Andaru Pradipta Reksa, adalah pewaris tunggal perusahan Pradipta group. Perusahaan pertambangan batu bara dan emas terbesar di Asia. Namun karena tidak mau di atur hidupnya Andaru memilih keluar dan dan menjalani hidupnya sesuai keinginannya. Dalam. keluarga Andaru semua keputusan hanya akan diambil oleh kakeknya. Andaru yang tidak mau hidupnya di jadikan boneka seperti almarhum kakaknya memberontak dan memilih hidup tanpa uang dari keluarga Pradipta. Beberapa hari setelah kejadian penggerebekan itu Andaru di jemput paksa oleh kakeknya karena papanya meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil dan Andaru sebagai pewaris tunggal harus menggantikan posisi papanya sebagai CEO Pradipta group. "Seharusnya kamu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi? Jika dia benar-benar mencintaimu pastinya akan mempercayai penjelasanmu," ujar Zachary teman lama Andaru yang baru kembali dari S2 nya di Belanda. "Ya.." jawab Andaru menoleh pada sahabatnya itu. "Hal pertama yang ingin aku lakukan saat itu ada
"Aku ingin bermain-main sebentar,," sahut Meys sambil tersenyum penuh arti. Andaru segera berjalan menuju pintu namun langkahnya terhenti ketika tiba-tiba wanita yang bersama Meysa berdiri menghadangnya. "Minggir!" sentak Andaru dengan wajah kesal. "Kamu tambah tampan jika marah-marah begitu," goda wanita itu tersenyum genit. "Ayolah kita main-main sebentar! Aku benar-benar kangen dimasuki kamu." Meysa meraba punggung Andaru hingga membuat pria itu kaget dan spontan menepis kasar tangan mantan kekasihnya itu."Jaga sikapmu Sya!" Tatapan tajam Andaru lurus pada Meysa. "Sebaiknya kalian keluar sekarang juga!!!" Suara Andaru mulai meninggi. "Aku akan pergi setelah mendapatkan yang aku inginkan," ujar Meysa lalu mengeluarkan botol kecil dari dalam tasnya. "Lihat apa yang bisa aku lakukan," sambungnya lantas menyemprot cairan ke muka Andaru. Tak sempat menghindar, Andaru segera mengusap wajahnya yang basah karena ulah Meysa."Apa yang,,,," ucap Andaru merasa pusing, tubuhnya terhuyun
"Ada apa kamu datang kemari? Apa kamu ingin kembali rujuk denganku?" tanya Aisyah pada pria yang baru saja turun dari mobil dan berdiri di depannya. "Hah,,," Arka terperanjat mendengar pertanyaan Aisyah yang tiba-tiba. " Apa kamu bersedia?" tanyanya balik dengan hati yang berdebar. Aisyah menatap lurus pada mata Arka. "Jika aku bersedia apa kamu berani melawan agama dan orang tuamu untuk kembali bersama denganku?" tantangnya lantang. "Aisyah!!" tegur Salma mendekat sambil membawa sekantong belanjaan di tangannya. "Jangan bicara sembarangan kamu! Ayo masuk kita bicara di dalam." Salma menatap Arka sebentar lalu menarik putrinya masuk ke dalam rumah. Di belakang mereka Arka pun berjalan mengikuti. "Kamu itu ngomong apa sih? Ayahmu pasti akan marah besar kalau tahu kamu berbicara seperti itu sama Arka," omel Salma begitu mereka sampai di ruang tamu. "Kenapa Ayah harus marah sama aku Bu? Seharusnya Ayah marah sama dia," Aisyah mengarahkan jari telunjuknya pada Arka yang baru saja mem
Tak terasa waktu sudah berlalu dengan begitu cepat. Satu tahun sudah setelah perpisahan Aisyah dengan Andaru dan wanita cantik itu masih betah menyendiri. Hatinya masih terkunci untuk cinta yang baru. Sudah habis jari Jafar menghitung berapa kali dirinya menolak pinangan laki-laki yang hendak memperistri Aisyah. Putri sulungnya itu selalu beralasan belum siap untuk kembali membina rumah tangga. Masih trauma katanya. Jafar sudah hampir habis kesabaran menghadapi sikap putrinya yang keras kepala. Aisyah putrinya yang baik tapi akan sulit untuk diatur jika sudah menyinggung prinsip dan pemikirannya. "Laki-laki seperti apa yang ingin kamu nikahi?" ujar Jafar dengan kesabaran yang sudah hampir habis. Pria paruh baya itu langsung menceramahi putrinya begitu keluarga laki-laki yang hendak melamarnya pergi. Meski Aisyah sudah memasang wajah memelas namun tetap saja Jafar terus mengomel karena kesal dengan sikap putrinya. "Ini sudah ke berapa kalinya kamu menolak? Gak baik Ai, nanti ja
