Seperti yang dikatakan Randy dua hari lalu. Hari ini dia akan kembali berkunjung ke kediaman Hermawan.
Sejak terakhir kali dia berkunjung kesana dan mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan dari Angga dan Riska. Jujur saja Randy masih tidak berani untuk kembali berkunjung kesana.
Mumpung mereka kini tengah berbulan madu, waktu ini Randy gunakan untuk mengunjungi Kakek dan juga Om dan Tantenya.
Selain itu, Randy juga ingin berbicara dengan Fajar. Dia masih saja penasaran, alasan apa yang menyebabkan Angga dan Riska memperlakukannya seperti kriminal.
Randy pikir Fajar pasti tahu, karena mereka bertiga sangatlah dekat sedari kecil.
Kini Randy tengah berada di
Setelah pembicaraannya dengan Randy tadi, Fajar menjadi sadar, jika dirinya ternyata tidak cukup percaya dengan kedua sahabatnya.Jika dia mempercayai kedua sahabatnya, mereka pasti tidak akan menikah dengan paksa seperti itu."Tapi itu juga tidak bisa dibilang salahku! Salahkan keadaan yang sangat mendukung waktu itu," gumam Fajar. "Benar! Itu salahnya keadaan yang saat itu seakan membuktikan jika mereka memang benar-benar sudah melakukan hal diluar batas," lanjutnya.Fajar mondar-mandir di dalam kamarnya. Jauh di dalam hatinya, dia merasa bersalah dan bingung dengan kenyataan yang baru saja didapatkannya."Sekarang harus bagaimana?"Fajar kembali teringat
Malam ini Riska tengah duduk di pangkuan Angga. Mereka duduk di kursi yang berada di balkon kamar mereka, menikmati malam pertama mereka di pulau ini.Angga sibuk merapikan rambut Riska yang sedikit berantakan. Sedangkan Riska sendiri, dia sibuk memainkan jakun Angga yang sangat menonjol."Angga! Apa kita akan bertemu dengan Risty lagi?" tanya Riska di sela-sela kegiatan mereka.Angga menghentikan kegiatannya merapikan rambut Riska. "Aku harap tidak!" jawab Angga singkat."Aku masih kesal sampai sekarang!" Riska mengadu.Angga diam. Dia akan menjadi pendengar yang baik akan keluhan Riska."Memangny
Angga mendusel-dusel Riska yang sedang kesal. Bagaimana mungkin Riska tidak kesal, jika tadi pagi Angga mengerjainya tidak cukup hanya sekali."Kenapa, hhmmm?" Angga memeluk Riska dari belakang dengan wajahnya berada di ceruk leher Riska."Masih marah?" Angga mengendus leher Riska yang terekspos.Siang ini Riska menolak saat diajak Angga untuk jalan-jalan keluar.Apalagi alasannya, jika bukan karena badannya yang sangat capek bukan main setelah dikerjai Angga dari semalam.Riska tengah ngambek karena Angga tadi mengabaikan Riska yang memintanya untuk berhenti."Sudah ya! Jangan marah lagi, hmmm!" b
Hari keempat bulan madu, mereka memutuskan untuk jalan-jalan di pulau itu.Riska yang memang orangnya sangat menyukai pemandangan alam, menarik Angga kesana kemari, tanpa rasa lelah.Saat tiba saatnya makan siang, mereka memilih untuk ke restoran terdekat dari lokasi mereka berada.Mereka makan siang, diselingi dengan pembicaraan tentang apa yang akan mereka lakukan besok.Riska sesekali tertawa dengan apa yang diucapkan Angga. Riska dengan rambutnya yang diikat ponytail, ditutupi dengan topi berwarna hitam.Saat dia tersenyum, begitu indah di mata Angga.Jika ada yang bertanya kepada Angga, apa pe
Pagi harinya, Riska membereskan semua pakaian mereka ke dalam koper. Riska benar-benar kekeh untuk minta pulang hari ini juga.Sejujurnya Angga masih ingin berbulan madu lebih lama lagi. Sialnya, mereka malah bertemu dengan Risty yang menghancurkan acara bulan madu mereka."Kita berangkatnya setelah bertemu dengan Gino, ya!" Angga mendekati Riska yang tengah sibuk menata barang-barang mereka ke dalam koper.Riska juga bukanlah orang yang tidak rasional. Untuk masalah pekerjaan, Riska termasuk orang yang longgar. Apalagi sebelum mereka berangkat, mereka sudah sepakat untuk sekalian membahas pekerjaan Angga yang berada disini.Hanya saja yang tidak Riska suka, jika mereka nanti bertemu lagi dengan Risty, dan Riska yak
Kepulangan Angga dan Riska yang mendadak, membuat orang rumah terkejut. Tidak terkecuali Randy yang masih berada disana.Mereka semua kini tengah berkumpul di ruang keluarga, kecuali Rahmat. Dia masih berada di perusahaan menggantikan Angga.Randy yang duduk di sofa, bergerak dengan gelisah. Sejujurnya, dia masih belum berani untuk bertemu dengan sepupunya itu."Kenapa sudah pulang? Bukankah seharusnya masih ada tiga hari lagi? Hhmm!" tanya Rosyad.Rosyad mengusap kepala Riska yang sekarang sedang memeluknya dengan erat.Saat sudah sampai di rumah, Riska langsung menempel kepada Rosyad. Bahkan koper mereka masih tergeletak begitu saja di lantai.
Di atas ranjang, Angga memeluk Riska dengan erat. Lelah, sudah pasti. Tapi rasa lelah itu bisa terobati dengan memeluk Riska seperti ini.Mereka bahkan enggan, hanya sekedar turun untuk makan malam."Sudah puas tadi?" Bukan apa-apa, Angga hanya ingin memastikan tidak ada lagi rasa jengkel di hati Riska.Angga ingin kedepannya, setiap Riska bertemu dengan Randy, maka sikapnya bisa kembali seperti dulu lagi.Randy adalah sepupunya, jadi sudah pasti mereka akan sering bertemu satu sama lain di masa depan."Sebenarnya masih kesal sih. Gara-gara Kak Randy, Papa melihatku sebagai anak nakal. Tapi cukup puas juga, aku memukulnya dengan keras tadi."Riska bangun dari tidurnya, lalu duduk bersila. Dia menatap Angga yang masih tiduran, menjadikan kedua tangannya sebagai bantal."Kamu masih akan di rumah sampai tiga hari kedepan kan?" tanya Riska penasaran."Kenapa memangnya?" Padahal Angga sudah berpikir,
Angga dan Riska baru turun saat siang hari. Mereka melewatkan makan malam, dan juga sarapan pagi ini.Di rumah, hanya ada Kakek, Rosyad, Fajar dan Randy.Sofia sedang ikut Rahmat ke perusahaan. Katanya mau menemani Rahmat menghadiri perjamuan.Kakek dan Rosyad sedang bermain catur di taman belakang. Sedangkan Fajar dan Randy sedang bermain game di ruang keluarga."Mereka ini benar-benar keterlaluan. Aku sudah nunggu berjam-jam, tapi mereka belum bangun juga," gerutu Fajar sambil bermain game."Biarkan saja mereka. Aku malah bersyukur mereka masih tidur."Kepala Randy langsung dipukul Fajar menggunakan stick game. "Mereka bahkan belum makan dari semalam. Bagaimana bisa kamu merasa senang. Hah!"Randy balas memukul Fajar. "Kamu tidak tahu kan, kemarin kepalaku dipukul Riska. Mana kenceng banget lagi mukulnya."Fajar mencibir, "Kamu layak mendapatkannya."Mereka pada akhirnya malah berkel