Tanpa menunggu lebih lama Jafar segera meminta penjelasan Aisyah begitu mereka sampai di teras rumah."Jelaskan apa yang tadi Ayah lihat!" ujar Jafar sambil menahan emosi yang sudah memanas di dadanya. Aisyah yang masih bingung dan sock dengan sikap kasar ayahnya, hanya bisa terdiam sembari memikirkan harus memulai dari mana awal cerita dirinya mengenal Andaru. Mata Jafar melotot, "Kenapa diam?" sentaknya dengan suara meninggi yang seketika membuat Aisyah berjinggat kaget. "Yah tenanglah dulu," sahut Salma memegangi lengan Jafar untuk menenangkan suaminya itu yang sekarang sedang di selimuti amarah. "Kita bicara di dalam saja, malu kalau kedengaran warga sini," sambungnya lalu menarik suaminya masuk ke dalam rumah dan di ikuti Aisyah. "Sekarang jelaskan!" perintah Jafar setelah mereka duduk di ruang makan. Sebelum berbicara Aisyah menarik nafas panjang untuk sedikit menormalkan degup jantungnya yang sejak berdetak sangat cepat yang diakibatkan oleh rasa takutnya. Dari awal Aisyah
Pukul enam pagi Jafar sudah berdiri di depan teras untuk menunggu Aisyah bersiap. Ya pria paruh baya itu berniat mengantar putrinya seperti apa yang dikatakannya semalam. Mulai hari ini Jafar akan mengantar jemput Aisyah mengajar. Pria paruh baya itu juga memutuskan akan segera membawa Aisyah pulang ke Jakarta saat musim libur sekolah tiba. "Pak sarapan dulu," ucap Salma berdiri di depan pintu ruang tamu. "Nanti saja setelah mengantar Aisyah," jawab Jafar menoleh sebentar lalu kembali mengarahkan pandangannya jauh ke depan. "Apa harus sampai seperti itu Yah? Kasihan Aisyah, nanti malu sama rekan-rekan gurunya yang lain." ujar Salma lantas berjalan mendekati suaminya itu. "Akan lebih memalukan lagi kalau putri kita bergaul dengan laki-laki brandalan yang kurang ajar itu," ucap Jafar lalu menoleh pada istrinya itu. "Suruh Aisyah bergegas! Katakan aku sudah menunggunya," lanjutnya memerintah. Salma menghela nafas, suaminya adalah orang yang sangat tegas dan sulit sekali untuk diluluh
Sudah dua hari Aisyah berada di jakarta. Hari pertama yang dilakukan Aisyah hanya berdiam diri di rumah untuk melepas rindu dengan ibu dan adiknya. Hari kedua Aisyah ikut Ayahnya ke toko untuk sekedar menemani ayahnya itu berjualan. Dan hari ini rencananya Aisyah ingin menemui sahabatnya, Reina. Sekalian mengunjungi Zahra muridnya di sekolah lamanya dulu. "Kamu jadi mau ketemu Reina?" tanya Salma saat Aisyah baru keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah rapi. Sebuah hem putih dipadupadankan dengan celana jeans biru tak ketinggalan tas selempang berwarna hitam. "Iya Bu, sekalian nanti mau ke rumah Zahra," jawab Aisyah sembari berjalan mendekati ibunya yang sedang membereskan piring bekas sarapan Ayahnya. "Ayah sudah berangkat?" sambungnya mengarahkan tatapannya ke arah jam dinding. "Sudah, toko sedang ramai, jadi berangkat lebih awal. Kasihan Joko kewalahan kalau ayahmu datangnya kesiangan," jelas Salma sembari menuangkan nasi goreng buatannya ke dalam piring. "Makasih," uca
Aisyah pov. Aku sedang melipat mukena setelah sholat dzuhur ketika terdengar suara keras dari ruang tamu rumah kami. Segera kuletakkan mukena dia tas meja dan berlari ke luar. "Ada Bu," tanyaku menoleh pada ibu yang juga berjalan tergopoh-gopoh dari arah dapur. "Gak tau Ai," jawabnya sembari berlari dan segera ku ikuti. "Beraninya kamu datang ke rumahku, menebus dosa katamu?" Suara ayah semakin membuat langkah kakiku melaju cepat. Tiba-tiba muncul rasa takut dan khawatir mulai menyelimuti akal pikiranku. Jantungku berdegup kencang. Jangan-jangan... "Astaghfirullah Yah,," teriakku berlari mendekati ayah yang sedang memukuli Andaru. Tangan dan kakinya bergantian memukul dan sesekali menendang Andaru higga pria itu tersungkur. Namun belum sempat tanganku menggapai Andaru dari sisi kananku sebuah tangan menarikku dan memelukku dari belakang dengan sangat erat. Seketika aku menoleh, "Zeyn,, lepas!" Aku berusaha menarik tangan Zeyn agar terlepas dari bahuku. "Aku bilang lepas Zeyn!!
