Adam justru tertawa. Ia seperti sudah gila. "Mila, aku sudah peringatkan sama kamu dan calon suamimu untuk tidak menikah tetapi kenapa tetap saja kalian ingin menyelenggarakan pernikahan? Aku tahu semua tentang kamu. Aku tak mau mantan istriku ini menikah dengan siapa pun," jawabnya.Bu Ningtia bangkit dan langsung menoyor kepala Adam. Tetapi Adam masih saja tersenyum. Ia bahkan tidak punya rasa bersalah telah menghabisi nyawa calon suami Mila.Mila menghela nafas panjang. Entah apa yang ada di pikiran Adam sampai dia jadi seorang pembunuh. "Bang, kenapa kamu harus melakukan ini? Kenapa kamu tega sekali? Kamu telah membunuh berapa nyawa? Anaknya Hana, Hana dan sekarang Bram juga kamu bunuh. Terbuat dari apa hatimu itu? Aku tak menyangka aku pernah menikah dengan orang yang tak punya hati." "Mila, aku sangat cinta sama kamu. Tetapi kamu tinggalkan aku dan akan menikah dengan orang lain. Kehidupan ku sangat berantakan saat kamu meninggalkan aku. Dan setelah aku tahu kalau kamu menjadi
Lima belas minta Mila menangis. Kemudian ia bisa menenangkan diri. "Terima kasih, Rian. Tolong pinjamkan saya uang agar saya bisa pulang!" pintanya.Rian baru menyadari jika bahu atasannya itu terluka sampai akhirnya mengeluarkan banyak darah lagi. "Bu, ini tangannya berdarah. Saya antar ke rumah sakit saja, ya? Tapi saya hanya bawa motor kebetulan saya bawa dua helm. Yah, kalau Bu Mila mau," tawarnya."Tidak, Rian. Saya ingin pulang saja. Biarkan ini diobati di rumah saja," tolak Mila."Baiklah. Kalau nggak keberatan apa saya antar ke rumah, Bu? Saya agak khawatir dengan kondisi Bu Mila. Atau saya pesankan taksi tapi saya yang akan di belakang mobilnya," Rian memberikan penawaran.Tak disangka Mila justru pingsan di sana. Rian makin khawatir. Ia tak tahu bagaimana harus berbuat. Akhirnya terpaksa Rian meminta bantuan kepada orang di sekitar nya untuk membantu nya.Rian membawa Mila ke rumah sakit sementara motornya ia titipkan di salah satu toko yang buka selama 24 jam. Sesampainya d
"Yang jelas saya berterima kasih," sahut Pak Seno mengusap punggung Rian. Sebenarnya Rian masih ingin tahu tentang apa yang terjadi pada Mila. Tetapi ia juga tak berani bertanya. Tentu hal itu menyakitkan. Entah alasan apa sampai Mila batal nikah pasti ada sesuatu yang besar.Rian kemudian meninggalkan rumah sakit. Ia diantarkan oleh anak buah Pak Seno agar bisa mengambil motornya yang ia titipkan di salah satu toko kemarin. Tiga hari kemudian Mila sudah diperbolehkan pulang setelah kondisinya sudah jauh lebih baik. Lengannya juga sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Mila meminta kepada orang tuanya untuk tidak mempermasalahkan tentang hal itu kepada keluarga almarhum Bram. Ia tak mau memperpanjang masalah. Sehingga orang tua Mila pun setuju dan terpaksa kedua keluarga besar itu memutuskan hubungan. Hari ini Mila sudah hendak bekerja. Tiga hari dipegang langsung oleh Pak Seno. Sudah waktunya Mila bangkit. Ia seperti biasa menyapa para karyawan sembari berjalan menuju ke ruangan n
Mila langsung bangkit. Ia baru tahu kalau yang dikirimkan kepada Rian adalah sebuah mobil. Ia kemudian keluar menemui ayahnya yang ternyata sedang berada di ruang tengah bersama ibunya."Ayah, kata Rian yang dikirimkan ke rumahnya adalah mobil. Kan aku tadi minta sebuah motor," ucap Mila."Iya, Mila. Ayah sengaja memberikan dia sebuah mobil. Nyawamu telah diselamatkan olehnya. Itu juga karena kamu. Apa salahnya kalau ayah memberikan mobil," sahut Pak Seno santai. Bu Yuni pun ikut tersenyum."Oh, jadi memang sengaja, ya? Tapi kata Rian nggak mau menerima mobil itu. Ini dia hubungi aku katanya nggak bisa menerimanya," balas Mila."Mila, sini duduk!" titah Pak Seno. Mila kemudian duduk di samping ayahnya. "Kamu kan punya kedudukan, kenapa harus takut? Agar ia menerima pemberian kita kamu ancam saja dengan posisi kamu.""Maksud ayah?" Mila tak mengerti dengan ucapan ayahnya.Pak Seno kemudian memberikan petunjuk kepada Mila. Mila pun hanya manggut-manggut saja.Mila kemudian kembali ke ka
