"Masmu, Wega, hutang kepada rentenir nggak bilang sama ibuk sama bapak. Sekarang Mas mu dan Bapak mu harus bekerja di peternakan sapi di rumah rentenir selama lima tahun tanpa digaji," jelas ibunya Rian. Netranya sudah basah dan mengeluarkan cukup banyak cairan.Rian tercekat dengan penjelasan ibunya. Padahal mereka ingin pulang kampung dan menghabiskan waktu di kampung dengan senang tetapi kenyataannya jadi seperti ini."Berapa hutang Mas Wega, Bu?" tanya Rian. Mas Wega adalah kakak tertua dari Rian. Anak bawaan dari ibunya Rian. Jadi masih saudara tiri dari Rian."Sekitar seratus juta. Tetapi bunga nya yang tinggi membuat hutangnya sampai banyak sekali " jawab ibunya Rian.Rian menelan saliva. "Untuk apa Mas Wega meminjam uang sama rentenir, Bu?" tanyanya."Katanya Wega, dia pinjam uang untuk menebas kebun jeruk. Tetapi setelah ditebas ternyata orang yang membeli menipu dan akhirnya Mas mu yang rugi dan harus mengembalikan uang rentenir dan karena nggak bisa Mas dan juga Bapakmu ke
"Wah, banyak juga uangmu. Kalau cepat mengembalikan begini 'kan kamu nggak usah capek-capek kerja di peternakan," ucap rentenir dengan menyunggingkan bibirnya. Ia masih menghitung banyaknya uang yang ada di depannya. "Oke, jumlah nya cukup. Kapan-kapan, Wega suruh hutang yang banyak biar aku juga bisa untung banyak."Bapaknya Rian dan Rian segera meninggalkan tempat rentenir tersebut. Namun, di sana Wega masih terdiam. Segera Bapaknya Rian mengajak untuk ke rumahnya sekarang juga.Sebelum menuju ke rentenir, Rian mengajak Bapaknya mencairkan uang terlebih dahulu. Sehingga butuh waktu. Di rumah Bapaknya Rian. Wega masih menunduk. Seperti ada rasa bersalah di wajahnya."Wega, lain kali kalau hutang dipikirkan dulu! Oke memanG kebun jeruk bisa menghasilkan cukup banyak hasil. Namun, perlu dikira-kira juga kapasitas kita," tutur Bapaknya Rian. Wega juga masih menunduk. Rian dan Mila hanya menyimak. Untuk sementara mereka memilih tak ikut campur. "Sekarang kamu berterima kasih sama Mil
"Iya, ini adalah istriku. Dia hamil," jawab Rian kemudian menunjuk ke arah Mila.Mila menyapa dengan senyuman kemudian mengulurkan tangan dan ingin berjabat tangan. Tetapi tangan Mila tak disambut oleh Ajeng. Segera Mila menarik lagi tangannya. "Mas Rian kok tiba-tiba menikah? Apa di kota Mas Rian hamil duluan?" tuduh Ajeng.Mila tak terima dituduh seperti itu. "Maaf, aku mau masuk dulu." Ia kesal dengan Ajeng. Padahal sejak tadi ia merasa senang tetapi kehadiran Ajeng membuat rusak moodnya. Masuk ke dalam rumah wajah Mila masih kusut dan ternyata diketahui oleh bapaknya Rian. "Mila, kamu kenapa?" tanyanya."Itu, Pak. Masa yang namanya Ajeng menuduh aku hamil duluan," jawab Mila dengan wajah ditekuk.Bapaknya Rian tersenyum. "Oh, biarin saja. Kadang omongan orang yang nggak benar memang tak harus ditanggapi.""Tapi 'kan sebel, Pak. Asal nuduh saja," gerutu Mila. Rian baru muncul dari belakang."Sudah ngobrolnya sama Ajeng?" tanya Mila kesal. "Sudah, Sayang. Jangan dimasukkan hati!
