Malam harinya Xinlaire kembali ke kediamannya. Pria itu mendapatkan laporan bahwa Raylene belum menyentuh makan malamnya sama sekali, wanita itu juga belum meminum obatnya.Ketika ia memasuki kamarnya, ia melihat Raylene sedang berbaring miring memunggunginya."Selir Raylene, apakah kau sudah tidak memedulikan Kakakmu yang ada di penjara?" Xinlaire terpaksa menggunakan cara ini untuk mengancam Raylene.Raylene masih memejamkan matanya, Xinlaire sangat licik. Pria itu masih ingin menipunya dengan menggunakan kakaknya yang saat ini sudah tidak ada di penjara. Namun, ia akan mengikuti permainan Xinlaire. Ia akan membuat Xinlaire berpikir bahwa ia mengikuti semua kata-kata pria itu karena memikirkan nasib kakaknya."Baiklah jika itu yang kau inginkan. Raphael tidak akan mendapatkan makanan selama satu minggu ke depan."Raylene membuka matanya. "Kakakku tidak melakukan kesalahan apapun!""Salah atau tidak, itu tergantung padamu, Raylene.""Aku sangat membencimu, Xinlaire.""Untu
Satu minggu setelah beristirahat total di atas ranjang, kondisi Raylene akhirnya sedikit lebih baik. Sekarang wanita itu sedang berada di taman istana Xinlaire.Saat ini matahari tengah memancarkan kehangatannya, tapi meski begitu tetap tidak bisa menghangatkan Raylene yang berdiri tanpa penghalang sinar matahari.Di belakang Raylene ada Xinlaire yang saat ini baru saja kembali dari barak pasukannya. Pria itu telah pergi pagi-pagi sekali untuk melatih pasukannya. Ia kembali saat ini karena hampir waktunya sarapan."Siapkan sarapan di sini!" Xinlaire memberi perintah pada Edmund."Baik, Yang Mulia."Beberapa saat kemudian sarapan telah dihidangkan di meja yang terletak di gazebo.Dua pelayan dan Vivian yang ada di belakang Raylene segera mundur karena Xinlaire yang datang mendekat."Sudah waktunya untuk sarapan." Xinlaire berdiri di belakang Raylene.Raylene membalik tubuhnya, pandangan Xinlaire terkunci pada sosok rapuh Raylene yang bermandikan cahaya matahari. Raylene tampak masih le
Satu minggu berlalu, berdasarkan pemeriksaan tabib kondisi fisik Raylene sudah cukup baik untuk melakukan perjalanan jauh. Oleh sebab itu hari ini Raylene akan meninggalkan istana seperti yang sudah direncanakan sebelumnya.Raylene telah melangkah menuju ke kereta kuda yang akan membawanya ke desa North. Raylene tiba-tiba teringat pada Melissa. Meninggalkan istana adalah sesuatu yang telah direncanakan oleh Melissa untuknya. Namun, sekarang dia pergi sendirian karena Melissa telah tiada.Harusnya Raylene bahagia karena akhirnya ia akan berada jauh dari Xinlaire, tapi perasaannya tidak begitu baik karena ia masih tidak tahu apa tujuan Xinlaire mengirimnya ke desa North.Namun, apapun tujuan Xinlaire ia tidak akan mengizinkan Xinlaire menyakiti orang-orang di desa itu. Tidak ada lagi orang yang boleh terluka karena dirinya.Sebelum masuk ke dalam keretanya, Raylene melihat ke arah istana sekali lagi, ia menemukan Charlotte berdiri di atas jembatan lengkung yang ada di deka
Suara denting pedang yang saling beradu masih terdengar setelah beberapa waktu terlewati. Saat ini salah satu pemimpin pasukan pembunuh bayaran tengah menyerang Raylene dengan agresif, setiap serangan pria itu tajam dan mematikan.Serangan demi serangan yang diarahkan padanya menguras tenaga Raylene, tapi wanita itu tidak mundur sedikit pun. Ia telah membunuh dua pembunuh bayaran yang menyerangnya sebelumnya, dan saat ini ia harus melakukan hal yang sama terhadap pria yang tengah mengayunkan pedang padanya.Ia berhasil menghindar dan membalas serangan dari lawannya, tapi hal itu tidak berlangsung lebih lama karena pada serangan selanjutnya, Raylene terlambat menghindar sehingga menyebabkan lengannya terkena ayunan pedang lawannya.Raylene melihat ke lengannya yang kini terluka dan berdarah, tapi fokusnya segera kembali lebih cepat karena pria di depannya kembali menyerangnya dengan ganas. Udara saat ini dipenuhi dengan bau darah yang kuat.Eric -penjaga bayangan terbaik yang dikirim o