"Kamu nggak perlu minta maaf, Mila! Karena kamu nggak bersalah. Mama yang minta maaf! Kamu sudah makan? Ayo kita makan!" ajak Bu Ningtia. "Terima kasih, Tante. Tapi saya harus kembali ke kantor. Saya ke sini hanya ingin minta maaf," sahut Mila."Baik lah. Nanti kamu sering-sering main ke sini, ya? Mama ingin hubungan kita tetap baik-baik saja!" balas Bu Ningtia.Mila pun meninggalkan rumah Bu Ningtia. Lega ternyata mantan calon ibu mertuanya nggak marah dan memutuskan hubungan. Ia hanya merasa tak nyaman jika harus seperti itu. Apalagi tadi Bu Ningtia masih menyebutkan dirinya Mama di hadapan Mila. Memang selama ini Bu Ningtia telah menganggap Mila sebagai anaknya. Meskipun belum menikah dengan anaknya. Apalagi kini anaknya telah meninggal dan tak akan pernah kembali.Mila kembali ke kantor. Ia melihat Sera masih berkutat dengan pekerjaan barunya. "Sera, bagaimana pekerjaan barunya?" tanyanya."Saya masih berusaha melakukan yang terbaik, Bu. Ini masih saya pelajari. Nanti kalau saya
"Saya tak memiliki keluarga, Bu. Saya hanyalah dari anak panti asuhan. Setelah saya lulus SMA Saya memutuskan untuk keluar dari panti karena ingin hidup mandiri. Kemudian saya kerja sambil kuliah kebetulan saya dapat beasiswa. Setelah saya lulus kuliah langsung bertemu dengan suami saya ini. Tetapi ya begitu kerjanya pelayaran dan jarang pulang," jelas Sera.Mila tertegun mendengar cerita Sera tersebut. Ia berkali-kali lipat harus bersyukur memiliki keluarga yang lengkap dan punya banyak segalanya. "Kamu wanita hebat, Sera," pujinya."Bu Mila jauh lebih hebat. Bu Mila bisa jadi seorang direktur utama," balas Sera."Yah karena pemilik perusahaan itu adalah ayah saya sendiri. Bagaimana kalau kita berteman? Aku merasa kesepian. Aku mau punya teman yang bisa aku ajak ngobrol jalan-jalan dan sebagainya. Aku bosan dengan kehidupan yang selama ini aku jalani," usul Mila."Bu Mila tidak boleh begitu! Banyak sekali orang di luar sana yang membutuhkan pekerjaan. Sedangkan Bu Mila bisa bekerja d
Mila menunduk. Sebenarnya ia jua malu menceritakan itu kepada bawahannya. Tetapi ia merasa memang butuh teman untuk sekedar mengungkapkan uneg-unegnya. "Yah, tapi saya minta kalian jangan sampaikan kepada siapa-siapa ya?" ucapnya. Kemudian cairan bening dari ujung netranya pun luruh tak terbendung. Entah ia mengingat sesuatu yang memilukan yang mana dalam hidupnya. Sera pun mengusap punggung Mila. Sedangkan Rian hanya diam mematung. "Sabar, Bu. Saya yakin setelah ini Bu Mila bisa menemukan kebahagiaan," ucap Sera.Mila masih saja terisak. Rian memberikan sapu tangan kepada Mila. Mila pun meraih nya dan mengusap air matanya dengan sapu tangan pemberian Rian. "Terima kasih, Sera. Hari ini jujur saya justru merasa senang. Karena saya bisa menangis. Karena selama ini Mila merasa tak bisa bercerita selain kepada orang tuaku."Rian tak tega melihat Mila menangis. Segera ia memberikan air mineral kepada Mila agar sedikit tenang. "Ini, Bu," ucapnya.Mila lagi lagi meraih pemberian Rian. Men
Keesokan harinya, Mila ke kantor seperti biasa. Tak diduga ternyata ia berjalan bersisi dengan Rian. Ia masih mengingat ucapan Rian kemarin tentang arti sebuah pernikahan."Pagi, Bu Mila," sapa Rian."Pagi," balas Mila.Mereka berjalan berisi sampai lantai atas dan terpisah oleh ruang kerja. Di depan ruang kerja Mila sudah ada Sera yang duduk. "Selamat pagi, Bu," sapa Sera. "Pagi, oh ya tolong berikan laporan minggu ini, ya!" pinta Mila lalu beranjak menuju ruang kerjanya.Tak lama kemudian Sera masuk dan menyerahkan laporan yang diminta oleh Mila. Mila mempelajari. Seperti biasa ia selalu meneliti setiap kalimat yang ada. Karena ia tak mau sampai kecolongan lagi.Dari divisi keuangan aman. Karena paling penting memang adalah divisi keuangan. Rupanya Rian memang pandai mengurus keuangan.Mil kembali mengecek ke laporan yang lain. Perusahaan yang berjalan di bidang garmen itu memang sudah sangat lama. Bahan yang dipakai memang yang terbaik. Dan sebagai bahan mentah dibawa dari luar n