Dua bulan berlalu dengan cepat. Karena kesibukannya, Peony sampai tak merasa jika lebih dari satu bulan lagi rancangannya akan launching tepat di hari pertama datangnya musim panas tahun ini. Selama itu pula Kheil kembali menghilang dari pandangan, dan Peony tak peduli. Lebih tepatnya ia mencoba untuk tidak peduli. Tak bisa dipungkiri setelah pertemuan tak terduga dengan pria itu, terkadang bayangan Kheil dan masa lalu mereka muncul tanpa sanggup Peony tepis. Hal itu benar-benar menguras akal sehat seandainya saja Peony tidak sibuk. Peony bersyukur dengan pekerjaan yang menguras waktu meskipun tubuhnya letih. Peony ingin membuktikan pada Kheil jika dia tidak akan main-main dan melakukan apa yang diperintahkan atasannya itu, yang sepertinya meragukan kemampuan Peony. “Ini kali pertamamu hadir ke acara besar seperti ini, bukan?” Peony menoleh ke sisi kanan, di mana Dallas Clooney berada. Peony mengangguk dengan wajah merona cerah. Ia sangat senang dapat diberi kesempatan menghadiri a
Peony berjalan lemas menyusuri lorong menuju unit apartemennya. Tubunya letih setengah mati. Mengingat ia naik dua transportasi umum untuk sampai di apartemen. Pertama, ia harus menaiki kereta bawah tanah, lalu disambung bus. Perjalanan membutuhkan waktu setidaknya satu jam dan bisa lebih lama lagi jika Peony tidak pintar mengatur waktu. Lokasi apartemennya berada jauh dari pusat kota. Ia bisa saja mencari apartemen yang dekat dari tempat kerja, tapi biaya sewanya bisa mencekik. Lebih baik uangnya ia simpan untuk membelikan sang ibu mobil baru. Mobil mereka di desa sudah sering mogok. Peony takut jika terjadi sesuatu pada ibunya di jalan saat sang ibu pergi. Unit apartemen Peony berada di lantai empat dan berada di ujung lorong. Kakinya semakin pegal karena harus menaiki tangga. Gedung apartemen yang disewanya ini adalah apartemen sederhana dan belum memiliki lift. Hari ini pekerjaannya pun cukup melelahkan. Ia ingin segera beristirahat agar besok dapat bekerja kembali dengan baik. P
“Aku tidak mencari tukang laundry. Di apartemenku sudah ada mesin cuci, tapi aku tidak tahu caranya menggunakannya.” Peony mengerjap. “Kau punya banyak pekerja. Aku lihat tadi ada seorang wanita di apartemenmu. Minta saja bantuannya!” sinis Peony. “Dia sudah pulang.” Pulang? Jadi benar kalau Kheil tinggal sendiri di apartemen itu? Kenapa Peony merasakan hatinya lega? Lega??? Apa-apaan sih! “Panggil saja lagi!” “Dia mungkin sudah tidur sekarang,” balas Kheil enteng. Wajah Peony memerah padam karena amarah. Hidungnya kembang kempis. “Kau pikir aku juga tidak mau tidur?! Lagipula, kenapa kau mencuci malam-malam? Kau bisa mencucinya besok, dan meminta tolong pada wanita itu!” “Ada pakaian yang ingin aku pakai besok. Jangan perhitungan pada tetangga. Bukankah seharusnya kau bersikap baik pada tetangga baru?” “Ya sudah, kau minta tolong saja tetangga yang lain. Di lantai ini masih ada dua tetangga lagi. Aku mengantuk—Hey! Lepaskan!” Peony memberontak saat Kheil menar
“Aku tidak masalah berasal dari mana wanita yang akan dinikahi anakku. Yang pasti, dia harus mencintai anakku dan bisa menjadi ibu yang baik bagi calon cucu-cucuku kelak.” “Jadi, apakah Anda tidak peduli meskipun jika nanti calon menantu Anda berasal dari keluarga biasa? Maksud kami, Anda tahu betul bahwa keluarga Anda adalah keluarga terpandang, tentu saja pasti Anda ingin memiliki calon menantu yang setidaknya berasal dari keluarga yang tidak jauh kedudukannya dari keluarga Leight.” “Apakah kalian pikir kami adalah keluarga yang menilai segala sesuatu berdasarkan kekayaan?” “B-bukan begitu maksud kami, Tuan Leight—” “Santai saja. Aku hanya bercanda. Hahhaha… Aku tidak ingin menyombongkan diri, tetapi jika memang anakku mendapatkan calon istri yang berasal dari keluarga biasa, aku akan menerimanya. Kekayaan keluarga Leight tidak akan habis bahkan sampai seribu generasi. Tidak mendapatkan tambahan dari kekayaan keluarga lain tidak masalah bagiku dan tentu juga anakku. Aku tidak kha
