Share

35. Perih di Antara Dua Kaki

Kezia tidak menyangka kalau dia langsung mendapat serangan di detik pertama matanya terbuka. Hari masih pagi, tapi lagi-lagi ia digarap ketika sakit bekas semalam belum sepenuhnya hilang. 

Arnold bermain kasar sekali seperti singa kelaparan. Berkali-kali ia mengukir seringai nakal sebagai pertanda kemenangannya karena sudah berhasil menguasai tubuh Kezia. 

"Lebih nikmat mana yang tadi malam atau yang sekarang?" tanya Arnold ketika dua tubuh mereka masih berada dalam penyatuan. 

Kezia tak menjawab apa-apa selain gelengan kepala. Ternyata dalam keadaan tidak mabuk, Arnold jauh lebih kasar dibandingkan tadi malam. Gadis itu sudah bersusah payah menahan air matanya, tapi ia terus merasa tak nyaman hingga seluruh tubuhnya bagai membengkak. 

"Air matamu justru semakin menantangku, Kezia," ucap duda tiga puluh tahun itu seraya menumbuk lubang surga Kezia dengan lebih dalam. Lidahnya menjilati air mata yang menetes di sepanjang pelipis gadis itu. Ar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status