Hari keempat bulan madu, mereka memutuskan untuk jalan-jalan di pulau itu.
Riska yang memang orangnya sangat menyukai pemandangan alam, menarik Angga kesana kemari, tanpa rasa lelah.
Saat tiba saatnya makan siang, mereka memilih untuk ke restoran terdekat dari lokasi mereka berada.
Mereka makan siang, diselingi dengan pembicaraan tentang apa yang akan mereka lakukan besok.
Riska sesekali tertawa dengan apa yang diucapkan Angga. Riska dengan rambutnya yang diikat ponytail, ditutupi dengan topi berwarna hitam.
Saat dia tersenyum, begitu indah di mata Angga.
Jika ada yang bertanya kepada Angga, apa pe
Pagi harinya, Riska membereskan semua pakaian mereka ke dalam koper. Riska benar-benar kekeh untuk minta pulang hari ini juga.Sejujurnya Angga masih ingin berbulan madu lebih lama lagi. Sialnya, mereka malah bertemu dengan Risty yang menghancurkan acara bulan madu mereka."Kita berangkatnya setelah bertemu dengan Gino, ya!" Angga mendekati Riska yang tengah sibuk menata barang-barang mereka ke dalam koper.Riska juga bukanlah orang yang tidak rasional. Untuk masalah pekerjaan, Riska termasuk orang yang longgar. Apalagi sebelum mereka berangkat, mereka sudah sepakat untuk sekalian membahas pekerjaan Angga yang berada disini.Hanya saja yang tidak Riska suka, jika mereka nanti bertemu lagi dengan Risty, dan Riska yak
Kepulangan Angga dan Riska yang mendadak, membuat orang rumah terkejut. Tidak terkecuali Randy yang masih berada disana.Mereka semua kini tengah berkumpul di ruang keluarga, kecuali Rahmat. Dia masih berada di perusahaan menggantikan Angga.Randy yang duduk di sofa, bergerak dengan gelisah. Sejujurnya, dia masih belum berani untuk bertemu dengan sepupunya itu."Kenapa sudah pulang? Bukankah seharusnya masih ada tiga hari lagi? Hhmm!" tanya Rosyad.Rosyad mengusap kepala Riska yang sekarang sedang memeluknya dengan erat.Saat sudah sampai di rumah, Riska langsung menempel kepada Rosyad. Bahkan koper mereka masih tergeletak begitu saja di lantai.
Di atas ranjang, Angga memeluk Riska dengan erat. Lelah, sudah pasti. Tapi rasa lelah itu bisa terobati dengan memeluk Riska seperti ini.Mereka bahkan enggan, hanya sekedar turun untuk makan malam."Sudah puas tadi?" Bukan apa-apa, Angga hanya ingin memastikan tidak ada lagi rasa jengkel di hati Riska.Angga ingin kedepannya, setiap Riska bertemu dengan Randy, maka sikapnya bisa kembali seperti dulu lagi.Randy adalah sepupunya, jadi sudah pasti mereka akan sering bertemu satu sama lain di masa depan."Sebenarnya masih kesal sih. Gara-gara Kak Randy, Papa melihatku sebagai anak nakal. Tapi cukup puas juga, aku memukulnya dengan keras tadi."Riska bangun dari tidurnya, lalu duduk bersila. Dia menatap Angga yang masih tiduran, menjadikan kedua tangannya sebagai bantal."Kamu masih akan di rumah sampai tiga hari kedepan kan?" tanya Riska penasaran."Kenapa memangnya?" Padahal Angga sudah berpikir,
Angga dan Riska baru turun saat siang hari. Mereka melewatkan makan malam, dan juga sarapan pagi ini.Di rumah, hanya ada Kakek, Rosyad, Fajar dan Randy.Sofia sedang ikut Rahmat ke perusahaan. Katanya mau menemani Rahmat menghadiri perjamuan.Kakek dan Rosyad sedang bermain catur di taman belakang. Sedangkan Fajar dan Randy sedang bermain game di ruang keluarga."Mereka ini benar-benar keterlaluan. Aku sudah nunggu berjam-jam, tapi mereka belum bangun juga," gerutu Fajar sambil bermain game."Biarkan saja mereka. Aku malah bersyukur mereka masih tidur."Kepala Randy langsung dipukul Fajar menggunakan stick game. "Mereka bahkan belum makan dari semalam. Bagaimana bisa kamu merasa senang. Hah!"Randy balas memukul Fajar. "Kamu tidak tahu kan, kemarin kepalaku dipukul Riska. Mana kenceng banget lagi mukulnya."Fajar mencibir, "Kamu layak mendapatkannya."Mereka pada akhirnya malah berkel
