Subscribe dan bintang 5 dong “Ini tehnya ...! Ma,” ucap Dela sembari meletakkan teh di meja. "Ya, tarok aja di sana." Setelahnya, Dela pun duduk tak jauh dari mamanya. Ia menatap perempuan di depannya, sambil mengingatkan kejadian beberapa waktu yang lalu. “Ma...! Mama ingat kejadian tiga hari lalu ... Kan?” tanya Dela pada Bu Sri yang tengah duduk santai di teras. Kebetulan Sari sedang berada di dapur. Entah apa yang sedang dilakukannya, para benalu tak mau tau, bahkan enggan membantu, tak ada dalam pikiran mereka. Sri mengangguk, sambil menyeruput teh manis yang dibawa Dela. “Emang kenapa, Nak!” “Ma, aku sakit hati diperlakukan mbak Sari kemaren, padahal aku sudah tergiur banget ing
Terima kasih teman, sudah berkenan mampir, jangan lupa vote dan bintang ya. Selamat membaca... “Mas Wisnu!” ucap Sari kaget dan terperanjat dengan kedatangan sosok yang telah lama tak ia jumpai. Sari memandang wajah Wisnu lamat-lamat. Meyakinkan penglihatannya, bahwa pria itu adalah Wisnu. Tak percaya rasanya, bertemu setelah sekian tahun tak bersua. Setelah puas memandang, barulah ia yakin bahwa lelaki yang mengajaknya bicara ini adalah Wisnu. Terakhir bertemu kurang lebih 10 tahun lalu. Semakin gagah dan bersahaja. Tubuhnya dibalut kemeja kotak-kotak hitam senada dengan celananya. Lengan kemeja digulung sampai batas siku. Bodinya semakin berisi dan bersih. Sepertinya hidupmu bahagia Mas. Tak sepertiku hidup selalu dalam penderitaan.
Terima kasih telah berkenan mampir, jangan lupa vote dan bintang ya, biar tidak ketinggalan setiap update. “Kamu mau balikan sama mantanmu itu, iya...!” Sari membelalakkan matanya penuh emosi dalam relung hati. Dadanya sesak menerima semua kenyataan di depan mata. Sari tak menyangka suaminya tega selingkuh di belakangnya. Apa kurangnya dia. Semua telah ia perjuangkan untuk suaminya. Bahkan waktu dan uang telah ia ikhlaskan untuk membantu suaminya. Tapi apa balasan yang ia terima. Beban yang berada di pundaknya selama ini, seolah-olah tiada artinya. Jerih payahnya tak bernilai apa pun. Sirna. Sungguh tragis memang. Sari teramat menyesalkan petbuatan Heru suaminya. “Kamu jangan asal tuduh,” ucap Heru marah karena di tuduh selingkuh. “Jangan menyangkalnya, sudah jelas-jelas bukti ada di depan mata,” balas Sari lantang. &n
Pov Heru Dari sore hujan mengguyur bumi. Kalau sudah hujan begini, tak heran sebagian tempat tergenang air yang mengakibatkan macet di mana-mana. Langit mencurahkan hujan dengan derasnya, disertai petir menggelegar. Beberapa karyawan tampak meneduh dipinggir jalan. Begitu juga yang ku alami, aku baru saja pulang dari pabrik tempat aku bekerja. Badanku hampir basah semua, karena aku paksakan jalan menerobos hujan. Aku tau Sari sangat takut dengan petir, apa lagi ia seorang diri di rumah. Aku jadi tidak tenang dibuatnya. Tak lama kemudian, akhirnya aku sampai juga di rumah. Aku segera meraih handuk dan mengganti pakaian. Setelahnya aku masuk ke kamar. Benar saja, saat sampai di dalam kulihat Sari meringkuk dibalik selimut. Untungnya aku selalu membawa kunci cadangan, jika tidak, mungkin aku akan terkunci di luar. Aku segera
