HarsaKalau bukan papa sama mama yang suruh aku kesini, aku gak bakalan mau kesini, karena aku kesini cuman buat jemput si hara.“kamu tau gak beb kontrakannya dimana?”“ini lagi cari, kata om roni, sama iwan daerah sini kontrakannya”“ini bukan?” tunjuk bella, dari fotonya memang benar itu kontrakannya, aku masih gak percaya selama ini hara tinggal di kontrakan seperti ini.“kamu mau masuk?”“ya dong, aku kan harus jemput ini anak ke rumah”“parah yah, ada acara pertemuan sama cewek malah masih belum dateng” lanjut bela menghela nafas liat sifat hara yang terlalu santai.Pintu kontraknya gak terututup rapat, tepatnya gak terkunci, aku buka perlahan sampai terlihat hara masih tidur di atas kasur sambil peluk bantal guling.“gila, masih molor diaa, “ gumamku agak kesal,“oii harr, bangun,,,!!” bella ikut bantu tepak kepalanya pake bantal.Setelah beberapa menit akhirnya si hara bangun, menggeliat dan kembali mengambil bantal guling.“saaaa, bellaaa, ngapain kesini?” tanynya kembali men
Santi – niaMalam ini aku menginap rumah hara, aku mencoba memanggil nama aslinya sekarang, disini aku tidur bareng bella, dia sendiri yang meminta Namanya. Itu karena kita berempat ternyata seumuran. Hanya takdir yang berbeda.“oh nia,, eh maksudya santi..”“kamu pakai pakian dulu aku aja, ini” ucap bella yang baru selesai mandi, dia memakai tangtop pink dan juga hotpants.“tapi cuman tangtop sama hotpants, hehe, itu pakaian yang ketinggalan pas acara nikahan kak yua, masih bersih kok” jelasnya.“uhmm iah” aku lirik buah dada bella yang ternyata tergolong besar juga,Aku tersenyum sendiri, karena ini sepertinya bekas kamarku posisi kamar mandinya tak berubah.Selesainya, aku langsung pakai, tentuntunya pakai bra dan celana dalam, gak lucu aku jadi seolah godain orang di rumah hara.Tetepi ukurannya agak sempit, sampai cup bra ku sedikit mencuat keluar, untuk malam sih gak apa-apa, lagi pula sudah waktunya tidur.“wooo gak muat yah/” ucap bella saat aku duduk di sampingnya yang lagi r
Harsa-Benar-benar nekat si bella, lagi ada yang nginap di rumah ngajak bercocok tanam segala, di tambah gue dua kali klimaks juga dalam satu malam.“muachh” kecupan hangat di bibirnya, aku langsung bangun ke kamar satunya, semoga hara gak tau gue sama bella tidur mala mini disini.“gak orang?” gumamku tempat tidurnya masih utuh seperti gak ada yang tidurin,“jangan-jangan si hara sama nia, maksudnya santi lagi buka segel” gumamku. Coba cek ke kamarnya kak yua.“ini kan tantopnya sama hotpants, wahh bearti sudah buka segel si hara,” ketawa gue ternyata diam-diam mematikan itu anak. Tapi saat aku keluar lihat empat foto album yang tergelak di atas kasur.“romantis sih, sambil lihat album foto, sambil haucihhhhh” aku tiba-tiba bersin.“haraa niaa,, santii” gue kembali keluar kamar kak yua, pura-pura gue gak masuk ke dalam tadi. Tetepi tak ada jawaban.“kosong” Benar-benar tak ada mereka berdua, aku cek ke kamar tamu, ternyata ada papa mamanya yang masih tidur. Papa dan mama juga, juga g
Santi-Aku ikutin terus hara kemana dia pergi membuat aku ingat saat kecil selalu membututinya kemana ia berjalan, entah rasanya ingin mengikutiya terus saat itu, walau dia sepertinya tak menggapku,Tapi kali ini berbeda, sekarang merasa hara satu-satunya orang yang buat aku nyaman, tapi hara belum pernah menyatakan perasaanya, cuman dari cara dia memperlakukanku aku tau jawabannya,“pasti dia homo, atau biseksual” gumamku. Dia seperti tak tertarik dengan tubuhku, selalu menghindar.“udah mau malam, di tambah mendung, aku antar kamu pulang” gumamnya, emang gak kerasa seharian di klinik,“aku maunya jalan kaki” ucapku berdiri di sampingnya.“okeh, “hara langsung pegang tanganku agar jalan di sampingnya, dari raut wajahnya dia lebih tenang sekarang, setelah kejadian babeh yang alami.Tetapi saat melewatinpasar matanya terus tertuju ke puing-puing bangunan pasar, tatapan begitu serius. Pasar yang biasanya udah banyak lampu menyala kini gelap gulit.“kamu kehilangan banget ya?” tanyaku pel
