"Ada apa kamu datang kemari? Apa kamu ingin kembali rujuk denganku?" tanya Aisyah pada pria yang baru saja turun dari mobil dan berdiri di depannya. "Hah,,," Arka terperanjat mendengar pertanyaan Aisyah yang tiba-tiba. " Apa kamu bersedia?" tanyanya balik dengan hati yang berdebar. Aisyah menatap lurus pada mata Arka. "Jika aku bersedia apa kamu berani melawan agama dan orang tuamu untuk kembali bersama denganku?" tantangnya lantang. "Aisyah!!" tegur Salma mendekat sambil membawa sekantong belanjaan di tangannya. "Jangan bicara sembarangan kamu! Ayo masuk kita bicara di dalam." Salma menatap Arka sebentar lalu menarik putrinya masuk ke dalam rumah. Di belakang mereka Arka pun berjalan mengikuti. "Kamu itu ngomong apa sih? Ayahmu pasti akan marah besar kalau tahu kamu berbicara seperti itu sama Arka," omel Salma begitu mereka sampai di ruang tamu. "Kenapa Ayah harus marah sama aku Bu? Seharusnya Ayah marah sama dia," Aisyah mengarahkan jari telunjuknya pada Arka yang baru saja mem
Tak terasa waktu sudah berlalu dengan begitu cepat. Satu tahun sudah setelah perpisahan Aisyah dengan Andaru dan wanita cantik itu masih betah menyendiri. Hatinya masih terkunci untuk cinta yang baru. Sudah habis jari Jafar menghitung berapa kali dirinya menolak pinangan laki-laki yang hendak memperistri Aisyah. Putri sulungnya itu selalu beralasan belum siap untuk kembali membina rumah tangga. Masih trauma katanya. Jafar sudah hampir habis kesabaran menghadapi sikap putrinya yang keras kepala. Aisyah putrinya yang baik tapi akan sulit untuk diatur jika sudah menyinggung prinsip dan pemikirannya. "Laki-laki seperti apa yang ingin kamu nikahi?" ujar Jafar dengan kesabaran yang sudah hampir habis. Pria paruh baya itu langsung menceramahi putrinya begitu keluarga laki-laki yang hendak melamarnya pergi. Meski Aisyah sudah memasang wajah memelas namun tetap saja Jafar terus mengomel karena kesal dengan sikap putrinya. "Ini sudah ke berapa kalinya kamu menolak? Gak baik Ai, nanti ja
Pagi ini kepala sekolah mengumumkan jika Diknas membuka pendaftaran untuk relawan guru yang bersedia di kirim ke luar pulau Jawa. Ke desa-desa terpencil yang kekurangan tenaga pendidik. "Hanya untuk satu tahun. Banyak guru-guru yang sudah di kirim ke sana. Mungkin dari kalian ada yang ingin berbagi ilmu dengan anak-anak yang ada di pedalaman," ujar kepala sekolah. Sebagian besar dari guru-guru di sekolah itu menolak, tidak berminat meninggalkan keluarga mereka untuk pergi ke pedalaman meski mendapat penawaran yang menarik untuk jenjang karir setelah kembali dari sana. Jika banyak terang-terangan menolak, Aisyah hanya diam saja. Jujur, hatinya merasa terpanggil untuk mengajar anak-anak di daerah pelosok negaranya. Mereka punya hak yang sama, mendapatkan pendidikan yang layak dan itu kewajibannya sebagai abdi negara. Sampai jam istirahat Aisyah masih termenung di mejanya. "Bu Aisyah ingin pergi ke sana?" Suara berat yang membuyarkan lamunannya. "Oh Pak Haidar?" Aisyah mendongakka
Sekitar pukul sembilan malam Andaru memasuki rumah besar keluarga Pradipta. Rumah mewah yang lebih mirip istana dengan segala kemewahan yang di impikan banyak orang di luar sana. Tapi tidak dengan Andaru, istana ini bak penjara yang menyimpan kenangan pahit tentang kematian kakaknya. Kini semakin terasa sepi semenjak kematian ayahnya satu tahun yang lalu. Langkah Andaru terhenti begitu melihat mamanya yang berdiri di depan tangga sedang memandangnya sambil tersenyum. Andaru mengerutkan dahinya, "Ada yang ingin Mama bicarakan?" tanyanya datar. "Mama sudah tahu wanita yang membuat kamu menolak di jodohkan?" ujar Mama Andaru dengan wajah sumringah. Kerutan di dahi Andaru semakin bertambah. "Siapa wanita yang Mama maksud?" Selama ini Andaru masih menyimpan rapi tentang sosok wanita yang dicintainya. Sementara ini hanya Zachary yang mengetahui tentang Aisyah. Apa mungkin temanya itu yang memberitahu mamanya? pikir Andaru. "Wanita ini kan yang ingin kamu nikahi? Sampai-sampai kamu me
