Masih di gubuk itu, Azka berusaha mengatur nafasnya menggeser langkahnya menjauh dari Hanz, ia menepi di pinggir gubuk itu. Hanz memberanikan diri mendekati Azka. Dia tiba-tiba berlutut di hadapan Azka. "Nona, maafkan aku. Aku sungguh tidak bermaksud seperti itu. Aku sudah keterlaluan. Nona boleh menghukumku. " Hanz memegang kedua kaki Azka. Azkayra sesaat terdiam, lalu melepaskan pegangan tangan Hanz dan ikut berlutut hadapannya pria itu. Ia mengangkat dagu Hanz hingga mereka saling bertatap muka.Cup!Kecupan panjang Azkayra mendarat di dahi Hanz."Sepertinya hujannya sudah reda, ayo kita pulang." Azka segera berdiri dan keluar dari gubug, berlari kecil ke arah mobil mereka berada. Hanz terpaku dengan tingkah Azka, sesaat kemudian Hanz tersadar dan segera berlari menyusulnya."Nona.. Tunggu.. Ini masih hujan.!!" teriak Hanz, namun Azka sudah jauh didepan. Mereka akhirnya tiba di mobil. Hanz segera membuka pintu mobil untuk Azkayra.Mereka kini sudah berada di dalam mobil. "N
Dokter Lisa sudah selesai Memeriksa Azkayra. Dia menghampiri Hanzero yang masih setia berdiri disana."Tuan Sekretaris. Ini obat untuk Nona Azkayra. " Dokter Lisa menyodorkan obat yang selesai diraciknya."Bagaimana keadaan Nona Dokter. ?" Hanz bertanya masih dengan kekhawatiran."Nona Azkayra hanya demam biasa, akan segera membaik setelah meminum obat." jawab Dokter Lisa."Apa Nona terkena air hujan..? " tanya Dokter Lisa."Benar Dokter, kemarin Nona meminta pergi jalan-jalan dan kebetulan cuaca sedang buruk." jawab Hanz merasa bersalah." Sepertinya Nona alergi dingin, Dia tidak bisa terkena air hujan atau cuaca dingin. Jadi sebaiknya hindari itu semua." jelas Dokter Lisa."Baik Dokter. ""Kalau begitu saya permisi dulu. Nona Azkayra, saya permisi dulu. Diminum obatnya dan perbanyak istirahat dulu. Semoga cepat sembuh. " Dokter Lisa tersenyum pada Azkayra ."Terimakasih Dokter. " Azka membalas senyuman.Dokter Lisa melangkah keluar, Hanz segera menghampiri Nona nya. Ia meraih Man
Hanzero telah tiba di rumah, segera meloncat dari mobil sesaat setelah menghentikan mobilnya. Langkahnya terlihat cepat. Di pikirannya saat ini hanyalah Azkayra yang tengah sakit.Langkahnya dengan cepat menaiki tangga dan menuju kamar Azkayra. Tak lama Hanz sampai di depan kamar Azka dan langsung membuka pintu kamar memang tak pernah dikunci itu.Hanz melangkah masuk, langkah nya terhenti mendadak dan matanya terbelalak , Azka keluar dari kamar mandi hanya dengan balutan handuk tipis di badannya.Rambutnya tergulung ke atas menampakkan leher jenjang dan dada nya yang putih mulus, belum lagi kulit pahanya yang mulus, pemandangan yang sama sekali belum pernah Hanz lihat seumur hidupnya."Hanz.. Kamu sudah pulang!" Azka sedikit memekik ia juga nampak terkejut relfek menutup dada bagian atasnya dengan kedua tangannya.Hanz langsung membalikkan badannya tanpa suara ia melangkah keluar dan menutup pintu.Hanz membuang nafas dengan kasar."Huuufff..!!" ia menyandarkan punggung dan kepalan
"Apa yang membuat Nona bisa mencintaiku?" tanya Hanz membuat Azkayra memutar tubuhnya."Aku tidak tau Hanz, semua itu mengalir begitu saja." jawab Azka."Nona, sama sekali tidak berguna mencintaiku, aku hanya bawahan Nona. Tidak layak mendapatkan cinta dari seorang Nona Azkayra." jawab Hanz mengangkat dagu Azka."Jika aku bisa memilih , tapi hatiku yang telah memilih Hanz." jawab Azka dengan tatapan sendunya.Hanz mendengus, kini ia melangkah dan duduk kembali di atas ranjang milik Azka."Harga diri Nona melebihi segalanya bagiku, dan selama ini aku merasa bersalah telah merendahkannya. Aku sudah berjanji pada Tuan Shaka untuk menjaga Nona , aku tidak mungkin mengkhianatinya Nona." Hanz mengacak rambutnya."Hanz , Ayahku sangat menyukaimu, ia sangat membanggakanmu, kurasa ia akan setuju dengan pilihanku." kini Azka menghampiri Hanz."Aku tidak yakin Nona , Tuan menyuruhku untuk menjaga dan melindungi Nona, bukan untuk mencintai atau memiliki Nona." jawab Hanz."Hanz, jika Ayah tidak m
