Revan menarik napa panjang. Dia mulai mengerti apa yang telah di lakukan Wanita itu. Pria itu berdiri dan mendorong kursi roda menuju kamar Flora.Dia membuka pintu dan membantu Wanita itu naik ke ranjang. Awalnya dia menolak, tapi pria itu tetap tak bergeming."Jadi bener, kamu lebih milih sarapan sama dia dari pada makan bekalku?" ucap Flora dengan mata berkaca."Flo, aku seneng kamu bisa cemburu seperti ini. Kamu tau nggak, aku nungguin kamu seperti ini tuh udah lama," ucap Revan melempar senyum tipis.Wajah Flora menjadi merah. Dia berusaha untuk tidak terhasut oleh rayuan buaya di depannya. Walaupun dia sadar kalau hatinya sedikit luluh."Kamu tau kan pacar kamu ini amat sangat tampan dan jadi idola banyak cewek kantor," lanjut Revan memainkan alisnya.Flora melempar bantal ke arah Revan dan membuang muka, dia akui ucapan pria itu adalah fakta mutlak. Tapi itu tidak berarti dia bisa seenaknya menerima banyak cinta.Revan menangkap bantal dan bangkit dari kasur. Sebenarnya dia ing
Bibir Dion terasa kaku mendengar pertanyaan Demian. Di saat seperti ini tidak mungkin dia menceritakan semuanya, yang ada Rebecca akan semakin terpuruk bila Pria ini meninggalkannya."Aku hanya merasa aneh pada Rebecca, tidak seperti biasanya. Dia mudah akrab dengan orang, tapi semua berbeda denganmu," ucap Demian menerka-nerka.Dion tersenyum kecut, dia kehabisan kata. Otaknya berpikir keras untuk menepis semua tanggapan Demian."Mungkin mood Mbak Becca masih naik turun Mas. Kan biasanya orang baru melahirkan seperti itu," ucap Dion ragu. Demian melipat tangan ke depan. Dirinya berpikir keras. Sesekali dia menatap Dion, terdapat kilatan keraguan dari mata pria tersebut."Ah yaudah nggak usah di pikirin. Kita makan aja dulu, aku baru aja masak loh," ucap Demian bangkit dari kursinya dan melangkah menuju dapur.Hidung Dion sudah mencium aroma masakan yang begitu lezat, pantas Rebecca amat mencintai Demian. Ternyata dia adalah seorang pria paket komplit.Di meja sudah tersaji capcay da
Cahaya mentari pagi menembus jendela, menerangi kamar yang minim penerangan. Seorang pria masih terlelap di ranjangnya.Semalam dia terjaga sampai larut, berusaha memadamkan kobaran hasrat yang tertunda. Untungnya dia bisa melewati malam panjang walaupun sedikit tersiksa.Dering ponsel membuat indra pendengaran terganggu, dengan malas dia meraba kasur. Mencari benda pipih yang sedari tadi membuat gaduh."Halo," ucap Revan masih memejamkan mata."Mama mengadakan pesta tahunan, mau atau tidak kau harus datang. Kalau tidak, aku akan menyeret mu keluar dari kantor itu," ancam Risa."Astaghfirullah Maa, ini masih pagi loh," keluh Revan mengucek matanya.Dengan malas Pria itu bangkit dari kasur dan duduk di tepi ranjang. Dia melihat wajahnya dari pantulan cermin di depannya."Maa, aku mohon dengan sangat, aku tuh udah punya pacar loh Maa. Kenapa sih harus pake acara jodoh-jodohin segala," perotes Revan."Baik, bawa dia kedepan Mama besok. Kalau tidak, jangan salahkan Mama bila bertindak leb
Flora terpaku. Dia berdoa semoga apa yang dia dengar ini salah. Bagaimana bisa Tante Risa memintanya bertemu.Revan menginjak pedal gas dan melaju meninggalkan area sekolah. Dia menahan tawa ketika melihat ekspresi Flora. Sepertinya wanita itu benar-benar syok."Kenapa ekspresi mukanya gitu?" tanya Revan tertawa kecil."Lihat Agnes sama aku aja cemburu, pengen cepet di halalin. Tapi ketemu Mama nggak mau, gimana dong," lanjut Revan menggoda.Flora tersenyum kecut. Apakah Pria yang di sampingnya itu tidak paham posisinya. Mamanya adalah Wanita karir dengan segudang prestasi, sedangkan dirinya."Emang nggak bisa di tunda yaa?" ucap Flora mencoba menawar. Dia berharap akan ada hari lain."Kamu pasti tau kan, Mama selalu mengadakan acara tahunan untuk bertemu para rekan bisnisnya. Oiya aku lupa," ucap Revan menyodorkan undangan dari perusahaan sang Mama.Flora hanya tersenyum getir, selama ini dia mengabaikan undangan ini karena merasa sungkan pada Wanita hebat itu.Dia tidak bisa menjawa