Pagi ini Kepala sekolah memberikan surat pemberitahuan keputusan mutasi Aisyah dan Haidar. Mereka akan dikirim ke sebuah desa terpencil di luar pulau Jawa. Di tempatkan di sekolah yang sama sesuai permintaan kepala sekolah agar ada yang menjaga Aisyah di daerah orang. Mengingat ibu guru cantik itu belum pernah mutasi sampai luar pulau. "Hanya untuk satu tahun. Tapi kalian bisa memperpanjang waktu jika masih ingin mengabdi di sana." tutur kepala sekolah. "Terima kasih Pak," ucap Aisyah dan Haidar bergantian. "Tapi saya harap hanya setahun saja dan segera kembali ke sekolah ini." Harapan kepala sekolah. "InsyaAllah, setelah satu tahun kami akan kembali ke sekolah ini," ucap Haidar yang juga mendapat anggukan dari Aisyah. "Baik persiapkan diri kalian. Minggu depan kalian akan berangkat." ucap kepala sekolah lalu mempersilahkan Aisyah dan Haidar kembali ke kelasnya masing-masing. Pukul 12 siang Aisyah merapikan mejanya lalu bergegas pulang menggunakan motor maticnya. Setengah jam p
"Iya. Apa kamu mau jujur masalahnya apa?" tanya balik Aisyah menatap lekat kedua bola mata Arka. Arka mengerutkan dahinya, "Kok aku? Bagaimana sih kamu," Pria itu tertawa renyah. "Memangnya apa yang tidak aku katakan dengan jujur sama kamu?" ucapnya setelah berhenti tertawa. Aisyah kembali tersenyum tipis. Dalam hati dia berniat mengikuti permainan Arka. "Ya mungkin saja ada yang kamu sembunyikan sesuatu dari aku," sahutnya sambil mengangkat bahunya."Oh iya, kamu tau gak Ayah dan Om Mahendra pergi ke pesantren?" Aisyah berpura-pura seolah sedang mengadukan perbuatan orang tua mereka kepada Arka. "Tidak. Aku gak tahu," jawab Arka menggeleng. "Papa gak cerita kalau mau ke pesantren," sambungnya lalu menyesap secangkir es kopi yang di pesannya sebelum Aisyah datang. "Beneran kamu gak tahu?" Desak Aisyah dengan tatapan berubah Sinis. "Bener," jawab Arka santai."Minum dulu jus stroberinya!" Pria itu menunjuk segelas jus yang berwarna pink. "Sebenar ada apa? Kenapa kamu seperti sedan
"Laki-laki yang Ayah sebut baj*ngan dan brengs*k adalah korban dari Mas Arka. Penggrebekan itu adalah rencana Mas Arka dan Meysa mantan kekasih Andaru. "Apa?" Kompak Jafar dan Mahendra mengarahkan matanya Aisyah. "Kamu gak asal bicara kan?" tanya Jafar memastikan ucapan putrinya. "Arka Jelaskan!!!" sentak Mahendra. Arka membisu dengan kepala tertunduk. "Kenapa diam?" Aisyah menatap sinis pada mantan suaminya itu. "Apa perlu aku yang menjelaskan?" Arka mendongakkan wajahnya "Tidak. Aku bisa sendiri." Tidak ingin harga dirinya semakin rendah di mata Aisyah. Dia memilih untuk mengakui kesalahannya. "Saya sakit hati dan cemburu pada Andaru. Karena itu saya dan Meysa membuat rencana untuk menjebaknya," jelas Arka. "Maksudnya menjebak?" Mahendra memicingkan matanya. "Kejadian penggrebekan itu adalah rencana aku, Pa. Aku sengaja menyewa perempuan untuk berpura-pura tidur dengan Andaru. Berbohong jika Aisyah sakit juga bagian dari rencanaku agar Ayah dan Ibu datang sehingga aku bisa
"Jangan-jangan Mbak menjadi relawan karena ingin mencari Kak Andaru?" tanyanya dengan memicingkan mataPlakkk....."Aww,, Sakit Mbak," keluh Zeyn meringis sambil mengelus pundaknya yang di pukul Aisyah. "Ck,.... Kamu bisa gak sih diajak ngomong serius?" decak kesal Aisyah. "Ha hah..." Zeyn tertawa renyah Kakak perempuannya memang sangat penurut dan terlalu jujur. Sekalinya membantah malah didiamkan berhari-hari oleh ayahnya. Sekali-kali berbohong bukankah hal yang wajar? "Apa kamu pikir aku suka bohong?" gerutu Aisyah. "Aku tahu Mbak tidak berbohong. Makanya aku bicara seperti itu supaya jadi reverensi Mbak untuk bertindak," jelas pemuda itu cengengesan. "Jadi orang jangan terlulu lurus napa? Belok belok dikit mah gak papa Mbak nanti juga sampai di tujuan." Sambungnya yang langsung mendapat tatapan tak suka dari Aisyah. "Keluar sana! Aku mau tidur, besok aku naik pesawat pagi." Aisyah mendorong pundak adiknya. "Ngomong sama kamu malah bikin emosi," gerutunya sembari merebahkan t