Starla merasa kalau sejak tadi Revanno terus saja berusaha untuk mengajaknya berbicara. Namun, Starla justru hanya menanggapinya dengan jawaban-jawaban yang singkat. Biar saja Revanno sadar kalau pria itu sudah benar-benar keterlaluan. Memangnya Revanno pikir, Starla tidak sakit hati saat ia di tuduh seperti itu. Bagaimanapun juga Starla merasa tersinggung dengan perkataan Revanno. “Starla, kita perlu bicara?” Revanno menarik tangan Starla ketika hendak keluar dari dalam lift. “Bicara apa ya, Pak? Saya rasa masalah pekerjaan sudah selesai semua. Jadi sudah tidak ada yang perlu di bicarakan lagi. Permisi,” ujar Starla yang berniat untuk meninggalkan Revanno. “Bukan masalah pekerjaan!” “Ah, kalau begitu saya tidak bisa bicara sekarang. Nanti saja. Saya harus segera menghadiri meeting lima menit lagi.” Mata Starla melirik jam yang ada di ponselnya. “Batalkan meetingnya.” “Tidak bisa, Pak. Ini meeting dengan divisi keuangan. Nanti kalau saya tidak ikut, Pak Revanno juga tidak akan
Starla tersentak ketika ia membuka pintu dan langsung di suguhi wajah Revanno. Pria itu memang suka sekali mengganggunya.“Hari ini kamu nggak perlu masuk bekerja,” ujar Revanno lalu masuk begitu saja ke dalam apartemen Starla. Tampaknya menyelonong masuk ke dalam apartemen Starla itu sudah menjadi kebiasaan pria tersebut.“Lalu?” Starla bertanya bingung.Setelah kejadian malam itu entah kenapa tiba-tiba hubungan mereka bisa kembali seperti sedia kala lagi. Ya, seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Padahal waktu itu Starla benar-benar merasa begitu marah dengan Revanno.“Kamu lupa? Bukankah kita akan ke Jepang? Kamu harus ikut denganku ke sana. Lagipula di sana aku juga ingin sekalian menghadiri acara pesta pernikahan temanku, Bastian.”“Kenapa aku harus ikut?” “Kenapa memangnya? Kalau aku nggak mengajakmu, lalu aku harus mengajak siapa, heh?”Starla langsung berdehem. “Ya ... kamu bisa mengaja
Acara makan siang Revanno dan Starla berjalan sunyi tanpa ada percakapan di antara keduanya. Terlebih Revanno masih sedikit kesal karena gagal menuntaskan gairahnya tadi. Revanno selesai makan terlebih dahulu, setelah itu kembali ke kamarnya. Daripada memikirkan gairah yang sangat menyiksanya lebih baik ia tidur saja. Tidak seperti Revanno. Selesai makan Starla justru menghabiskan waktu untuk bercengkrama bersama seorang juru masak yang kebetulan seorang wanita, dan pelayan lainnya yang juga seorang wanita. Lama sekali Starla menyibukkan dirinya selama penerbangan. Hingga tidak terasa pesawat Jet milik Revanno berhasil mendarat di Jepang. Kebetulan hari sudah menjelang malam saat mereka di tiba di Negeri Sakura tersebut. Tujuan pertama Revanno begitu sampai di sana adalah mencari hotel sebagai tempatnya menginap selama kurang lebih tiga hari. Starla berjalan di belakang Revanno, mengikuti Bosnya yang menuju meja resepsionist. “P
Starla tengah sibuk menyuap makanannya sambil diam-diam mengulum senyum ketika melihat ekspresi Bosnya—Revanno. Tentu saja pria itu pasti sedang kesal saat ini, bukan hanya sekedar kesal tapi sangat kesal.Starla tadi nekat mendorong tubuh Revanno dengan sisa tenaganya. Bagaimanapun ia tidak bisa melanjutkan permainannya dalam keadaan seperti tadi. Akhirnya Revanno hanya bisa mengumpat dan mengutuk orang yang berani mengganggu aktivitasnya. Starla masih ingat betul wajah kesal Revanno ketika membuka dan menerima sushi yang ia pesan. Bahkan pria itu sampai membanting pintu begitu pelayan pria tersebut pergi.Lagi-lagi wajah Revanno membuat Starla mengulum senyum. Ah, pria itu sungguh tidak cocok dengan wajah cemberut seperti itu. Dua kali gagal bercinta biar tahu rasa pria itu.“Kenapa kamu tersenyum-senyum?” Starla mengerjap lalu menoleh ke sumber suara, dimana Revanno tengah menatapnya dengan alis terangkat. “Siapa yang tersenyum?”