Peony segera membalikkan tubuh. Pura-pura tak mendengar suara Kheil. Peony tidak ingin terlibat lebih jauh. Peduli setan dengan tatapan penuh permohonan Kheil padanya. Mereka tidak punya hubungan apa pun. Itu kenyataannya. “Sepertinya dia tidak mengenalimu, Sayang…” “Jangan sembarangan panggil aku ‘Sayang’!” “Kau dicampakkan? Bersama denganku saja. Aku tidak akan mencampakkanmu seperti dia, Tuan Leight.” “Sudah aku katakan, aku bukan pria itu! Kalian salah orang. Jangan menyentuhku!” Peony membeku mendengar suara tegas Kheil di akhir kalimat. Pikirannya melayang ke masa lalu saat mendengar Kheil mengatakan itu. “Jangan menyentuhku!” “Kalau begitu, kau saja yang menyentuhku, Kheil…” Angel berkata dengan sensual sambil menarik tangan Kheil secara tiba-tiba menuju ke arah dadanya. Namun, belum sempat tangan Kheil mampir ke sana, pemuda itu langsung mendorong kencang tubuh Angel sampai gadis itu terjungkal. Bruk! “Ouch! Kenapa kau kasar sekali?!” “Sudah aku katakan, jangan menyen
“Kau tidak ingin minum?” “Aku tidak haus!” kesal Peony. “Baiklah. Kebetulan aku yang haus. Kalau begitu aku akan menghabiskannya—” Peony merebut botol air mineral yang baru saja hendak diminum Kheil. Ia membuka kemasannya, lalu meminumnya dengan rakus. Selain maniak jus tomat, Peony juga sangat suka air putih. Peony sengaja tak menyisakannya untuk Kheil. Biar saja pria itu haus sampai sekarat! Kekesalan Peony pada Kheil belum juga hilang. Pria itu tak membiarkannya menjauh setelah sandiwara yang dilakukan mereka di stasiun tadi. Ketika di kereta, Kheil masih menahan pinggang Peony, tak membiarkannya duduk memisah. Bahkan sampai di dalam bus, Peony duduk di samping pria yang saat ini masih mempertahankan syal yang Peony pakaikan tadi. Pria itu beralasan takut jika ada yang kembali mengenalinya. Huh! Terlalu percaya diri! Padahal wajahnya sudah tertutup sebagian karena syal Peony. “Di sini sudah tidak ada lagi yang mengenalimu. Menjauhlah!” Peony berbisik sambil mendorong lengan ko
“Eungghh…” Lenguhan panjang keluar dari mulut Peony. Ia menggeliat meregangkan otot-ototnya. Matanya terbuka perlahan. Wanita berwajah bulat ini mengerjap menyesuaikan diri dengan cahaya lampu, yang sebenarnya tidak terlalu terang karena yang menyala hanya lampu tidur di atas nakas yang dilihatnya perlahan-lahan mulai jelas. Peony diam beberapa saat. Mengumpulkan semua ingatan. Matanya memicing. Jam digital di atas nakas menunjukkan pukul enam pagi. Waktu yang biasa digunakan Peony untuk bersiap-siapa mandi. Nakas, jam, dan lampu tidur di sampingnya terlalu mewah. Peony masih ingat bahwa lampu tidurnya tidak semewah itu. Tangannya mulai meraba ranjang tempatnya berbaring. Ranjang ini pun terasa lebih lembut, nyaman dan sangat empuk. Berbeda dengan ranjang yang selama ini ia tiduri. Peony menangadah. Pandangannya menuju pada langit-langit kamar. Matanya membelalak. Ia yakin ini bukan kamarnya. Di mana dia?? Segera Peony mendudukkan diri. Matanya semakin melotot ketika tak jauh di d
Senandung lirih keluar dari mulut Peony. Kedua tangan saling menepuk beberapa kali setelah membuang sampah di tempat pembuangan yang terletak di samping gedung apartemen. Peony mengeratkan sweater ungu muda yang dipakainya saat udara malam terasa. Langkahnya terhenti melihat keberadaan mobil di depan pintu utama gedung apartemen. Di depannya berdiri seorang pria pakaian formal yang menyandarkan tubuh pada body mobil. Kedua tangan masuk ke dalam saku celana. Wajah pria itu terasa tidak asing. Mata Peony membelalak menyadari jika pria itu adalah Nicholas Leight. Pantas saja tidak asing. Wajah Nicholas dan anaknya tidak jauh berbeda. Hanya usia, kerutan di wajah dan tinggi tubuh Nicholas saja yang membedakan. Nicholas sedikit lebih pendek dari sang putra. Mengapa pria itu malam-malam ada di sini? Apakah ingin menemui sang putra? Kenapa menunggu di luar? Apakah Kheil sudah tahu bahwa ayahnya berkunjung? Peony melangkah perlahan sambil memasang penutup kepala sweaternya. Entah mengap