Saat Angga berusia tujuh belas tahun, Rahmat membawanya untuk menghadiri perjamuan bisnis koleganya.Karena Angga adalah anak satu-satunya, jadi Rahmat sudah memperkenalkannya pada dunia bisnis sejak dini.Perjamuan bisnis itu diadakan oleh perusahaan keluarga Risty. Saat itulah Risty pertama kali bertemu dengan Angga.Risty yang juga merupakan anak tunggal di keluarganya, juga sudah diajari tentang bisnis di usia dini.Saat itu, ayah Risty memperkenalkan Risty kepada koleganya.Saat ayah Risty menyapa Rahmat, Risty melihat anak laki-laki yang tampan dan pendiam di samping orang yang disapa ayahnya.Dia hanya akan menjawab jika ditanya. Dia juga bersikap dingin dengan perempuan yang mendekatinya.Laki-laki itu adalah Angga. Risty yang menyukai Angga pada pandangan pertama, tidak bisa melepaskan pandangannya dari Angga.Sedangkan Angga sendiri juga t
Fajar yang kesal, melampiaskan rasa kesalnya kepada Risty.Bukannya menjawab Fajar, Risty malah melihat Angga yang sedang mengelap es krim di sudut bibir Riska."Siapa sih dia? Apa mungkin dia pacarnya Angga ya?" Hati Risty bertanya-tanya."Woi! Malah bengong." Fajar mendorong pundak Risty agak keras.Risty langsung tersadar dari lamunannya. "Maaf! Maaf! Perkenalkan, namaku Risty Amora," ucap Risty."Kamu kenal dia, Ga?" tanya Fajar sekali lagi kepada Angga.Angga kembali menggeleng, lalu melihat sekilas ke arah Risty. Setelah itu, Angga kembali memakan makanannya."Aku menyapa Angga karena kita pernah bertemu di perjamuan beberapa minggu lalu," jawab Risty."Oh! Berarti kamu itu hanya mengenal Angga, bukan saling kenal kan?" Fajar berdecak. "Biar aku tebak, kamu pasti jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Angga, lalu kamu berniat mengejarnya, b
Sejak hari Risty membantu Riska, mereka menjadi semakin dekat. Tapi itu tidak berlaku untuk Angga dan Fajar.Mereka membiarkan Risty mendekati Riska karena Riska merasa berterima kasih padanya. Beda halnya dengan Angga dan Fajar yang sudah mengetahui motif Risty mendekati Riska."Kenapa dia menyebalkan sekali," ucap Fajar menatap Riska dan Risty yang berjalan di depan mereka.Angga sendiri menatap datar Risty dari belakang. Dari sekian banyak orang yang ingin menjodohkan anaknya dengan Angga, Risty ini yang paling parah kelakuannya."Hya! Kamu akan diam saja?" tanya Fajar.Jujur saja Fajar sudah sangat gerah dengan sikap Risty yang selalu berpura-pura baik dihadapan mereka."Aku sudah menolaknya. Biarkan saja selama dia tidak menyakiti Riska," jawab Angga acuh.Bukannya Angga tidak peduli. Tapi selama Risty tidak melukai Riska, Angga hanya akan berpura-pura tidak melihatnya."Ters
Sepeninggalan Angga, kini giliran Fajar yang mengajak Riska bicara. Fajar sama sekali tidak memberikan kesempatan untuk Risty mengajak Riska bicara."Ugh! Lapar," ucap Riska sambil mengelus perutnya."Kamu lapar? Mau makan apa? Aku ambilin!" ucap Fajar."Apa ya? Kue atau apa gitu. Buat ganjal perut dulu," jawab Riska.Fajar lalu berdiri dari duduknya. Sebelum dia pergi untuk mengambilkan Riska makan, Fajar terlebih dahulu mewanti-wanti Randy untuk menjaga Riska dengan benar."Kayak anak kecil aja!" cibir Risty dalam hati."Iya! Iya! Udah sana! Keburu Riska semakin lapar," jawab Randy.Fajar sebenarnya tidak begitu yakin untuk meninggalkan Riska bersama Risty, tanpa ada dia atau pun Angga disisinya.Tapi Fajar berpikir masih ada Randy disana, jadi dia bisa sedikit tenang. Fajar berpikir, jika ada Randy disana, Risty juga tidak akan mungkin berani mac