"Gimana penampilanku, Ma?" Kinan memutar badannya, memperlihatkan gaun mahal nan elegan yang melekat. "Kamu cantik sekali, Sayang." Kemala menatap sang putri penuh kekaguman."Mama juga cantik. Sepertinya kecantikan mama menurun padaku," puji Kinan. Keduanya saling berpelukan. "Eh, ayo cepat, Kinan. Kasihan papa lama menunggu."Kinan mengangguk. Malam itu Arka mengajak anak istrinya menghadiri pesta ulang tahun perkawinan salah satu kolega bisnisnya. Dia berniat untuk memperkenalkan Kinan sebagai putri tunggal dan pewaris dari keluarga Gunawan. "Istri dan putri papa sungguh cantik-cantik sekali," ucap Arka penuh kekaguman, saat melihat Kinan dan Kemala menuruni tangga. Senyum bahagia terus tersungging di bibirnya. "Maaf, ya, Pa ... lama nunggunya aku sama mama dandan," kata Kinan seraya bergelayut manja di lengan Arka."Tidak apa-apa, Sayang. Kita berangkat sekarang?" tanya Arka disambut anggukan kepala Kemala. Ketiganya keluar dari rumah mewah mereka dan masuk ke dalam mobil yan
Rena bersorak gembira saat berangkat pagi itu ke kampus dan mendapati sosok Kinan yang muncul di kampus. Hanya saja, Rena merasa heran karena Kinan diantar oleh sopir dan mobil mewah yang berbeda dari sebelumnya. Namun dia memutuskan untuk tidak menanyakan hal itu pada Kinan. Rena lebih ingin mengekspresikan kebahagiaannya bisa melihat sahabatnya itu kembali. "Ya, ampun, Kinan ... aku kangen banget, tahu?" Rena memeluk Kinan erat-erat sampai-sampai Kinan sesak napas. "Jahat banget kamu, Kinan. Nggak ngabarin aku selama berhari-hari. Aku tuh khawatir, tahu. Mana suami kamu nuduh aku sengaja nggak mau kasih info kamu di mana lagi," gerutunya. "Mas Shaka nyari aku?" tanya Kinan begitu Rena menyebut suaminya. "Iya, dia sampai nyari kamu ke kampus loh. Trus mendesak aku kasih info kamu di mana. Aku kan emang nggak tahu kamu di mana. Masa dia nggak percaya."Kinan terdiam sejenak. Untuk apa Shaka mencarinya. Apa dia ingin mengatakan kalau dia sudah memutuskan untuk berpisah dengan diriny
Shaka duduk di ruang pertemuan yang elegan, menunggu dengan tegang untuk pertemuan bisnis pentingnya dengan perusahaan Gunawan Group. Hari ini adalah hari yang dijadwalkan untuk Shaka menandatangani kerjasama dengan perusahaan raksasa itu. Pintu ruangan terbuka dengan perlahan, dan seorang wanita muda memasuki ruangan dengan langkah percaya diri. Shaka siap untuk menyambut perwakilan dari Gunawan Group, tetapi yang dia lihat membuatnya terperangah. Wanita itu adalah Kinan. Penampilan Kinan yang tampak lebih dewasa dengan pakaian kantoran yang elegan, membuat Shaka kagum namun sekaligus heran. Shaka terkejut dan tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya. "Kinan? Apa yang kamu lakukan di sini?"Kinan tersenyum dengan angkuh. "Aku adalah perwakilan dari Gunawan Group dalam pertemuan ini."Shaka merasa seperti dunianya runtuh. Dia terkejut bukan main. Apa maksud dari semua ini. Bagaimana bisa Kinan bekerja untuk Gunawan Group. Dia tahu Kinan hanya gadis muda lugu yang sedang menjal
Shaka merasa begitu frustasi memikirkan Kinan yang begitu mesra dengan Arka. Dia geram saat membayangkan gadis itu menjadi simpanan Arka Gunawan. Dia merasa terkhianati dan keinginan untuk menyalahkan orang lain sudah sangat besar di hatinya. Tanpa berpikir dua kali, Shaka menuju ke bar untuk mencoba dan melupakan semua masalahnya.Saat duduk di bar, dia merasa kesepian dan bingung. Dia ingin curhat, tapi tidak ada siapa-siapa yang bisa dia ajak bicara. Tanpa disadari, Shaka duduk di sebelah seorang wanita cantik yang terlihat tergoda oleh pesonanya. "Aku kebetulan melihat kamu di sini."Shaka merasa sedikit terkejut melihat wanita itu. Kenapa Nikita tiba-tiba saja muncul didepannya. Dia tidak tahu harus berbicara apa, tapi tetap mencoba tersenyum meskipun datar. "Apa ada masalah?" Nikita memperhatikan bahwa Shaka tidak begitu bersemangat untuk bertemu dengannya, tetapi dia tetap bersikeras untuk membuat Shaka merasa nyaman dengan kehadirannya. "Hanya ingin minum dan bersantai," sah
