Azka hanya tertawa saja."Kita lanjutkan perjalanan kita." ucap Hanz menghidupkan mesin mobil."Memangnya mereka sering menjarah di sini ya..?" tanya Azka."Tidak tau juga, aku belum pernah bertemu mereka . Baru kali ini, mungkin mereka tau kalau aku sedang membawa seorang bidadari. Makanya mereka menghadang perjalanan kita." jawab Hanz kembali melirik bibir Azka.Sungguh manis sekali ..Hanz hanya bisa menghela nafas.Kini mobilnya kembali melaju. Tak berapa lama kemudian mobil mereka memasuki sebuah perkampungan yang terlihat Asri dan tenang.Setelah beberapa menit Hanz membelokkan mobilnya ke jalan yang sedikit sempit dan berhenti di depan sebuah rumah yang sederhana namun terlihat lebih besar dari ukuran rumah warga yang lainnya."Hanz.. apa kita sudah sampai..?" tanya Azka menyadari jika Hanz telah menghentikan mobilnya.Hanz tersenyum dan mengangguk."Kamu membohongiku ya, kamu bilang sore hari baru sampai..? Ini masih tengah hari." Azka mencubit pinggang Hanz.Hanz masih tersen
Sementara Hanzero kini sudah duduk di teras depan bersama Pamannya. Menatap sekeliling Rumah Paman nya yang masih penuh dengan kehijauan Pohon dan Sayur Mayur milik Bibinya."Bibi masih saja rajin menanam sayuran." ucap Hanz."Tau sendiri bagaimana Bibimu, ia sama sekali tidak mau menganggur." sahut Sang Paman."Bagaimana Hanz ? Apa nanti sore kamu akan pergi ke makam kedua orang tuamu.?" tanya Sang Paman."Iya Paman, aku akan mengajak Nona Azkayra ke makam mereka." jawab Hanz."Hanz, benarkah kau akan menikahi Nona Azkayra.? Apa Tuan Shaka sudah benar-benar merestui hubungan kalian.?" tanya Paman nya sedikit khawatir."Aku sudah menemui Tuan Shaka di kampung halamannya dan meminta restunya. Tuan Shaka memberi restu kepada kami. Paman.. Apa Paman tidak tau tentang hubungan Tuan Shaka dengan orang tuaku dulu.?" tanya Hanz menatap Pamannya."Paman tidak pernah tau apa-apa, setau Paman hanya Ayahmu membawa kalian ke kota dengan waktu yang cukup lama. Sebelum akhirnya membawa kalian kesin
"Maafkan bibi ya Nona, jika selama disini penyambutannya kami kurang baik." ucap Sang bibi di depan mobil Azka."Bibi, jangan bilang begitu. Azka senang sekali selama disini. Sungguh, kapan-kapan Azka akan kesini lagi." jawab Azkayra dengan senyum berkembang penuh kebahagiaan di bibirnya."Benar ya .? Jangan kapok main ke rumah Bibi yang jelek ini.""Iya Bibi," Azkayra kembali tersenyum.Pagi itu mereka akan kembali ke kota setelah dua hari berada di kampung Hanz.Hanz nampak sedang berbincang serius dengan Pamannya."Hanz, Maafkan Paman dan Bibimu jika tidak bisa menghadiri Hari pernikahan kalian nanti. Kamu tau sendiri kan, kalau bibimu tidak bisa naik kendaraan terlalu jauh. Dia mabuk perjalanan." ucap Sang Paman."Iya Paman, kalian tidak perlu menghadirinya, Doa restu dari kalian itu saja yang kami perlukan." jawab Hanz memeluk Pamannya."Itu pasti Hanz, tidak perlu kamu pinta, doa kami akan selalu mengiringimu. Hati-hati dalam setiap tindakan dan jaga Calon istrimu dengan baik."
