Share

BAB 5

“Kau baik baik saja, Nak?” tanya pria tua berkumis tebal dengan perut buncit yang tertutup mantel. Sebelah tangannya memegang senapan yang dia pakai untuk berburu.

Gabby membuka matanya secara perlahan setelah mencium aroma minyak eucalyptus yang dioleskan oleh pak tua di lubang hidungnya.

Pandangan Gabby yang semula kabur perlahan terlihat jelas. Dia memicingkan kedua matanya setelah melihat sosok pria tua di hadapannya yang tersenyum lega saat gadis itu tersadar.

“Si-siapa Anda?” tanya Gabby, gemetar. Dia terbangun, mengambil posisi duduk. Kemudian menyeret mundur tubuhnya hingga menimbulkan suara daun kering yang bergesekan di atas tanah.

“Tenang! Tenang! Saya polisi!” seru pria tua itu, sambil menunjukkan lencana anggota yang semula tertutup mantel.

Gabby menatap pria itu dengan penuh curiga. Sesekali memutar lehernya untuk menatap sekeliling hutan. Dia khawatir jika pria yang ada di hadapannya adalah salah satu kaki tangan Raizel yang berhasil menangkapnya.

"Perkenalkan, saya Inspektur Jenderal Richardo. Kamu tak perlu khawatir, Nak. Apa ada sesuatu yang mengancammu hingga kau terlihat sangat ketakutan?" tanya Richardo sambil menyerahkan kartu tanda anggotanya.

Gabby segera mengambil kartu itu untuk dia baca dan perhatikan dengan saksama. Akhirnya gadis itu mulai tenang karena Richardo benar-benar seorang Inspektur Jenderal dari kepolisian.

"I-iya, Pak! Saya menjadi korban tawanan oleh seorang pria jahat. Namun saya berhasil kabur ke hutan ini," jawab Gabby gemetar sambil mengembalikan kartu anggota kepolisian milik Richardo.

"Pria jahat?" tanya Richardo dengan sebelah alis yang terangkat.

Dengan sigap Gabby bangkit lalu memegang kedua tangan Richardo.

"Iya, Pak! Tolong selamatkan aku! Sepertinya pria itu adalah mafia yang memiliki banyak bisnis ilegal," ucap Gabby, menggebu-gebu."

Richardo memicingkan mata sambil mengusap-usap kumis tebalnya.

"Kamu tenang dulu! Ceritakan pelan-pelan. Bagaimana kamu bertemu dengannya?"

Gabby menghirup napas panjang lalu mengembuskannya secara perlahan. Setelah dirasa tenang, akhirnya Gabby menceritakan seluruh kejadian yang dia alami tanpa ada yang terlewat satu pun.

Richardo menyimak cerita Gabby dengan saksama hingga akhirnya dia bertanya,

"Dimana tempat tinggal pria itu?"

Gabby menelan luda seraya memejamkan matanya. Dia berusaha mengingat kembali suasana rumah Raizel yang membuatnya sedikit trauma.

"Dia tinggal di dekat hutan ini. Rumah yang terlihat besar dan sangat megah di sebelah utara," jawab Gabby, meyakinkan.

Richardo menghela napas panjang hingga akhirnya merangkul Gabby untuk berjalan menelusuri hutan.

"Apakah kau ingin aku ke sana untuk menangkapnya?" tanya Richardo, mengerutkan kening.

Gabby menggeleng kuat dengan mata terbelalak.

"Jangan sekarang! Terlalu berbahaya, Pak. Lebih baik kau membawa pasukan untuk menangkapnya! Di sana banyak sekali ajudan dan staf yang bekerja untuk pria itu.

Richardo pun mengangguk sambil mengulas senyum.

"Baiklah. Lebih baik aku mengantarmu pulang. Di mana rumahmu?" tanya Richardo seraya menuntun Gabby untuk berjalan menuju mobilnya.

"Sebenarnya aku tidak punya rumah, tapi Bapak bisa tolong antarkan aku ke rumah saudaraku," jawab Gabby dengan tatapan penuh harap.

"Baiklah! Ayo kita berangkat!"

Setelah keluar dari hutan, Gabby dan Richardo pun memasuki mobil dan segera pergi dari sana.

Akhirnya Gabby bernapas lega karena merasa telah diselamatkan oleh Richardo. Dia pun memberitahukan alamat saudaranya agar segera diantarkan tempat tujuan.

Namun baru beberapa meter Richardo mengendarai mobilnya, Gabby merasa heran karena jalan yang dilewati bukanlah arah ke tempat pulang.

"Pak? Kenapa putar balik? Ini bukan arah rumah saudaraku," ucap Gabby mengernyit heran.

Richardo hanya tersenyum sambil melirik Gabby dari kaca spion yang ada di dashboard mobil.

"Aku hanya ingin mengantarmu pulang," ucap Richardo dengan tenang.

"Ta-tapi ini bukan arah pulang, Pak!" protes Gabby.

Kepanikan gadis itu semakin memuncak kala mobil Richardo memasuki pekarangan rumah Raizel.

Beberapa ajudan yang membuka gerbang untuk Richardo membungkukkan badan seraya memberi hormat.

"Pak, kenapa Bapak tahu rumah ini?"

tanya Gabby dengan mata terbelalak.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status