Ting, Ting, Ting.. Bel sekolah berbunyi tepat pukul 12 siang. "Ok, pelajaran untuk hari ini cukup sampai di sini," ucap Aisyah mengakhiri pembelajaran untuk hari ini. "Untuk Zahira dan Reyhan jangan lupa pelajari soal-soal yang ibu kasih untuk latihan olympiade bulan depan." Sambungnya mengingatkan dua siswanya. "Baik Bu Ai," sahut siswa-siswi kompak. Sejak Aisyah mengajar di SD Kendalsari sudah lebih dari sepuluh piala dan mendali yang di dapatkan anak didiknya dari berbagai olympiade sains dan sastra. Aisyah tak segan mengeluarkan uang pribadinya untuk biaya pendaftaran dan membeli peralatan siswa-siswinya untuk mengikuti olympiade dan lomba-lomba karya sastra. Wanita berumur 24 tahun itu benar-benar mendedikasikan dirinya untuk mendukung siswa-siswinya dalam berbagai bidang.Kepala sekolah sangat bangga sekaligus salut dengan semangat Aisyah yang tanpa kenal lelah membuat sekolah Kendalsari yang dulunya sepi peminat sekarang menjadi sekolah favorit. Dan itu merupakan kebanggaan
Dengan penuh kekesalan Aisyah berjalan menyusuri jalan sendirian. Sesekali ia menghela nafas panjang sat kembali teringat sindiran pedas mantan suaminya beberapa menit yang lalu. Di selingkuhi? Apa Arka sudah hilang ingatan? Dia sendiri yang selingkuh bisa-bisa menyindir dirinya yang selingkuh, pikir Aisyah.Kedua tangan ibu guru itu mengepal kuat di kedua sisi tubuhnya sebagai pelampiasan emosi yang sudah terasa sampai di ubun-ubun. Di ujung jalan nampak seorang pria tampan berdiri sambil menendang krikil yang ada di sekitar kakinya. Pria itu adalah Andaru Pradipta Reksa. Ia sedang menunggu pujaan hatinya dengan sebatang coklat di tangan kanannyaSebuah senyum terbit dari wajah tampan Andaru saat ia mendongakkan kepalanya, nampak Aisyah berjalan dari arah berlawanan. Hatinya langsung berbunga-bunga setelah melihat wanita yang sudah sangat di rindukannya dari seminggu yang lalu itu berjalan ke arahnya. Namun senyum itu segera sirna ketika Andaru menyadari jika wajah cantik itu nampa
Sudah hampir lima menit tapi Aisyah masih belum juga menyambut uluran tangan Andaru. Matanya menatap dalam pada mata tajam milik Andaru. Ada rasa ragu yang masih mengganjal di hatinya untuk menerima ajakan pertemanan dari pria yang secara tidak langsung menjadi penyebab kekacauan di hidupnya dua tahun lalu. "Apakah menjadi temanmu aku juga tidak pantas?" tanya Andaru masih dengan mengulurkan tangannya. Ia tidak akan menyerah, jika kali ini Aisyah menolak ia akan mencoba besok dan besoknya lagi. Aisyah menghela nafas sepenuh dada, tatapan matanya beralih pada tangan Andaru. 'Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Siapalah aku, hingga pantas menilai ketulusan orang.' Suara hati Aisyah. "Baiklah." Aisyah menjabat tangan Andaru. "Dengan satu syarat,""Apa?" sahut Andaru cepat dengan wajah berbinar. "Jangan lagi mengatakan kamu tidak pantas, karena kita sama. Aku juga memiliki banyak dosa." "Siap laksanakan!" Andaru meletakkan telapak tangannya di keningnya. "Kalau kamu ingin
Aisyah baru selesai sholat magrib ketika terdengar pintu pagar besi rumahnya berbunyi. Teng... Teng... Teng.... Dengan kening yang berkerut Aisyah mengintip dari balik tirai jendela ruang tamu. Nampak sesosok pria yang tidak terlalu jelas wajahnya dikarenakan suasana yang gelap. Sore tadi Aisyah lupa untuk menyalakan lampu teras rumahnya. "Siapa sih yang datang magrib-magrib begini? Gak ada mengucap salam, orang apa bukan ya?" gumam Aisyah menyalakan lampu teras lantas membuka pintu rumah. Matanya menyipit, "Mas Arka?" ucapnya memastikan jika penglihatannya tidak salah. "Ya, buka pintunya!" suruh Arka dengan wajah dingin dan rahang mengeras. Aisyah tak bergerak, dari wajah Arka terlihat jika kedatangannya tidak dengan disertai niat baik. Ada firasat buruk muncul di hatinya setelah melihat wajah dingin dan tak bersahabat dari mantan suaminya itu sehingga membuat Aisyah ragu untuk membuka pintu pagar rumahnya. "Aku bilang buka pintunya!" sentak Arka dengan wajah garang yang sonta