"Baiklah," ucap Ayah setelah menghela nafas panjang dan dalam. "Saya akan memaafkan kamu, tapi dengan syarat,,.."Jantungku berdebar kencang menunggu apa saya syarat yang akan diminta Ayah. "Menjauhlah dari Aisyah." Degh,,,, Jantungku seperti berhenti berdetak. Baru saja aku merasakan bahagianya jatuh cinta, kini aku harus merelakan rasa itu kemabli sirna. Sejak awal aku sudah bisa menebak jika Ayahku pasti akan meminta hal itu. "Jika kamu benar-benar mencintai Aisyah, kamu harus menuruti perintah saya untuk menjauhinya. Pikirkanlah, bagaimana orang-orang akan memandangnya jika mereka tahu Aisyah memiliki hubungan dengan pria yang ada di video dan foto-foto yang kamu buat dulu. " Andaru menundukkan kepalanya, terdengar helaan nafas berat dari pria itu. "Tidak adakah hal lain yang bisa saya lakukan untuk menebus dosa dan kesalahan saya?" ucapnya memelas. "Tidak ada!!" jawab Ayah tegas. "Aisyah harus memilih kehilangan kami keluarganya atau menjauhi kamu," Ayah mengarahkan pandanga
@Andaru[Izinkan aku untuk menjadi pelangi untukmu, Setelah semua badai yang telah kau alami. Kamu mungkin tak selalu selalu bahagia bersamaku, Tapi aku bisa memastikan akan melakukan segalanya untuk membuatmu bahagia. Aku tahu begitu hebatnya badai itu memporak-porandakan hatimu, Namun percayalah cintaku setulus pelangi yang datang selepas badai pergi.Jadi aku mohon jangan pernah menyerah untuk mempercayaiku.] Pesan yang di kirim Andaru ke nomor ponsel Aisyah pagi ini. Aisyah duduk di halaman belakang rumahnya saat sebuah pesan masuk melalui aplikasi gagang telpon di ponselnya. Pesan dari pria yang sudah dua hari ini memenuhi pikirannya. "Memang ya, orang yang sedang jatuh cinta kebanyakan suka melamun," celetuk Zeyn tiba-tiba sudah berdiri di depan Aisyah. "Awas lo, ntar kesambet setan penunggu pohon mangga," candanya ikut duduk di samping Aisyah. "Mau di pukul pakai sapu? Atau diam!!" sahut Aisyah melirik kesal. "Ish, gitu amat. Emang anak sama emak sebelas dua belas galak
"Silahkan jika kamu ingin menjalin hubungan dengan Andaru, tapi dengan satu syarat," "Syarat apa Yah?" "Tolong untuk sementara waktu, kamu jangan mengajaknya ke rumah," ujar Jafar dengan tatapan sendu. Aisyah tertegun hatinya terasa teriris mendengar kata 'Tolong' terlontar dari kedua bibir sang ayah. Selama ini ayahnya itu sangat tegas tapi hari ini ia melihat bahwa ayahnya sedang memohon pada putrinya sendiri. "Ayah dan Ibu belum siap kembali menjadi bahan gunjingan dan cibiran warga sekitar. Kasihan Ibumu kalau sampai tertekan lagi. Ayah tidak tega melihatnya menangis," "Maafkan Aisyah Yah," ucap Aisyah menunduk penuh sesal.Sama halnya dengan Jafar, ia sendiri juga tidak menginginkan jika kejadian dua tahun lalu itu kembali terulang. Entah siapa yang salah? Mantan Suami dan mertuanya yang menjadi akar terjadinya peristiwa itu atau Andaru yang menjadi eksekutor dari rencana Mantan Ibu mertuanya.Namun yang pasti fitnah dua tahun itu sangat menyakiti keluarganya. Dan Aisyah sen
Dua minggu setelahnya semua sudah kembali pada kehidupannya masing-masing. Aisyah kembali ke kota kecil tempatnya di mutasi. Begitu juga Andaru ia juga kembali mengikuti kemana wanita yang dicintainya itu tinggal. Sembari bekerja di bengkel lelaki tampan itu mengirim beberapa lamaran pekerjaan sesuai dengan ijazah kuliahnya. Andaru adalah lulusan S1 Sarjana tehnik mesin. Sama halnya dengan Aisyah dan Andaru, mantan suami Aisyah, Arka juga masih di kota yang sama untuk menyelesaikan tender pembangunan gedung sekolah yang dimenangkan perusahaannya selama 6 bulan ke depan. Namun berbeda dengan sikap Arka sebelumnya, kini pria itu bisa lebih bisa mengendalikan diri untuk tidak lagi mendekati Aisyah. Arka tidak lagi datang ke sekolah jika tidak ada hal yang benar-benar penting. Mantan suami itu lebih sering menyuruh anak buahnya datang ketimbang datang ke sekolah kecuali hal yang benar-benar tidak bisa di wakilkan baru dia akan datang sendiri menemui kepala sekolah. Seperti siang ini n