Revanno dan Starla baru saja keluar dari pintu lift, hendak berjalan menuju kamarnya. Namun, Revanno tersentak saat tiba-tiba mendapat sebuah pukulan yang mendarat di perutnya begitu saja. Revanno langsung mengumpat dan menatap tajam sang pelaku. “Brengsek! Apa yang kamu—“ “Sssttt! Harusnya aku yang bertanya, kenapa kamu sejak tadi nggak bisa aku hubungi? Aku sudah berada di sini dan menunggu selama hampir tiga jam dengan badan yang lelah dan pegal. Sementara kamu? Menghilang begitu saja tanpa memberitahu berapa nomor kamarku, hah?!” Daniel mulai mengomel panjang lebar. Tidak peduli pada Revanno yang masih meringis sembari memegangi perutnya. Pria itu terlihat begitu kesal saat ini. “Sorry.” Hanya itu yang di ucapkan Revanno. Ia segera menarik tangan Starla tanpa memperdulikan Daniel yang masih ingin mengoceh. “Kamu benar-benar sialan!” Daniel berjalan di belakang Revanno dan Starla, menyusuri lorong lantai tempat kam
Mobil yang membawa Revanno, Starla dan Daniel kini telah berhenti tepat di tempat acara pernikahan Bastian. Tidak tanggung-tanggung, teman Revanno sekaligus Daniel itu mengadakan acara pesta pernikahannya di Bellavista Spa & Marina Onomichi, Sakaigahama. Pesta pernikahan itu berlangsung sangat mewah dengan di hadiri para tamu yang Starla yakini semua berasal dari kalangan orang atas. “Wah, benar-benar luar biasa,” gumam Starla saat ia berjalan memasuki tempat pesta berlangsung. “Baru pertama kali ini aku datang ke acara pesta pernikahan yang begitu mewah dan menakjubkan,” imbuhnya sambil menatap sekeliling. “Dan aku harap, setelah kamu pulang dari sini. Kamu nggak akan bermimpi di lamar oleh pangeran berkuda yang akan mengajakmu menikah dengan pesta semewah ini,” sahut Revanno sambil terkekeh. “Ck! Nggak akan!” Ketus Starla sinis. Jika di tanya, siapa sih yang tidak ingin memiliki pesta pernikahan semewah itu? Jelas kebanyakan akan menjawab ingin. Tapi bagi Starla, ia bukan tipe o
Dada Starla masih bergerak naik turun seiring dengan deru napasnya yang kian memberat. Mata Revanno terus saja menyorotnya dengan menggoda. “Apa kamu nggak tertarik?” Tanya pria itu. “Tertarik apa?” Dan tiba-tiba Starla benar kehilangan cara berpikir. “Bermain denganku di balkon ini.” Revanno menunduk, berbisik tepat di daun telinga Starla. “Aku nggak tertarik, Revanno.” Bohong! Padahal saat ini tubuh Starla sudah sangat bergetar menginginkan Revanno untuk segera menyentuhnya. Hanya dengan bisikan sensual dan menatap dada telanjang Revanno benar-benar mampu membuat Starla kehilangan logikanya. “Bahkan kalau aku merayumu?” Tangan Revanno bergerak menyentuh punggung Starla yang terbuka, bergerak membelai dengan jemarinya secara perlahan dan lembut. “Ini di luar, Revanno. Jangan di sini,” ujar Starla berusaha mendorong dada Revanno. Namun, pria itu tak bergeming dan malah terkekeh pelan. “Aku bahkan punya seribu cara untuk terus mencoba.” Starla menahan napas ketika aroma tubuh R
“Saga!” Starla melambai dan berlari-lari kecil menghampiri Saga. Pria itu kini tengah berdiri di sebuah taman yang tak jauh dari apartemen Starla. “Kamu apa kabar? Aku rindu sekali denganmu,” ujar Starla sambil menghambur ke pelukan Saga. Sedangkan Saga hanya bisa terkekeh dan membalas pelukan Starla. “Masa sih? Serindu apa coba?” Goda Saga. “Pokoknya benar-benar rindu seperti ...” Starla diam sejenak. “Seperti ini.” Starla kembali memeluk Saga dan setelah itu mereka tertawa bersama. “Lagaknya bilang rindu. Tapi sama sekali nggak membawakanku oleh-oleh. Padahal baru saja pulang dari Jepang.” Saga masih terus menggoda. Percayalah, ia tidak benar-benar membutuhkan oleh-oleh. Melainkan Saga hanya tertarik saja menggoda Starla. “Maafkan aku. Aku benar-benar kelupaan. Habisnya Bosku nggak mau mengantarku untuk membeli oleh-oleh di sana.” Starla mulai cemberut ketika mengingat kejadian sebelum kepulangannya dari Jepang. Revanno sama sekali tidak mau mengantar Starla berbelanja, meski