Malam itu,Villa Pelangi terlihat tampak begitu meriah,Puluhan tamu dari golongan pengusaha kelas atas terlihat di sana, tak ketinggalan para karyawan dan seluruh staf Perusahaan Adiwiguna pun berada di sana.Mereka sengaja datang untuk menghadiri pesta Peresmian Villa Pelangi, satu satu nya Danau buatan di kota itu yang berhasil di buat oleh Perusahaan Adiwiguna lengkap dengan Villanya.Riuhnya para tamu, gemerlap Lampu panggung besar dan hidangan yang berjejer rapi menambah kesan mewah di dalam pesta itu.Bukan itu saja, beberapa kamera terus merekam kemeriahan pesta malam itu dan bahkan di tayang kan secara Live di beberapa Stasiun Tv Swasta.Seorang MC terlihat menaiki panggung dan membuka acara.Dan mempersilahkan Pemilik tunggal Villa Pelangi menaiki panggung untuk memulai Acara.Gadis belia yang jelita tampak menaiki panggung di dampingi Sekretaris setianya.Dialah Azkayra Kumala Adiwiguna, Presdir jelita Perusahaan Adiwiguna dan Si Tampan Hanzero , orang kepercayaan nomor sat
"Hanz, aku tidak menyangka kamu akan memberiku kejutan seperti ini." ucap Azka malam itu di dalam kamarnya selepas dari pesta peresmian Villa Pelangi."Nona tidak menyukainya..?" sahut Hanzero seraya melepas jasnya."Aku suka sekali... !!!!" Teriak Azka sambil berjalan mendekati Hanzero."Terimakasih sudah menerimaku." ucap Hanz meraih pinggang Azka dan mendekatkan tubuh mereka."Hanz,. aku mencintaimu. Kamu juga mencintaiku kan..?" ucap Azka menatap mata tajam milik Hanz."Tidak Azka , aku tidak mencintaimu." jawab Hanz membuang muka nya."Hanz.....!!!!!!!" Azka menjerit membuat Hanz langsung menutup telinganya."Kamu aneh sekali, kalau aku tidak mencintaimu, tidak mungkin aku melakukan semua ini. Apa kamu tau, kalau aku hampir saja di habisi oleh Tuan Shaka karena nekad melamarmu di depannya." sahut Hanz mencengkeram dagu Azka dengan lembut."Aku kan hanya ingin memastikan.! ""Ya! Aku mencintai Azkayra, Aku mencintaimu.!!!!! Mencintaimu Nona..!!!! Ingatlah itu ,seumur hidupmu.." te
"Berlinda, apa aku kelihatan cantik dengan gaun ini.?" tanya Azkayra sambil terus menatap dirinya di cermin. Ia sedang mencoba Gaun pengantin berwarna putih miliknya itu, dan ini adalah pilihan Hanzero juga."Nona terlihat seperti bidadari, begitu cantik menawan. Sungguh." sahut sang pelayan kamarnya dan terus menatap Nonanya dengan rasa kagum."Benarkah..? " Azka kembali ingin keyakinan."Benar Nona, jika anda tidak percaya coba tanyakan saja pada Tuan Hanzero. Pasti Tuan akan mengatakan hal sama." sahut Berlinda."Hanz? Dia memang selalu begitu, aku pakai sarung saja dibilang cantik, apalagi memakai gaun seperti ini, dia sama sekali tidak bisa menilai wanita.." ucap Azka melepas gaunnya."Karena Tuan sangat mencintai Nona, itu sebabnya di matanya, Nona akan selalu terlihat seperti bidadari." jawab Berlinda.Azkayra tersenyum bahagia."Apa kamu tau Berlinda, aku sangat bahagia sekali. Sebentar lagi aku akan menjadi Nyonya Hanzero. Aku akan menikah dengan Hanzero, Berlinda. Aku sanga
Hanz terkejut dan segera beranjak saat melihat Arwan berjalan terseok-seok memasuki ruangannya dengan beberapa anak buahnya, sedangkan ia tidak melihat Azkayra bersama mereka."Arwan..! Apa yang terjadi? Mana Nona Azkayra?" Hanz sudah penuh dengan kecemasan.Mereka tiba-tiba berlutut di hadapan Hanz."Kami bersalah Tuan, kami siap menerima hukuman. Kami tidak berguna!" ucap mereka."Katakan apa yang terjadi?" Hanz mencengkram kerah Arwan."Kami kecolongan Tuan, seseorang menyamar sebagai Pengawal. Dan Nona, mereka berhasil membawa Nona. Mereka sangat banyak, meski kami bisa mengalahkan mereka tapi kami tidak bisa mengejar mereka yang membawa Nona. Sebagian dari mereka menghalangi kami." jelas Arwan mendongakkan wajahnya."Apa..?? Ini tidak mungkin.!!" nyawa Hanz seperti sudah melayang mendengar penjelasan Arwan."Mereka membius Nona Azkayra Tuan.! Hukumlah kami, kami sungguh tidak berguna." ucap Arwan lagi.Tubuh Hanz seketika lemas terduduk di lantai. Tangannya mengepal dan tubuhnya
Gavin terus menarik tubuh Azka menjauh dari kursi, tepat lurus di hadapan Hanz .Azka mencoba memberontak, dan tiba-tiba,Dorrr....!!!!Suara letusan pistol membuat jantung Azka hampir berhenti , Azka segera menoleh kearah letusan. Anak buah Gavin sengaja melepaskan nya ke atas untuk menakuti Azka."Berani kamu melawan, Hanzero akan terkapar. Nyawanya ada di tanganmu Azka. Jadi menurutlah." ucap Gavin menodongkan pistolnya tepat di jantung Azka.Azka tak berani bergerak. Ia kini menurut saat Gavin meraih tubuhnya dan menariknya hingga menabrak tubuh Gavin."Dengarkan aku sayang.... aku tidak akan menyakitimu, kita hanya akan bercinta. Biarkan Hanzero melihat bagaimana kita tidak bisa di pisahkan." ucap Gavin."Bedebah kamu Gavin! Kamu sudah berjanji akan melepaskannya .!!!" Teriak Hanz.Bukkkkkk...!!! Salah satu dari anak buah Gavin menendang perut Hanz."Bunuh saja aku Gavin, lepaskan Azkayra...!!!" kembali Hanz berteriak."Kamu mau mati? Baiklah.. jika itu maumu." Gavin menoleh dan