Hanzero terbelalak saat melihat jam di HP-nya yang menunjukkan pukul 09:00. "Sial, kenapa tidak ada yang membangunkan aku?" Serunya sambil segera menekan nomor seseorang. "Iya, Tuan. Anda sudah bangun rupanya," jawab yang di sana dengan nada ringan."Apa kamu sudah di kantor, Annabel?""Pastinya, Tuan. Secara Annabel gitu, perempuan yang disiplin waktu," jawab Annabel dengan nada bangga. "Memangnya anda bagaimana?" ejeknya.Hanzero merasa kesal dengan respon Annabel, namun dia tak bisa menyalahkan siapa-siapa. "Apa kau lupa aku menyuruhmu membangunkan aku pagi ini? Bagaimana aku bisa melupakan janji penting itu?" gumamnya dalam hati. Tetapi, dia sadar bahwa memarahi Annabel saat ini tidak akan mengubah apapun. Dengan berat hati, Hanzero melanjutkan, "Kenapa kamu tidak membangunkan aku?" Meski ia mencoba menenangkan diri, suara kesal tak bisa ia hindari dari ucapan terakhirnya."Sebenarnya tadi pagi saya berniat untuk membangunkan Tuan, namun Nona mencegahnya. Katanya, semalam Tuan
"Nona, kembali lah ke kamar," ucap Hanz sambil menurunkan nada suaranya."Baik lah. Ayo.!!" Azka segera menggandeng tangan Hanz."Nona duluan saja," ucap Hanz lembut. "Tidak, aku tidak mau jika sendiri," rengek Azka, dalam hati ia khawatir bila ia meninggalkan Hanz di sana, Hanz akan memarahi para pelayan itu. Hanz mendengus, namun akhirnya mengikuti langkah Azka. "Nanti kita sambung lagi ya..!!" bisik Azka pada Berlinda sebelum meninggalkan dapur. Azka dan Hanz kini sudah berada di kamar Azka. "Nona, Anda belum pulih, kenapa bisa-bisanya Nona berada di dapur dan berniat belajar memasak? Jangan ceroboh, Nona," ucap Hanz menatap Nona. Azka merasa sedikit tertekan dengan perkataan Hanz. Di dalam hatinya berkata, "Apakah aku benar-benar terlalu ceroboh? Aku hanya ingin belajar dan membantu, namun mengapa kamu selalu khawatir berlebihan?" Perasaan itu bercampur dengan rasa ingin melawan namun juga ingin meraih pengertian dari Hanz."Aku tahu Hanz ingin yang terbaik untukku, tapi apakah
Pagi itu Hanzero telah terlihat rapi.Ia menghampiri Sang Nona di kamarnya, dan mengetuk pintu, tak lama Azka membukakan pintu dan menyambut Hanz dengan tatapan mesranya."Nona, hari ini beristirahatlah dengan baik, aku harus pergi ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaan." ucapnya pada Azkayra."Iya Tuan Hanzero, kali ini saya akan mematuhi anda." sahut Azka tersenyum manis.Hanz membalas senyuman Nonanya dan segera melangkah."Hanz.. " panggil Azka .Hanz menghentikan langkahnya dan menoleh."Kamu melupakan sesuatu." ucap Azka.Hanz mendengus,dan kembali menghampiri Nonanya, ia menoleh ke kiri dan ke kanan memastikan tak ada siapapun disitu. Hanz melingkarkan tangan kirinya ke pinggang Azka , sementara tangan kanannya membelai kepala sang kekasihnya itu."Kamu jangan nakal Azka,." ia mengecup singkat bibir gadis itu dan berganti mengecup pucuk kepalanya."Aku berangkat ya..?" ucap Hanz menatap Azka.Azka hanya menganggukkan kepalanya, dan Hanz benar benar melangkah pergi.Di bawah A
Di dalam ruangan Azkayra,Hanzero duduk di sofa dengan sebuah Laptop di depannya, ia sibuk berkutat dengan berkas dan pekerjaannya . Sedangkan Azkayra duduk bersandar di tubuh Hanz tanpa mempedulikan jika Sekretarisnya yang kini telah resmi menjadi kekasihnya itu tengah bekerja."Nona.. bergeserlah sedikit." ucap Hanz menggoyangkan bahunya."Apa sih, orang lagi nyantai juga." balas Azka semakin merapatkan punggungnya."Nona.. tanganku susah bergerak." ucap Hanz terus menggerakkan bahunya ."Hanz, kau mengganggu konsentrasiku..!!""Memangnya Nona sedang apa..?" Hanz menoleh penasaran dengan apa yang sedang dilakukan Nonanya."Aku sedang konsentrasi agar tidak mengganggumu..!! Kamu tidak mengerti juga ." jawab Azka tanpa dosa.Ya Tuhan....Hanz segera memutar kepala Azka dan meletakkannya pada sudut sofa yang satunya."Nona yang menggangguku, bukan aku yang mengganggu Nona." ucap Hanz kembali ke posisi semula.Azka kini pasrah, ia hanya bisa menatap wajah Hanz dari jarak yang agak jauh