Hara-Kemarin hara gak pulang ke rumah, membuat papa mama sedikit panik, di tambah orang tua dari nia, maksudnya santi juga. di tambah malam harinya susah di hubungi,Andai gak hujan badai berjam-jam mereka berempat pasti bakalan susul ke tempat kemarin.“biii, papa mama kemana?” tanyaku saat bibi lewat ruang tengah, sepertinya lagi terburu-buru.“udah duluan den susul hara” jawabnya masuk kedapur, dan kembali lagi bawa kardus banyak.“emang ada apa sama hara?”“pasar dekat tempat tinggal den hara kebakaran, mereka susul buat lihat langsung kondisinya”“sekarang bibi mau restoran non yua buat ambil makanan, sekaligus di bagi-bagi” jelasnya, kenapa gue baru tau sekarang.“sejaka kapan bi pergi?”“barusan, mereka juga telat sehari informasinya, itu juga dari temenanya den hara, budi kalau gak salah namanya” lanjut bibi, bearti malam kemarin hara gak pulang karena masalah kebakaran.“bibi duluan ya den,semua pintu belakang udah kunci,”“iah bi, bearti semuanya kesana?” angguk bibi, dari
SantiUntungnya papa sama mama gak curiga soal ranjangnya patah, karena memang beberapa kayu penyangganya sudah rapuh. Apa lagi aku bilangnya kalau aku menghempaskan tubuhku tinggi sampai akhirnya ambruk.Yang sekarang membuat aku cukup kaget hara bakalan lakuin apa aja demi orang-orang di pasar sama anak jalanan yang tinggal di belakang pasar.Termasuk rencananya mengambil alih pasar dari perusahaan ares. rasanya tanganku begitu gemetar melihat wajahnya. Walau begitu ares tak mengenali hara walau dia datang ke pernikahaan kakaknya hara.Tetapi Saat berhadap sama ares , mada seperti tak takut sama sekali, hara juga hari ini sedikit sibuk dia lagi mengirimkan berkas ke sesroang, yang dia sebut mas roy.“dia siapa?” tanyaku pas hara selesai menelpon,“anaknya babeh, roy Namanya” ucapnya.“ohh,”“oh ia hari ini kita jengguk babeh mau,udah lama gak jenguk, sekalian ada yang mau di omongin sama mas roy” lanjut hara.“aku ikut, di rumah juga gak ada orang, papa sama mama pergi ke rumah kamu
HarsaGak biasanya papa meyetel Tv di ruang tengah, dengan suara cukup kencang, papa mama, sama kedua orang tua santi pun duduk sambil tertuju ke tv tersebu.“ada apa paa maa?” kataku langsung ikutan lihat, dari sekilas siaran langsung. Yang ternyata isinya tentang kebakaran pasar kemarin. Kenapa jadi melebar seperti ini..“jangan-jangan ini ada hubungan sama hara pa?” kataku pelan.“entah, papa gak habis pikir apa yang di lakukan hara, kalau ini benar-benar hara yang lakuin”“tapi harsa yakin, ini hara lakuin itu demi orang-orang pasar” ucapku yakin.“kamu yakin?” angguk gue yakin, hara pasti lakukan apapun demi mempertahankan pasar, termasuk menyerang secara langsung, lewat saluran tv nasional pula.“kamu coba hubungi hara sekarang dia dimana,” pinta papa, tak lama papa menerima telepon dari seseorang, tapi saat aku mau menelpon hara, bella lebih duluan telepon.“haloooo”“Bebb nonton berita, aku tadi lihat hara di tv, gila tuh anak, buat keributan gara-gara pasar kebakaran” gerutun
Santi.Hara sudah bangun pagi-pagi sekitar jam enam, aku sendiri masih tiduran di atas kasurnya dengan tubuh yang di tutupin dengan kain sarung.“awhhh” gumamku merasakan tubuhku sakit semua, pasti karena kasur hara yang keras, dia juga udah biasa tidur dengan kasur seperti ini.“pagiiii” ucapnya lagi sedang membereskan sesuatu.“jam berapa sekarang?”“jam delapan, nyenyak banget tidurnya”“uhmm kan habis rondaaa” ledekku, langsung bangun. Dengan tubuh yang masih telanjang bulat. Hara tak berkedip saat aku menggeliatkan tubuhku yang terasa pegal,“haaaa~”“aku mandi dulu” angguknya, aku tak terkejut isi kamar mandinya, walau isinya hanya ember air.gayung, sabun dan shampoo seadanya.“haarra, handuknya” ucapku lupa pinjam handuknya.“ini” aku pun keluar melilitkan handuk, dan langsung melepaskan handuk di hadapan harsa memakai pakianku tadi malam.“ndut yahh?” ucapku manja telanjang bulat di depannya, hara tak menjawab, di mendekatiku sambil mencium bibirku.“semookk, hahaha” bisiknya