“Permisi, ini benar rumah Reva?” tanya seorang pengrias, kepada Mega yang berada di hadapannya.Mega dengan cepat menganggukkan kepalanya. “Iya, silahkan masuk,” jawab Mega. Dia sudah mengira jika itu adalah pengrias Reva, yang akan mempercantik kakaknya tersebut.“Siapa yang datang Mega?” tanya sang ibu, yang mempersiapkan makanan kecil di dapur.“Pengrias kak Reva, Bu!” Jawab Mega.Mega pun mengantarkan pengrias kedalam kamar Reva, Reva nampak baru selesai mandi dan pengrias tersenyum melihat Reva yang sangat cantik.“Wajahmu sangat cantik walau belum dirias, ahh aku tak bisa membayangkan bagaimana wajahmu sudah di rias nanti,” ujar Pengrias kagum, membuat Reva tersenyum canggung.“Tidak ada, kamu juga cantik,” jawab Reva.“Mau rias sekarang?” Tanya Pengrias.Reva hanya menganggukan kepalanya, pengrias menyiapkan alat-alat yang akan dipakai. Ditaruhnya diatas meja yang ada di kamar Reva. Reva memakaikan wajahnya pelembab sendiri, karena memakai pelembab pribadi. Pengrias mempersiap
Pintu terbuka menampilkan Reva yang sudah duduk di meja rias, ibunya tersenyum melihat Reva yang sangat cantik. “Sangat cantik sekali anak ibu,” ujar ibu Reva dari ujung pintu.Reva tersenyum mendengarnya. “Makasih ya Bu.” Ibu Reva menganggukan kepalanya.“Mega, kamu dengarkan jika nanti ada yang datang. Ibu mau mandi dulu, lalu bersiap-siap,” pesan Ibu Reva, dibalas acungkan jempol oleh Mega. Ibu Reva pergi dari hadapan mereka, Mega pun mengambil ponselnya dan mengajak Reva untuk berfoto.“kau sangat cantik sekali,” ujar Mega, menatap hasil potretan mereka berdua. Reva tersenyum, dia melihat bagaimana hasilnya. “Kau juga sangat cantik.” Mega menaruh ponselnya, dan memegang kedua pundak Reva, sambil tersenyum dengan hangat. “Mbak sangat cantik sekali, aku menjadi iri melihatnya. Bagaimana jika Mas Roy tidak terpikat melihat mbak” ujar Mega, membuat Reva terkekeh pelan.“Kamu juga cantik. Kamu sudah berapa kali memuji mbak seperti itu,” jawab Reva, heran melihat Mega yang selalu s
Lamaran berjalan dengan lancar, walau banyak sekali tantangan yang harus mereka lewati namun akhirnya terlewatkan juga.Masih sama, keluarga Roy dan Reva tidak akur, mereka sangat sinis seolah mereka ada musuh yang akan selalu menjadi musuh.“Kita tidak akan menunda banyak waktu lagi, pernikahan akan diselenggarakan satu bulan lagi,” ujar Pak Toni, dengan nada yang bisa terdengar jika ia malas mengatakan hal tersebut kepada mereka.Reva sedikit terkejut mendengarnya, namun ketika melihat cincin lamaran yang sudah terpasang di jarinya dengan indah, ia pun tersenyum dalam hati.“Iya, Roy setuju. Roy juga tidak ingin menunggu terlalu lama,” jawab Roy, membuat mereka menganggukan kepalanya secara serempak.Ibu Reva menatap Roy dengan tajam dan sinis, membuat Bu Wendah menatapnya juga dengan tajam. “Saya harap kamu bisa menjadi imam yang baik nantinya buat anak saya, saya tidak mau putri kesayangan saya salah jalan karena kamu,” ucap Ibu Reva berhasil memancing emosi Bu Wendah yang sudah
Reva tak menjawab, dia hanya menghembuskan nafasnya dengan pasrah. Dia pasi yakin, jika ibunya sudah terpaksa untuk merias. Dan dia hanya bisa bersyukur.Pengrias pun datang, mereka menghiasi wajah Reva yang sedang tidak baik-baik Saja. Namun Mega selalu menghibur Reva, agar bisa kembali tersenyum dan tidak memikirkan masalah apapun yang nantinya akan terjadi ke depannya.“Resepsi akan di lakukan rumah pria kan?” tanya Pengrias membuat Mega menganggukan kepalanya dengan cepat.“sudah jelas itu mbak,” jawab Mega.“Mbak jangan terlalu di pikirkan apapun yang belum terjadi, semakin kita pikirkan itu pasti menjadi kenyataan,” kata pengrias lagi, kepada Reva. Namun Reva hanya bisa membalasnya dengan senyuman manisnya.Pengrias pun dengan cepat bisa menghiasi wajah Reva, Rambut dan juga memakai baju pengantin yang sangat bagus.Setelah selesai pengrias puk pergi, Reva hanya bisa diam di dalam kamar. Menunggu Roy untuk datang dan meminang dirinya. Lain haknya dengan Roy, yang baru saja bers
