Share

47. Rayuan Maut

Happy Reading

*****

"Mau tak lempar pake sendal biar tambah sakit." Wening sudah ancang-ancang akan membuka sepatu heels-nya.

"Aduh, calon istri kok kejam sekali. Kalau sampai aku terluka, Mbak juga yang susah." Fandra mengedipkan sebelah matanya. Namun, si gadis malah mengerucutkan bibir.

"Sana pergi!" usir Wening, "aku bakalan telat kalau nuruti kamu ngobrol gini."

"Baiklah tuan putri sesuai permintaan, hamba akan pergi. Tapi, akan mengawal sampai tuan putri sampai di kantor dengan selamat." Tak lupa, lelaki itu mengedipkan sebelah mata. Bibir sedikit maju seperti hendak mencium.

Berusaha tak peduli dengan perkataan dan tingkah Fandra, Wening menaiki, lalu melajukan motor. Dari teras rumahnya, Rahmat serta seluruh keluarga menyaksikan interaksi keduanya dan tersenyum.

"Mbakmu itu, umur sudah hampir tiga puluh masih saja jutek pada cowok. Bapak kok berharap kalau mereka berjodoh. Nak Fandra itu terlihat perhatian dan baik pada semua orang," ucap Rahmat.

"Ibu sependapat dengan Bapak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status