Manusia hanya bisa berikhtiar dan berdoa tetapi hasil tentu Allah yang menentukan. Lantunan zikir tak pernah karam di bibir sang ustaz. Dia terus merapalkan doa dan zikir untuk kesembuhan sang putra. Begitupula dengan doa sang istri dan anak yang terus melangit dengan penuh kepasrahan.Di depan ruang operasi Ummi Sarah dan Selina duduk menanti pertolongan datang sedangkan Shiza dan Aqsa masih berada di perjalanan menuju ke sana. Sebetulnya Ummi Sarah keberatan jika harus berurusan lagi dengan keluarga Aqsa. Namun Selina berhasil membujuknya demi keselamatan Adam.Selina bersandar pada bahu sang ibu yang terus berlinangan air mata. Pantas saja sedari tadi perasaan Ummi Sarah tidak enak rupanya terjadi kontak batin dengan sang anak.“Ya ampun, Selin, ini sampai gak ngeh, kerudungmu kotor kena darah Nak. Bajumu juga. Bagaimana tadi kamu sholat dalam kondisi seperti ini?”Ummi Sarah menggelengkan kepalanya saat melihat pasmina yang dipakai Selina.Selina mengangkat kepalanya. “Ummi benar,
“Makasih sudah datang kemari Nak Aqsa dan Nak Shiza,” ucap Ustaz Bashor, menyelipkan tasbihnya ke balik jaket yang dipakainya.“Iya, Ustaz, sama-sama. Bagaimana kondisi Adam saat ini?” tanya Aqsa setelah berpikir ulang percakapan yang akan dia bahas dengan calon mertuanya yang gagal. Mungkin baru bakal calon mertua. Dia merasa rikuh gegara kejadian waktu itu. Bagaimanapun dia masih merasa bersalah dengan sikap kedua orang tuanya.“Adam mengalami luka tusuk di bagian perut dan pendarahan hebat karena ususnya terluka. Dia kekurangan darah,” jawabnya singkat.“Oh begitu. Saya turut prihatin dengan apa yang menimpa Adam. Mudah-mudah darah Shiza bisa jadi pendonor,”“Amin. Semoga saja. Soalnya meskipun saya kalau dari segi golongan darah bisa mendonorkan darah, tetapi tidak memenuhi kriteria karena saya hipertensi,”“Shiza cukup menjaga pola makan, mudah-mudahan saja bisa Ustaz,”Shiza disambut perawat dan melakukan serangkaian prosedur donor darah. Setelah dicek ulang memang benar Shiza b
“Argh aku di mana?”Adam mengedarkan pandangannya. Kepalanya masih terasa pusing efek obat bius.“Rumah sakit Mas,” ucap perawat sembari mengecek dan memantau terus tekanan darah Adam.“Ah iya aku terluka …” lirih Adam sangat pelan.“Bagaimana perasaanmu Adam?” tanya dokter bedah.“Perutku sakit,” jawab Adam sembari meringis.“Butuh beberapa bulan untuk pulih kembali. Kamu terkena luka tusuk hingga mengenai usus. Karena luka serius kamu mengalami hipovolemik dan kamu hampir kehilangan seperlima darah dalam tubuhmu sehingga kami harus mencarikanmu donor darah AB Rh negatif … golongan darah yang cukup langka …”Dokter bedah terkekeh.“Begitu Dok?”Adam melirik dengan ekor matanya pada dokter yang berada di sampingnya.“Wah, aku merepotkan ya dok,”Adam tersenyum.“Enggak. Sudah kewajiban kami menolong pasien yang sakit. Untunglah bukan golongan darah Rh-Null yang sangat langka … cuman ada di novel-novel romance…”Dokter itu terkekeh lagi.Adam yang mendengar hal itu terkekeh pelan meski
Setelah memastikan Shiza pulih, kini giliran Selina menjenguk Adam. Shiza dan Aqsa pun ikut tak ketinggalan.“Aa …,” ucap Selina bahkan tanpa salam saat memasuki ruang di mana Adam dirawat. Adam langsung tersenyum lebar melihat adik kesayangannya. Selina langsung menghambur memeluknya dengan erat sehingga Adam meringis.“Ups, sorry Aa …” ucap Selina menyadari pelukannya membuat sang kakak kesakitan.“Gak apa-apa Selin!” sahut Adam dengan suara yang pelan. Dia mencoba meraba pashmina adiknya. “Ganti dulu gih, kamu kucel banget,”“Biarin, kucel juga tetep adik Aa Adam yang paling cantik …”Senyum tak henti mengembang di bibirnya yang manis.Beberapa saat kemudian Adam melirik sekilas pada Shiza yang berdiri di belakang Aqsa.“Gimana Bro?” tanya Aqsa menghampiri Adam dan Selina beringsut mundur untuk memberi jalan pada Aqsa. Selina duduk bersama Shiza di sofa tak jauh dari ranjang itu.“Alhamdulillah, aku kira aku sudah mati …”Adam terkekeh. “Makasih Shiza …” ucapnya melirik dengan ekor