Shaka mengelus pipinya yang terasa perih. Tamparan Kinan begitu keras, namun semakin membuatnya ingin mengunci gadis itu dalam pelukannya. "Lepas, Mas!" titah Kinan seraya merarik tangannya dari cekalan tangan Shaka."Nggak!" tegas Shaka. "Kamu harus bilang dulu kalau kamu masih mencintai aku!" Tatapan Shaka begitu mengintimidasi. Kinan membuang muka seraya tersenyum sinis. "Akan aku laporkan tindakan mas sama Pak Arka kalau mas kurang ajar seperti ini.""Oh, begitu? Kamu ngancam aku?" "Iya. Mas Shaka jangan main-main sama aku, ya?" Kinan memperingatkan. Kemudian mendorong Shaka agar menjauhinya. Kinan merapikan blazernya yang sedikit berantakan. Kemudian gadis itu melangkah menuju pintu ruangan Shaka."Kinan, tunggu!" seru Shaka menghentikan langkah Kinan. "Kita akan pergi survey bersama, kan?" "Aku tunggu di lokasi." Kinan mendorong pintu dan melangkah keluar dari ruangan Shaka. Hari itu, langit cerah dan cuaca sedikit panas ketika Shaka dan Kinan mengunjungi tempat proyek pemb
Rima menunjukkan dengan bangga foto kemesraan Kinan dan Arka Gunawan di sebuah restauran mewah pada Shaka. Wanita itu berharap dengan menunjukkan foto tersebut dapat menyudutkan Kinan di depan Shaka dan membuatnya kehilangan tempat di hati anaknya."Lihat kelakuan gadis itu. Murahan sekali. Apa dia menjual dirinya pada Arka Gunawan?" ujar Rima sinis. "Kalau aku jadi kamu, Shaka. Sudah aku ceraikan gadis rendahan itu." Namun, Shaka justru tampak tidak terlalu peduli dengan foto tersebut. Ia memandangnya sebentar, lalu segera melupakan foto itu dan beralih ke kegiatan lainnya."Shaka, kenapa kamu tidak terkejut melihat foto-foto ini?" tanya Rima heran. "Ma, nggak perlu repot-repot menguntit Kinan. Aku bisa urus sendiri." "Kamu sudah tahu kalau gadis itu simpanan Arka Gunawan?" Shaka memijit keningnya. Dadanya bergemuruh menahan rasa geram. Dia sedang berpikir untuk mengambil Kinan kembali ke pelukannya. "Jangan-jangan kamu yang menyuruh dia jual diri pada Arka supaya pria itu mau m
Rima menatap tajam pada Kinan yang sedang digandeng oleh Kemala. Dia cukup heran karena gadis itu malah menantang tatapannya. Tidak seperti dulu, gadis itu terlihat ketakutan jika berhadapan dengannya. "Saya turut sedih untuk Nyonya Rose yang terpaksa harus dirawat di sini. Tapi saya juga senang beliau sudah dalam keadaan baik," ucap Arka memecah ketegangan di antara Rima dan Kinan. Dia tidak suka cara Rima memandang putrinya dengan tatapan sinis dan meremehkan."Ah, terimakasih, Pak Arka. Saya sungguh merasa terhormat Pak Arka berkenan menjenguk mama saya," timpal Rima. Namun, pandangan matanya tetap tertuju pada Kinan. Dia bertanya-tanya dalam hati, kenapa gadis itu bisa berada di antara Arka dan istrinya. Dia yakin kalau gadis itu sedang memanipulasi pasangan kaya raya itu. "Saya mengenal gadis ini. Kenapa dia bisa bersama Pak Arka dan ... istri?" Rima tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. Dalam hati dia berpikir untuk membongkar kebusukan gadis yang terlihat polos itu. "
Kinan menolak untuk dijemput oleh Shaka. Dia memutuskan untuk diantar oleh supir ke tempat yang disepakati akan menjadi pertemuannya dengan Shaka. Sebuah cafe yang berada di pinggiran kota, dengan pemandangan laut sore hari yang berlangit cerah. Shaka tersenyum melihat kedatangan Kinan yang hari itu terlihat sangat memesona. Gaun minimalis terusan sepanjang lutut dipadu dengan sepatu bergaya vintage membalut tubuh rampingnya. Wajah cantiknya dipoles dengan riasan tipis. "Hei, makasih sudah mau datang ya, Kinan." Shaka berucap saat Kinan sudah duduk di seberang meja. "Sama-sama, Mas ... aku juga nggak ada kegiatan apa-apa. Aku cuma ninggalin Rena di rumah. Malam ini dia mau menginap." "Oh, apa aku mengganggu acara kalian?" Kinan tersenyum dan menggeleng. "Nggak kok. Aku dan Rena nggak ada acara apa-apa malam ini."Shaka mengulas senyumnya. Sejujurnya dia sedikit heran dengan sikap Kinan yang tidak sedingin biasanya. Kali ini Kinan terlihat lebih ramah. Apakah ini pertanda kalau Ki