Selamat membaca Masih pov Heru Apakah sejak aku tidak berpenghasilan, sehingga sikapnya pun mulai berubah. Atau karena aku jarang meringankan beban yang berada di pundaknya. Bukan kemauanku untuk tidak memiliki penghasilan, aku adalah pekerja keras. Setelah di PHK saja, aku tidak memiliki penghasilan. Lalu tepatkah alasan pengangguran, aku diperlakukan sebagai laki-laki yang kurang bertanggung jawab. Heru sungguh menyesalkan sikap Sari padanya. Ku akui, aku memang tidak suka mengerjakan pekerjaan wanita, pekerjaan itu seakan-akan merendahkan martabat dan harga diriku. Yang terpenting aku mencukupi segala kebutuhannya. Jadi kerjaan rumah adalah bagian dari kewajibannya. Bukannya suami dan istri memiliki tugas dan kewajiban masing-masing. Aku sebagai suami bertugas mencari nafkah, sementara ia sebagai istri bertugas mengurus rumah tangga. Jadi jelask
Heru segera melangkah ke kamar, melihat kondisi Sari. Sesampainya di kamar terlihat Sari dalam keadaan baik. Tidak menangis seperti sebelumnya. Alhamdulillah dia mulai kuat dan tegar. Heru cukup tenang melihat Sari dalam keadaan tenang. “Maafkan atas sikap Mama, Bun!” ucap Heru mendekati Sari yang sedang rebahan di tempat tidur. “Mama salah telah memaksamu. Tak seharusnya mama memaksakan keinginannya,” ucap Heru sedih. Heru memandang Sari, sekilas tak sengaja ia melihat jejak air mata di wajah Sari. “Bunda habis nangis, ya,” tanya Heru gusar. Sari menggeleng, “Ini tadi mata bunda kelilipan.” Jawab Sari berbohong. Heru memandang iba pada Sari, ia tahu Sari telah membohonginya. Terlalu berat beban yang ditanggungnya. Ia tidak boleh diam terus, yang ada m
Terima kasih telah berkenan mampir, jika tidak keberatan mohon kasih vote dan favorit ya, biar makin semangat melanjutkan cerita ini. “Dela! boleh mama masuk!” tanya Sri di depan pintu kamar anak gadis yang sangat disayanginya. “Masuk aja, Ma. Pintu tidak dikunci! Kok.” Sahut Dela dari dalam. “Kamu lagi apa!" “Ini! Ma, lagi ngerjain tugas. “Mama ganggu ga.” “Udah mau selesai ini. Gak ganggu kok, Emang ada apa, Ma” Dela menatap bingung sang mama sambil menunggu penjelasan darinya. “Mama sakit hati pada mbakmu itu, gara-gara dia mama dapat bullyan dari tetangga, sampai sekarang masih membekas dalam hati. Setiap kali mama ketemu mereka, selalu sindiran yang mama dengar. Sungguh keterlalu
Subscribe dan bintang 5nya dong. Malam sudah semakin larut, Dela tidur dengan gelisah. Sebentar miring ke kanan, sebentar miring ke kiri, terkadang telentang. Kembali air matanya terjun bebas dari pipinya yang mulus. Besok adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Sebelum papa meninggal 4 bulan yang lalu, setiap ulang tahunnya pasti di rayakan. Tahun ini hanya tinggal impian. Hidupnya telah berakhir, hanya tinggal penderitaan dan kesengsaraan. “Andai papa masih hidup, tentu hidupnya tidak serumit ini. Mama bisa ikut arisan, aku bisa beli apa yang aku inginkan. Aku bisa nikmatin hidupku dengan nyaman. Aku tidak perlu cuci baju sendiri, bebas menikmati makan yang aku suka, sekarang seringkali kelaparan. Semua berubah setelah kepergian papa” Dela melamun menatap langit-langit kamar. Matanya enggan terpejam. Tiba-tiba ia ingat rencana kemaren, kali ia ini tidak mau gagal