Pagi ini kepala sekolah mengumumkan jika Diknas membuka pendaftaran untuk relawan guru yang bersedia di kirim ke luar pulau Jawa. Ke desa-desa terpencil yang kekurangan tenaga pendidik. "Hanya untuk satu tahun. Banyak guru-guru yang sudah di kirim ke sana. Mungkin dari kalian ada yang ingin berbagi ilmu dengan anak-anak yang ada di pedalaman," ujar kepala sekolah. Sebagian besar dari guru-guru di sekolah itu menolak, tidak berminat meninggalkan keluarga mereka untuk pergi ke pedalaman meski mendapat penawaran yang menarik untuk jenjang karir setelah kembali dari sana. Jika banyak terang-terangan menolak, Aisyah hanya diam saja. Jujur, hatinya merasa terpanggil untuk mengajar anak-anak di daerah pelosok negaranya. Mereka punya hak yang sama, mendapatkan pendidikan yang layak dan itu kewajibannya sebagai abdi negara. Sampai jam istirahat Aisyah masih termenung di mejanya. "Bu Aisyah ingin pergi ke sana?" Suara berat yang membuyarkan lamunannya. "Oh Pak Haidar?" Aisyah mendongakka
Sekitar pukul sembilan malam Andaru memasuki rumah besar keluarga Pradipta. Rumah mewah yang lebih mirip istana dengan segala kemewahan yang di impikan banyak orang di luar sana. Tapi tidak dengan Andaru, istana ini bak penjara yang menyimpan kenangan pahit tentang kematian kakaknya. Kini semakin terasa sepi semenjak kematian ayahnya satu tahun yang lalu. Langkah Andaru terhenti begitu melihat mamanya yang berdiri di depan tangga sedang memandangnya sambil tersenyum. Andaru mengerutkan dahinya, "Ada yang ingin Mama bicarakan?" tanyanya datar. "Mama sudah tahu wanita yang membuat kamu menolak di jodohkan?" ujar Mama Andaru dengan wajah sumringah. Kerutan di dahi Andaru semakin bertambah. "Siapa wanita yang Mama maksud?" Selama ini Andaru masih menyimpan rapi tentang sosok wanita yang dicintainya. Sementara ini hanya Zachary yang mengetahui tentang Aisyah. Apa mungkin temanya itu yang memberitahu mamanya? pikir Andaru. "Wanita ini kan yang ingin kamu nikahi? Sampai-sampai kamu me
Pagi ini Kepala sekolah memberikan surat pemberitahuan keputusan mutasi Aisyah dan Haidar. Mereka akan dikirim ke sebuah desa terpencil di luar pulau Jawa. Di tempatkan di sekolah yang sama sesuai permintaan kepala sekolah agar ada yang menjaga Aisyah di daerah orang. Mengingat ibu guru cantik itu belum pernah mutasi sampai luar pulau. "Hanya untuk satu tahun. Tapi kalian bisa memperpanjang waktu jika masih ingin mengabdi di sana." tutur kepala sekolah. "Terima kasih Pak," ucap Aisyah dan Haidar bergantian. "Tapi saya harap hanya setahun saja dan segera kembali ke sekolah ini." Harapan kepala sekolah. "InsyaAllah, setelah satu tahun kami akan kembali ke sekolah ini," ucap Haidar yang juga mendapat anggukan dari Aisyah. "Baik persiapkan diri kalian. Minggu depan kalian akan berangkat." ucap kepala sekolah lalu mempersilahkan Aisyah dan Haidar kembali ke kelasnya masing-masing. Pukul 12 siang Aisyah merapikan mejanya lalu bergegas pulang menggunakan motor maticnya. Setengah jam p
"Iya. Apa kamu mau jujur masalahnya apa?" tanya balik Aisyah menatap lekat kedua bola mata Arka. Arka mengerutkan dahinya, "Kok aku? Bagaimana sih kamu," Pria itu tertawa renyah. "Memangnya apa yang tidak aku katakan dengan jujur sama kamu?" ucapnya setelah berhenti tertawa. Aisyah kembali tersenyum tipis. Dalam hati dia berniat mengikuti permainan Arka. "Ya mungkin saja ada yang kamu sembunyikan sesuatu dari aku," sahutnya sambil mengangkat bahunya."Oh iya, kamu tau gak Ayah dan Om Mahendra pergi ke pesantren?" Aisyah berpura-pura seolah sedang mengadukan perbuatan orang tua mereka kepada Arka. "Tidak. Aku gak tahu," jawab Arka menggeleng. "Papa gak cerita kalau mau ke pesantren," sambungnya lalu menyesap secangkir es kopi yang di pesannya sebelum Aisyah datang. "Beneran kamu gak tahu?" Desak Aisyah dengan tatapan berubah Sinis. "Bener," jawab Arka santai."Minum dulu jus stroberinya!" Pria itu menunjuk segelas jus yang berwarna pink. "Sebenar ada apa? Kenapa kamu seperti sedan