Kuda hitam Xinlaire menembus gelapnya malam. Pria itu tidak beristirahat sedikit pun. Ia hanya ingin segera sampai ke desa tempat Ilyin berada saat ini.Sekarang ia menyesali keputusanya mengirim Raylene ke desa North. Ia pikir ia telah memastikan keamanan Raylene, tapi ternyata Raylene tetap berada dalam bahaya.Meski ia mengetahui bahwa racun di tubuh Raylene telah diatasi oleh obat penawar milik Daniel, tapi tetap saja ia mencemaskan Raylene.Luka Raylene sebelumnya belum sembuh sepenuhnya, dan sekarang wanitanya itu mendapatkan luka baru. Ia berniat mengirim Raylene ke desa North untuk penyembuhan, tapi ia hampir saja mengantarkan istrinya ke tempat peristirahatan terakhir.Setelah menerjang malam berjam-jam, Xinlaire sampai di penginapan tempat Raylene berada. Pria itu langsung turun dari kudanya, melangkah dengan pasti menuju ke kamar Raylene dengan dipandu oleh bawahannya yang tadi datang melapor padanya."Bagaimana kondisi Selir Raylene?" Xinlaire melewati Danie
"Yang Mulia, kami telah memeriksa markas Bulan Hitam, tidak ada siapapun lagi di sana, juga tempat itu telah dibersihkan."Xinlaire sangat tidak puas dengan laporan Eric, tapi jika menangkap Bulan Hitam menjadi pekerjaan yang mudah, maka Bulan Hitam tidak akan ditakuti oleh orang-orang dari dunia hitam."Perketat penjagaan di setiap gerbang kota. Siapapun yang hendak meninggalkan kota harus diperiksa terlebih dahulu. Pastikan orang-orang Bulan Hitam tidak meninggalkan wilayah kerajaan.""Baik, Yang Mulia," jawab Eric."Temui Domenico, sampaikan padanya untuk menyelidiki orang-orang yang mungkin memiliki dendam dengan Raylene atau keluarganya.""Baik, Yang Mulia.""Pergilah!""Saya permisi, Yang Mulia." Eric bergerak mundur lalu berbalik.Setelah menerima laporan dari Eric, Xinlaire keluar dari kamarnya. Pria itu masuk ke kamar Raylene. Ini sudah larut malam, jadi Raylene pasti telah tidur.Pandangan Xinlaire jatuh ke wajah tenang Raylene. Pria itu tidak mengeluarkan suara sedikit pun,
Satu jam setelah Xinlaire sampai di istana, Raylene dan yang lainnya juga sampai. Vivian segera membawa Raylene untuk menghadap ke Xinlaire.Tatapan Raylene saat ini terarah pada Charlotte yang masih berbaring di atas ranjang Xinlaire. Ia tidak cemburu sama sekali dengan keberadaan Charlotte di sana. Hatinya yang sakit, tidak bisa merasakan apapun lagi."Memberi salam pada, Yang Mulia Raja." Vivian mengucapkan salam pada Xinlaire terlebih dahulu, lalu kemudian beralih pada Charlotte."Selir Raylene, sepertinya kau melupakan sopan santunmu." Xinlaire berkata dingin pada Raylene.Raylene tersenyum kecil. "Maafkan aku, Yang Mulia. Aku benar-benar lupa. Memberi salam pada Yang Mulia Raja dan Yang Mulia Ratu.""Bawa Selir Raylene kembali ke paviliunnya.""Paviliunku?" Raylene mengerutkan keningnya. "Bukankah seharusnya aku dikirim kembali ke istana dingin? Oh, benar, istana dingin terbakar, tapi bukankah paviliunku terlalu bagus untuk tempat tinggalku?""Bukankah seharusnya ka
Di ruang kerjanya, Xinlaire telah membaca banyak laporan sipil kini ia beralih ke laporan militer dan membacanya dengan serius.Tidak ada pergerakan di setiap perbatasan, tapi Xinlaire tidak bisa membiarkan penjagaan di perbatasan mengendur, karena musuh-musuh Allegra bisa menyerang kapan saja. Selain itu jumlah prajurit yang dimiliki oleh Allegra saat ini telah berkurang karena kesetiaan mereka terhadap raja sebelumnya.Domenico datang menghadap Xinlaire, ia memiliki beberapa laporan yang perlu disampaikan pada Xinlaire."Apa yang kau temukan?" Xinlaire telah menunggu Domenico. Apapun menyangkut Raylene lebih penting dari segalanya."Saya telah memeriksa siapapun yang kemungkinan memiliki dendam terhadap Selir Raylene, mereka semua tidak mungkin bisa menyewa orang dari Bulan Hitam. Namun, ada salah satu pria yang dahulu istrinya dilecehkan lalu dibunuh oleh Tuan Arthur, pria itu bergabung dengan Bulan Hitam.Akan tetapi, masih tidak mungkin jika pria itu menggerak