"Iya, memang air di sini cukup dingin. Ayo setelah ini kita sarapan!" ajak Rian. Tak butuh waktu untuk dandan Mila langsung duduk di samping Rian. Mila melihat menu yang cukup berbeda dengan biasanya ia santap di kota. "Ini apa?" tanyanya."Ini adalah sayur pakai sambal. Kata ibuk tadi bilang punya mu yang ini. Ini yang nggak pedas. Sedangkan yang ini pedas," jawab Rian seraya menunjukkan cobek yang ada dua. Mila masih belum tahu. Tetapi kalau ibu mertuanya menyiapkan sejak kemarin memang disarankan nggak pedas. Tetapi Mila justru penasaran yang pedas itu. Tanpa persetujuan Rian ia langsung mengambil satu sendok sambal pedas."Loh, ini pedas, Sayang," cegah Rian. Tetapi Mila kekeh mengambil dan langsung melahap itu. Matanya langsung berkaca-kaca. Mulutnya terbuka sempurna. "Hah, ini pedas banget. Aku kira pedas biasa tetapi bikin nagihin nih.""Jangan, Sayang! Lebih baik kamu pilih yang pedas tuh. Kasihan anak kita nanti makan kepedesan," tutur Rian.Mila akhirnya menurut. Ia campu
"Kita tunggu saja bos! Tapi kulitnya mulus dan cantik aku jadi tergoda. Bagaimana kalau kita nikmati saja tubuh nya?""Dia lagi hamil. Gila kamu kalau ada apa-apa sama kandungan nya Bagaimana?""Peduli apa sama kandungan nya? Yang penting enak buat kita. Ayo lah kita gantian!"Mila yang di dalam sangat ketakutan. Ia bahkan berusaha untuk menyelamatkan diri namun tak bisa karena begitu kuat ikatan di tubuhnya. Perutnya juga sudah meronta. Sudah waktu ia makan. Kasihan bayi di dalam kandungan nya. Ia menangis dalam sunyi.Tak berselang lama masuklah dua laki-laki yang memakai topeng. "Kamu duluan! Aku setelahmu," ucap laki-laki yang berbadan tegap dan tinggi.Kini hanya ada satu lelaki yang mendekati Mila. Lelaki kurus. Mila tak dapat melihat wajahnya karena ditutup topeng. Mila berusaha menyelamatkan diri dengan menggerakkan tubuhnya dengan sekuat mungkin. Tetapi tak bisa. Lelaki itu kemudian mengusap pipi Mila lalu menyentuh bagian sensitif Mila. Mila hanya bisa meronta tetapi ia t
Dalam kondisi seperti ini dokter mengerti bagaimana perasaan calon ibu yang harus kehilangan bayi mereka. Dokter cantik itu masih berusaha tenang. "Bu, Tuhan berkehendak lain. Kami harus menyelamatkan ibu."Mila menangis dengan keras. Ia tak kuasa menahan amarah, kecewa dan semua hal yang baru saja terjadi pada dirinya. Diculik dan akhirnya ia dan Rian harus kehilangan calon bayi mereka yang selama ini menjadi harapan untuk bisa menjadi penyempurna pernikahan. Tetapi semuanya telah terjadi. Tak ada yang bisa merubah. Kini Mila harus menerima kenyataan kalau dirinya tak lagi hamil. Setelah Rian memberi penguatan ternyata Mila kembali tertidur. Mungkin kelelahan serta stres yang dialami oleh Mila.Tiga hari Mila dirawat di sana. Dan akhirnya Mila diperbolehkan untuk pulang. Terapi perubahan terjadi pada Mila yang cenderung lebih pendiam. Ia tak mau banyak bicara. Lebih banyak melamun dan saat diajak bicara juga memilih lebih singkat saat ditanya.Siang hari Mila akhirnya sampai di ruma
Setelah Pak Seno pulang kerja. Ia langsung melihat kondisi Mila yang berada di kamar. "Bagaimana Mila hari ini, Rian?" tanyanya.Belum sempat Rian menjawab langsung Bu Yuni menyahut. "Hari ini Mila full sama aku. Aku nggak percaya sama suaminya Mila akan bisa menjaga Mila dengan baik."Rian hanya menunduk. Ia tak mau menambah kekesalan ibu mertuanya. "Kenapa, Bu? Mila pasti butuh suaminya,'' tanya Pak Seno."Rian nggak bisa menjaga Mila sampai Mila keadaan nya jadi seperti itu. Ayah lihat Mila sekarang? Itu semua karena Rian,'' jawab Bu Yuni dengan penuh amarah. "Sudah, kenapa jadi ribut begini sih? Sampai kondisi pasca operasi Mila selesai biar nanti Mila dan Rian tinggal di rumah mereka," tutur Pak Seno."Nggak bisa. Ibu nggak percaya sama Rian. Kalau terjadi sesuatu kepada Mila lagi bagaimana? Ayah juga terlalu percaya kepada menantunya ini sampai lupa kalau Mila terlalu berharga untuk sampai kehilangan calon bayinya," cerocos Bu Yuni.Pak Seno langsung menarik istrinya. "Rian,
Saat itu Mila dinyatakan depresi ringan. Sehingga semuanya membuat dunia begitu hancur menurut Mila. Apalagi saat itu Rian juga dibenci oleh ibu mertuanya karena menganggap Rian lalai dan tak bisa menjaga Mila dengan baik. Bu Yuni terus saja mencemooh, menyalahkan dan terus saja menganggap Rian tak ada benarnya. Meskipun Rian sudah berusaha sebaik mungkin untuk menebus kesalahan nya.Pengobatan Mila berjalan selama enam bulan. Selama itu Mila selalu didampingi oleh psikiater. Meskipun Mila merasa dirinya tak depresi dan baik-baik saja. Tetapi Rian terus mendampingi Mila sampai sembuh.Enam bulan yang lalu, Rian mengajak Mila untuk pindah ke rumah baru mereka setelah mendapatkan persetujuan dari ayah dan ibunya Mila. Meskipun ibunya Mila sangat tak setuju. Tetapi Pak Seno yang mendukung keputusan Rian untuk membawa Mila ke rumah baru mereka. Karena walau bagaimana pun juga sebagai orang tua tetap harus menghargai keputusan anak yang telah menikah. Mereka tak memiliki hak yang sama sep