semua menutup mata pada jeritan dan tangisan permintaan tolong Jenna yang tidak ingin di kunci di dalam kamar.

“Awasin Jenna dari kamera pengawas dan jangan biarin sembarangan orang masuk ke kamar ini.” ucap Rama dengan dingin, laki-laki itu juga sudah mengamankan beberapa benda pecah belah dan juga benda-benda tajam di dalam kamarnya, ia khawatir Jenna akan mencoba melukai dirinya sendiri untuk mewujudkan ucapannya mengembalikan ‘kehidupan’ yang sudah keluarga Sore berikan untuk perempuan itu.

Jenna adalah anak perempuan yang tidak sengaja di temukan Maira di jalanan, anak perempuan dengan wajah oriental itu sedang berusaha melarikan diri darikejaran beberapa preman ketika akhirnya nyaris tertabrak mobil yang di tumpangi oleh nyonya keluarga Sore. Maira dan Pandu melakukan banyak hal untuk membebaskan Jenna dari para preman yang sekarang pasti sudah membusuk di penjara, karena itu Jenna selalu merasa berhutang budi kepada keluarga Sore.

“Minta beberapa orang untuk jaga kamar ini, area di bawah balkon juga. Pokoknya jangan sampai ada celah.” Perintah Rama sembari menuruni satu demi satu anak tangga di rumahnya.

“Baik tuan.”

“Inget Hubert, jangan sampai ada kesalahan. Kalau sampai Jenna kenapa-kenapa, kamu yang harus tanggung jawab.” Kepala pelayan mengangguk hidmat, kemudian membukakan pintu mobil untuk tuan mudanya yang muram.

***

 “Buka pintunya.”

“Ta.. tapi tuan.”

“Saya bilang buka pintunya.” Penjaga di depan pintu kamar Rama jelas kebingungan, Bima juga tuan muda di rumah tersebut. Perintah laki-laki itu sama pentingnya dengan perintah Rama yang melarang mereka membukakan pintu kamar yang mengurung Jenna untuk sembarang orang.

“Buka atau saya hajar kalian?”

“Ba..baik tuan, Silahkan.” Para penjaga tidak punya pilihan, Bima jarang menampilkan aura tuan mudanya. Laki-laki itu cenderung bersikap selengean dan usil, tapi begitu Bima menunjukan aura sebagai pewaris keluarga para pekerja tau mereka harus menurutinya jika tidak ingin mendapat masalah.

Bima langsung menghela napas, Jenna benar-benar kelihatan mengenaskan di matanya. Mata perempuan itu bengkak, wajahnya memerah karena terlalu banyak menangis dan Bima yakin sekali kalau tenggorokan perempuan itu terasa sangat sakit sekarang.

“Minta pelayan bawain air.” Ucap Laki-laki itu sebelum membiarkan pintu tertutup. Jenna langsung berlari memeluk Bima, dan menumpahkan semua tangisannya di dada laki-laki tersebut.

“Sttt, enggak apa-apa Jenna. Semua akan baik-baik aja, tenang ya.” Jenna menggelengkan kepala.

“Enggak Bim, semua enggak baik-baik aja. Aku enggak punya apa-apa lagi sekarang.”

“Gue bantu lo kerja di tempat lain nanti, tenang ya.”

“Siklusnya pasti keulang lagi, aku cape.. hiks.. cape Bim.” Jenna melepaskan pelukannya, perempuan itu berusaha mengontrol diri sebentar sebelum melanjutkan kata-katanya.

“Tolong aku Bim, bantu aku untuk pergi dari hidup Rama. Tolong…” Jenna mengatakan permohonannya sembari terisak, hal itu membuat Bima menjadi gamang. Baginya, Jenna sudah seperti adik perempuan tapi Rama adalah abangnya yang selalu menjadi tamengnya dari tekanan sebagai pewaris keluarga, berkat Rama ia bisa bekerja sesuai hobinya di bidang IT.

“Sttt tenang Jenna, percaya sama gue ya. Semua kan baik-baik aja, gue janji akan ada di pihak lo kali ini. Gue janji.” Bima selalu berusaha untuk netral dan tidak ikut campur dalam permasalahan saudaranya dan Jenna, tapi kali ini sepertinya ia harus mulai membuat pengecualian.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status