Roy dan Reva kini sudah sah menjadi suami istri, pernikahan mereka berjalan dengan lancar. Walau banyak yang tak suka dengan hari pernikahan mereka, tapi setidaknya mereka bisa melangsungkan semuanya dengan baik.Roy dan Reva berada di rumah singgah milik Roy, dengan barang-barang yang sudah banyak berada di ruang tamu.“Gak apa kan, jika aku ajak kamu tinggal disini? Soalnya ada Bi Ira jadi kamu tidak kesepian berada disini,” ujar Roy.Reva membalasnya dengan senyuman manisnya. “Tidak apa, aku sudah senang jika berada disini,” jawab Reva, membuat Roy menghembuskan nafasnya.“Mari bibi bantu bawa barangnya,” ujar Bi Ira, dengan senyum senangnya. Membantu Roy dan Reva memindahkan barang-barang, yang mereka bawa ke dalam kamar baru mereka.Mereka membersihkan kamar, menata kamar dan barang-narang agar terlihat lebih rapi. Reva sungguh senang, melihat Bi Ira yang senantiasa membantu mereka, dan sangat senang dengan kehadiran Reva dimari.“Bi duduk dulu, bibi udah banyak bantu. Nanti keca
Bu Wendah pun pergi dari ruangan tersebut, Roy mengusap wajahnya dengan kasar. “Ada-ada aja,”, kesal Roy.Roy pun kembali melancarkan tugasnya untuk membuat proposal yang sempat tertunda, karena hari pernikahan nya membuat dia tidak sempat membuat proposal tersebut.Tiga jam waktu berlalu, Roy sudah selesai membuat proposal yang akan di setor. Dia meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa sangat pegal, melirik jam tangan menujukkan pukul enam sore. “Aku harus pulang, sudah lewat,” gumam Roy. Dia membereskan barang-barang diatas meja. Lalu dengan cepat keluar dari ruangan, dan tak lupa untuk mengunci pintu.Roy menutup seluruh pintu ruangan, dan mengunci pintu utama di kantor. Dia hendak masuk ke mobil, namun pandanganya tertuju kepda sebuah mall baru di depan kantornya.Timbul niat Roy untuk memasuki mall tersebut, tanpa pikir panjang ia masuk ke mal. Melihat baju branded yang sangat indah, membuat dia ingin Reva memakainya.“Jika Reva yang memakai, mungkin akan terlihat sangat cant
Rumah Lama RevaSetelah selesai makan malam, mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Namun lain halnya dengan Reva dan Roy, yang berada di ruang tengah menonton televisi sambil berbicara banyak hal random. Reva sangat senang menonton film rekomendasinya, dengan kepala yang menyender di bahu Roy.“Besok aku libur, apakah kau tidak ingin Shopping atau jalan-jalan?” Tanya Roy, menatap Reva dari samping.Reva menggelengkan kepalanya. “Aku belum ada kepikiran, kalau kamu ada aku mau ikut aja,” jawab Reva dengan sedikit kekehan, membuat Roy tersenyum.“Baiklah-baiklah.” Roy mangut-mangutkan kepalanya. Dia juga beruntung memiliki pendamping seperti Reva, tidak meminta banyak hal. Tidak seperti wanita lain, yang meminta banyak hal kepada dirinya. Roy kembali menatap televisi, film di hadapannya sangat membuat mereka tertarik untuk menonton lebih jelasnya.“Reva, apakah kamu ingat rumah yang dulu kamu pernah tinggali?” ujar Roy, membuat Reva mengerutkan keningnya sambil menganggukkan kepal
Pandangan Reva tertuju ke seluruh penjuru, melihat pemandangan yang membuat sekilas memorinya teringat. Reva benar menahan tangis, dia tak ingin Roy tahu jika dia mengingat suatu hal di sana. Namun dia merasa sedikit berbeda dari halaman depan rumah tersebut. “Lihat Reva, ini masih sangat bagus. Dari luar saja sudah terlihat sangat terawat,” ujar Roy, menjelaskan kepada Reva. Reva menganggukan kepalanya. “Kan kamu yang menjaganya, pasti sudah masih bagus,” jelas Reva. “Apakah kau juga mendekorasi halaman rumah ini?”Roy mengangguk. “Iya, tanaman disini sudah layu semua. Jadi saat aku ganti dengan yang baru, aku memutuskan untuk mendekorasi ulang,” jelas Roy.“Ini juga terlihat lebih bagus dari yang lama.” Reva menatap disekitar, banyak bunga-bunga yang tertanam, ada juga pot-pot bergantung di depan rumah.“Mau masuk lagi?” ajak Roy, Reva menghembuskan nafasnya sambil mengangguk-anggukan Kepalanya.“Ayo.”Roy mengandeng tangan Reva, membuka pintu rumah tersebut. Terlihat rumah itu y