Share

BAB 6

"Raizel Eliezer! Lama tidak berjumpa!" seru Richardo saat menginjakkan kaki di ruangan pribadi Raizel.

Gabby meringkuk ketakutan dalam dekapan Richardo. Dia benar-benar tak mengerti kenapa bisa kembali ke tempat ini. Terlebih lagi, kenapa Richardo bisa mengenal Raizel?

Pria tampan bertubuh kekar itu cukup terkejut melihat kehadiran Richardo bersama Gabby.

"Paman? Bagaimana kau bisa...."

"Ck, ck, ck!" Richardo berdecak, memotong pembicaraan Raizel.

"Bagaimana kau bisa seceroboh ini, Rai? Untung saja aku yang menemukan dia. Bagaimana kalau polisi lain?" tanya Richardo, seraya menghela napas.

Gabby mendongak, menatap Richardo yang lebih tinggi darinya. Kemudian pandangannya teralihkan pada sosok Raizel yang tengah menyilangkan kedua tangan di depan dadanya.

Raizel menggerakkan rahang. Merasa kesal saat melihat wajah gadis mungil di hadapannya. Dia masih mengingat jelas saat Gabby menendang titik vitalnya.

"Aish! Dasar kau setan kecil!" geram Raizel.

Gabby membenamkan wajahnya di tubuh Richardo. Dia takut jika Raizel murka dan memukulnya.

"Ssh, ssh, ssh! Jangan takut, Gadis kecil," ucap Richardo sedikit menenangkan.

"Meskipun dari luar dia tampak seperti singa, tapi hatinya lembut bagaikan anak kucing. Aku sudah mengenalnya sejak dia kecil," tambah Richardo.

"Apaan sih, Paman! Jangan mencoreng citraku di depan bocah ini," gerutu Raizel.

Richardo tertawa terbahak-bahak, lalu melepaskan rangkulannya dan melangkah menghampiri Raizel.

Pria tua itu menepuk-nepuk pipi Richardo lalu berjalan pelan mengelilinginya.

"Aku tahu kau tak akan pernah bisa menyakiti wanita. Meskipun kau mempekerjakannya, tapi kau tak pernah sekalipun menyiksa atau memukul mereka. Toh, wanita yang bekerja untukmu semuanya atas dasar sukarela."

Gabby mengerutkan kening mendengar perkataan Richardo.

"Apa benar yang dikatakan polisi itu?" tanya Gabby dalam hati.

"Gadis kecil, siapa namamu?" tanya Richardo, menoleh ke arah Gabby.

"Ga-Gabby, Pak," jawab Gabby sedikit terbata.

"Gabby! Aku akan bercerita sedikit untukmu. Pasti kau bingung kenapa aku mengenal pria menyebalkan ini," ucap Richardo sambil menyalakan cerutu.

"Paman! Sudah kubilang berkali-kali jangan merokok di ruanganku!" gerutu Raizel.

Richardo berdecak sebal seraya mendelik. Namun dia tak menanggapi ucapan Raizel. Pria tua itu memilih untuk melanjutkan ceritanya.

"Sejak kecil aku bersahabat dengan Roy Eliezer, ayahnya Raizel. Dulu aku terlahir dari keluarga miskin, sedangkan Roy sudah kaya dari lahir. Meskipun dari keluarga kaya, Roy tak memanfaatkan harta orang tuanya untuk berfoya-foya. Dia justru memutar otak untuk mengembangkan bisnis meskipun dengan cara yang ilegal. Dari bisnis itulah Roy membantu menyekolahkanku hingga aku berhasil masuk ke instansi kepolisian."

Gabby menyimak cerita Richardo dengan saksama. Sesekali dia melirik ke arah Raizel untuk melihat ekspresi wajahnya.

"Aku masih ingat bisnis pertama yang dijalankan Roy adalah jual beli narkoba dalam skala besar hingga berhasil menjadi mafia paling berkuasa dan ditakuti di negara ini. Sayang sekali dia meninggalkanku lebih dulu bersama istrinya dalam kecelakaan pesawat."

Raizel memutar bola matanya jengah lalu memotong ucapan Richardo.

"Sudahlah, Paman! Gabriella tak butuh sebuah cerita drama."

"Tidak apa-apa! Lanjutkan saja! Aku mendengarkan," ucap Gabby, memotong pembicaraan Raizel.

Richardo terkekeh sambil mengepulkan asap.

"Kau lihat, Rai? Dia tertarik dengan ceritaku.

"Ayo ceritakan lebih lanjut, kenapa Bapak bisa menjadi Inspektur Jenderal padahal tahu kalau sahabat Bapak adalah seorang mafia kelas kakap."

Raizel menggertakkan rahangnya hingga berkedut. Dia benar-benar kesal kepada Gabby hingga membentak gadis itu.

"Bisa diem nggak, lo?" Raizel membelalakkan matanya agar terlihat seram.

Sementara Gabby memasang raut nyinyir.

"Apaan sih, dasar om-om tua hipertensi! Kerjaannya marah-marah mulu."

Meskipun Gabby menggerutu dengan pelan, tapi Raizel bisa mendengarnya.

"Apa lo bilang?" tanya dia mulai kesal.

Pria tampan itu tak tahan lagi ingin membungkam mulut Gabby. Dia pun melangkah dengan tergesa untuk menghampiri Gabby.

Namun saat Raizel berjalan dengan begitu gagah, sialnya dia malah tersandung lipatan karpet hingga badannya limbung dan memeluk Gabby.

"Aduh!" teriak Raizel dan Gabby secara bersamaan.

Kedua sejoli itu saling bertatapan dengan jarak yang begitu dekat.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status