Setelah kedatangan Arka ke rumah Aisyah, kini ibu guru cantik itu berusaha untuk meminimalisir pertemuannya dengan mantan suaminya itu. Setiap kali mereka hampir bertemu Aisyah akan langsung menghindar dan berbalik arah.Aisyah juga akan langsung menolak jika di mintai tolong untuk mengantar makan siang atau dokumen ke tempat proyek dimana Arka bekerja. Seperti siang ini, Aisyah kemabli menolak ketika Kepala sekolah memintanya untuk mengantarkan undangan tasyakuran untuk Arka dan anak buah pria itu. "Maaf Pak, kalau saya minta orang lain saja yang mengantar boleh kan Pak? Pekerjaan saya banyak dan sudah menumpuk sejak kemarin," tolak Aisyah dengan menawarkan solusi lain. "Bu Shania mungkin bisa atau Bu Mila," sambungnya mengulurkan tangan meminta undangan yang di bawa oleh kepala sekolah. "Iya gak papa. Yang penting ada yang mengantar," jawab kepala sekolah lalu menyerahkan beberapa undangan yang di bawanya. "Terima kasih."Setelah kepala sekolah pergi, Aisyah masuk ke dalam kelasn
"Gak itu tidak benar." Shania menyahut. "Aisyah tidak melakukan kesalahan, tapi dia hanya sedang sial saja karena memiliki suami brengsek yang suka selingkuh tapi menuduh istrinya selingkuh." Deghhh.... Aisyah dan Arka kompak menoleh pada Shania yang membantah ucapan Aisyah. "Apa maksudnya?" tanya Arka dengan menahan emosi yang langsung muncul begitu mendengar ucapan Shania. Bisa-bisa Aisyah berbohong pada teman-temannya dan memutar balikkan fakta tentang alasan perceraian mereka, pikir Arka. "Pak Arka kenapa?" tanya Angga dengan kening berkerut. "Oh itu, saya hanya penasaran saja dengan apa yang di katakan Bu Shania," jawab Arka salah tingkah karena semua orang memandangnya aneh."Oh,," kompak shania dan Angga mengangguk sambil tersenyum tipis pada Arka lalu melanjutkan kegiatannya menikmati soto yang ada di hadapan mereka. Aisyah menghela nafas lega, 'Syukurlah gak ada yang ada yang membahasnya lagi,' ucapnya dalam hati sembari mengaduk dan bersiap menyuapkan satu sendok nasi
Sekitar pukul delapan pagi, Andaru datang ke rumah Aisyah. Pria tampan itu datang dengan membawa nasi kuning untuk sarapan bersama. Sebelum datang Andaru sengaja mengirim pesan untuk memberi tahu Aisyah akan kedatangannya. "Kamu tidak lupa membelikan aku juga kan?" sahut Shania keluar dari ruang tamu menuju kursi teras dimana Aisyah dan Andaru berada. "Oh tentu saja, ibu guru Shani. Saya belikan paket komplit," ujar Andaru mengacungkan dia jempolnya. "Bagus. Kamu jangan lupa aku yang sudah membantu membujuk Aisyah." Shania balik memberi dua jempol pada Andaru. "Siap Bu!!" ucap Andaru tegas. Aisyah tersenyum geli melihat tingkah dua orang itu. "Ayo makan keburu dingin," ucapnya sembari meletakkan bungkusan nasi kuning di atas piring lalu menguburkannya ke depan Andaru dan Shania."Ngobrolnya sambil makan," ujar Aisyah dengan senyum manis yang selalu membuat Andaru tertegun."Woy, Aisyah nyuruh kamu makan! Bukan ngeliatin dia," tegur Shania mengetuk meja depan Andaru dengan sendok.
"Si siapa yang mengatakan itu? Tentu saja tidak?" bantah Maya gugup. "Jangan berbohong lagi Ma!" sentak Arka dengan tatapan tajam dan wajah memerah. "Apa benar foto-foto itu palsu dan Mama-lah yang membayar orang untuk membuat foto dan video laknat itu?" Sontak saja Maya ketakutan, tubuhnya gemetaran dengan wajah pucat pasi. Selama Maya tinggal. di rumah Mahendra tidak pernah sekalipun ia melihat putra tirinya itu semarah ini. Rasa takut mulai menjalar di hati dan pikiran Maya hingga membuatnya mendadak bisu. "Jawab Ma!!" Suara Arka menggelegar sampai terdengar ke lantai satu rumahnya. "Mengapa tega melakukan ini padaku? Apa yang tidak aku lakukan untuk Mama? Semua yang Mama inginkan tidak pernah aku bantah, tapi satu keinginanku pun tidak dapat Mama mengerti." "Arka!! Hentikan!!" teriak Mahendra sambil berjalan cepat mendekati Arka yang mencengkeram kedua lengan Maya dengan penuh amarah. Mahendra sedang berada di ruang kerjanya saat asisten rumah tangganya memberi tahu jika Arka