“Kamu diam berarti kamu tidak memaafkanku dan kedua orangtuaku,” cetus Aqsa.“Tidak begitu …”Selina terpaksa menyahut mau tak mau.“Jadi, kamu memaafkanku dan kedua orangtuaku?”“Sebetulnya aku tidak tahu kata maaf Mas itu untuk apa. Mas tidak salah dan kedua orangtua Mas juga tidak salah. Bukankah meminta maaf itu kalau kita ada salah? Berarti kalau tidak ada salah Mas tidak perlu meminta maaf,”Selina akhirnya menoleh meskipun menunduk.“Mas dan keluarga Mas sudah bikin salah sama kamu. Pertama, proses taaruf tidak berjalan sesuai harapan karena sikap respon kedua orangtua Mas berlebihan. Kesalahan kedua, Ustaz Bashor dan Ummi Sarah begitu baik menyambut kami, bahkan menceritakan jati dirimu sebenarnya hanya pada keluarga kami. Namun kedua orang tuaku bersikap kurang bijaksana dan terkesan merendahkan, maaf, ibumu …” jelas Aqsa penuh penyesalan.Saat mendengar perkataan Aqsa, Selina tak mampu lagi menahan tangisnya. Apalagi saat mendengar kata ‘ibumu’. Terdengar isak yang pelan.“S
“Andra?” ucap Fadel saat melihat Mahendra yang ternyata temannya sewaktu kuliah.“Bang Fadel?”Mereka bersitatap beberapa detik.“Astaga! Aku kira kamu siapa?” sahut Andra dengan membulatkan kedua matanya. Mereka pun berpelukan.“Abah, ini adik juniorku waktu di fakultas kedokteran,” ucap Fadel menepuk bahu Mahendra. “Andra ngambil spesialis bedah,”“Wah kebetulan sekali kalian dipertemukan di sini. Masyallah rangkaian peristiwa itu selalu ada hikmahnya,” ucap Ustaz Bashor.“Iya, Abah, eh, Pak Ustaz,” ucap Mahendra pada Ustaz Bashor. “Ustaz, ini Bang Fadel mahasiswa populer di kampus, galak tapi cool, banyak anak mahasiswi junior yang naksir,”Hawa tersenyum getir mendengar ucapan Mahendra lalu melotot pada suaminya.“Eh, lupa ada istrinya, maaf, Bu dokter, itu dulu, sekarang Bang Fadel terlihat berwibawa …” ucap Mahendra dengan tersenyum pada Hawa.“Eh, temu kangennya ditunda dulu, saya mau periksa Adam,”Mahendra mendekati Adam dan memeriksanya.“Adam, sudah mulai baikkan,” ucap Mah
"Dr Andra?" tanya Ummi Sarah.“Iya, Ummi, saya dokter Andra. Terima kasih masih mengenal saya,”Mahendra tersenyum lebar dan melepaskan kacamatanya. “Maaf, Ummi pasti kaget melihat kedatangan saya kemari. Saya ingin menjenguk Adam. Kebetulan saya juga baru pulang penyuluhan,”“Masyaallah, Ummi kira siapa,”Ummi Sarah baru sadar, jika Mahendra memanggilnya dengan sebutan Ummi padahal sebelumnya dia memanggilnya Ustazah. “Makasih dok sudah berkenan kemari. Alhamdulillah Adam sudah membaik. Sekarang Adam sedang istirahat efek obat tidur kayaknya mengantuk. Mari silahkan duduk!” tawar Ummi Sarah mempersilakan Mahendra duduk di kursi teras. Mahendra pun duduk lalu dia menyuruh supir pribadinya untuk membawa sekeranjang buah-buahan untuk Adam.“Ini Bu Ustazah,” ujar supir Mahendra dengan sedikit membungkuk.“Jazakallah, dokter …” ucap Ummi Sarah. “Maaf ya, tunggu sebentar Ustaz Bashor sedang mengisi tausiyah,”“Gak apa-apa Ummi, santai saja,”Mahendra dengan tenang bersedia menunggu Ustaz
Mahendra teringat perkataan Fadel bahwa jika mendekati Ustaz Bashor harus sedikit bersabar. Dia seorang ustaz yang senantiasa berusaha menjalankan apa yang didakwahkannya, syariat Islam. Tak mudah, tetapi Ustaz Bashor akan menerima seseorang yang ingin memperbaiki ilmu agama, berhijrah bersama-sama.Memang benar Fadel bersungguh-sungguh memperdalam ilmu agama saat mendekati Hawa dan itu pun berlangsung hingga sekarang meskipun untuk menjalankannya masih belum seutuhnya karena sikap Fadel yang asli muncul saat telah menjalani pernikahan. Dia suami posesif dan patriarkis. Untuk hal tersebut jauh dari apa yang diajarkan rasulullah. Namun cinta Hawa yang membuat rumah tangganya masih bertahan utuh hingga sekarang.Di dalam rumah, Selina bertanya pada sang ibu.“Ummi, ngapain dokter Andra datang ke sini? Perasaan setahuku jarang ada dokter yang sengaja datang menjenguk pasiennya yang entah dari mana asalnya, baru pertama kali bertemu lagi …”Selina masih tak percaya dengan datangnya Mahen