Demian menarik napas dalam, raut wajahnya menampakkan rona kepedihan. Bukan tanpa alasan, dia hanya merasa cerita Dion seperti jawaban atas pertanyaannya."Aku akan melepaskan dia dengan ikhlas, bila memang dia lebih memilih masa lalunya," ucap Demian pedih."Untuk anak itu?" tanya Dion penasaran."Tergantung, kalau anaknya lebih nyaman denganku, aku akan mempertahankan dia. Meskipun hak asuh akan berakhir pada orang tau kandungannya," jawab Demian.Dion melempar pandangan, mengerti suasana yang tiba-tiba tegang membuat Pria itu memutuskan untuk menepikan mobil."Maaf Mas, mau beli sarapan dulu sebentar," ucap Dion yang turun dari mobil.Demian memijat keningnya, entah mengapa semua pertanyaan yang mengganjal dalam hatinya sudah terjawab sudah.Namun, dia tidak mau gegabah dan memutuskan keputusan dengan cepat. Pria itu mencoba kembali berpikir positif.Tak lama kemudian Dion kembali membawa dua bungkus nasi dan beberapa gorengan. Dia duduk di belakang setir dan menginjak pedal gas.M
Waktu yang di tentukan tiba, Revan dan Flora melaju melewati jalanan padat ibu kota. Jantung Wanita itu sedari tadi berdegup tak beraturan.Revan menggenggam tangan Flora, mencoba menanamkan hatinya yang resah."Flo, kamu cantik, elegan, udah nggak usah mikir yang lain," ucap Revan tersenyum teduh."Tapi aku janda," sahut Flora mencengkram tangan Revan."Flo, jangan mula lagi. Mama nggak pernah lihat orang dari statusnya. Dia hanya membutuhkan menanti yang smart, oke." ucap Revan membuang pandangan ke depan, kembali fokus pada kemudinya.Flora menarik napas panjang. Mungkin benar kata Revan, dia haru berpikir positif. Mungkin cara yang terbaik adalah, tidak mengumumkan hubungan mereka di publik. Dengan begitu dirinya tidak akan jadi pusat perhatian.Revan kembali fokus ke jalan di depan. Bukan hanya Flora, sebenarnya dia juga menyimpan perasaan khawatir. Mungkin baginya Flora tidak sebanding dengan Yasmin, tapi entah dengan sang Mama. Revan tidak tau seberapa jauh Mamanya susah mempe
Mobil yang di membawa Flora dan Revan sudah sampai tujuan, keduanya masih duduk di dalam mobil. Berulang kali Flora menarik napas dan membuangnya kasar.Sementara, disampingnya seorang pria sedang duduk dan memperhatikan Flora sambil menahan tawa."Flo, maaf yaa ... tapi kamu terlalu berlebihan, bukankah kau sudah sering bertemu Mama dulu?" ucap Revan menautkan alisnya."Oke aku luruskan, kalau dulu kita cuma main-main aja. Terus sekarang ..." ucapan Flora tercekat saat otaknya membayangkan wajah Risa.Flora menghempaskan tubuhnya ke jok mobil dan memijat keningnya. Tidak mau menunggu lama, Revan turun dari mobil dan membiak pintu Flora.Bokong Flora masih berat untuk beranjak, dia hanya menatap Revan."Oke, kamu mau jalan sendiri atau aku gendong nih?" ucap Revan serius."Bentar Napa sih?" ucap Flora.Revan meraih tubuh Flora dan menggendongnya, Pria itu melangkah memasuki gedung yang sudah di siapkan. Sedangkan Wanita yang berada di gendongan meronta sekuat tenaga."Revan, plis. Ka
Bagai petir di siang bolong, Flora terkejut dengan ucapan Risa. Wajahnya serasa di kuliti malam ini. Mata Flora memerah, wanita itu tidak sanggup menahan ombak air mata yang menyeruak.Flora memutar badan, pergi adalah pilihan yang tepat malam ini dari pada dia harus melihat Revan berdiri bersama wanita lain di hadapannya.Langkahnya terhenti saat melihat pria yang berdiri di hadapannya dengan wajah merasa bersalah."Maafkan aku Flo, aku tidak tau Mama akan melakukan ini," ucap Revan melangkah mendekat.Dari kejauhan, Risa melihat putranya dan segera memanggil untuk naik ke atas panggung bersama wanita yang sudah di jodohkan."Revan, kemari Nak!" ucap Risa penuh perhatian.Bukan melangkah mendekati panggung, pria itu malah meraih tangan Flora dan melangkah pergi. Kedua Wanita yang berdiri di atas panggung saling tatap. Wajah Risa memerah, amarah dan rasa malu bercampur jadi satu saat ini. Terlebih dia orang terhormat, kedua orang tua Yasmin ada di sini menyaksikan semuanya."Maaf, Re