Rima menunjukkan dengan bangga foto kemesraan Kinan dan Arka Gunawan di sebuah restauran mewah pada Shaka. Wanita itu berharap dengan menunjukkan foto tersebut dapat menyudutkan Kinan di depan Shaka dan membuatnya kehilangan tempat di hati anaknya."Lihat kelakuan gadis itu. Murahan sekali. Apa dia menjual dirinya pada Arka Gunawan?" ujar Rima sinis. "Kalau aku jadi kamu, Shaka. Sudah aku ceraikan gadis rendahan itu." Namun, Shaka justru tampak tidak terlalu peduli dengan foto tersebut. Ia memandangnya sebentar, lalu segera melupakan foto itu dan beralih ke kegiatan lainnya."Shaka, kenapa kamu tidak terkejut melihat foto-foto ini?" tanya Rima heran. "Ma, nggak perlu repot-repot menguntit Kinan. Aku bisa urus sendiri." "Kamu sudah tahu kalau gadis itu simpanan Arka Gunawan?" Shaka memijit keningnya. Dadanya bergemuruh menahan rasa geram. Dia sedang berpikir untuk mengambil Kinan kembali ke pelukannya. "Jangan-jangan kamu yang menyuruh dia jual diri pada Arka supaya pria itu mau m
Rima menatap tajam pada Kinan yang sedang digandeng oleh Kemala. Dia cukup heran karena gadis itu malah menantang tatapannya. Tidak seperti dulu, gadis itu terlihat ketakutan jika berhadapan dengannya. "Saya turut sedih untuk Nyonya Rose yang terpaksa harus dirawat di sini. Tapi saya juga senang beliau sudah dalam keadaan baik," ucap Arka memecah ketegangan di antara Rima dan Kinan. Dia tidak suka cara Rima memandang putrinya dengan tatapan sinis dan meremehkan."Ah, terimakasih, Pak Arka. Saya sungguh merasa terhormat Pak Arka berkenan menjenguk mama saya," timpal Rima. Namun, pandangan matanya tetap tertuju pada Kinan. Dia bertanya-tanya dalam hati, kenapa gadis itu bisa berada di antara Arka dan istrinya. Dia yakin kalau gadis itu sedang memanipulasi pasangan kaya raya itu. "Saya mengenal gadis ini. Kenapa dia bisa bersama Pak Arka dan ... istri?" Rima tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. Dalam hati dia berpikir untuk membongkar kebusukan gadis yang terlihat polos itu. "
Kinan menolak untuk dijemput oleh Shaka. Dia memutuskan untuk diantar oleh supir ke tempat yang disepakati akan menjadi pertemuannya dengan Shaka. Sebuah cafe yang berada di pinggiran kota, dengan pemandangan laut sore hari yang berlangit cerah. Shaka tersenyum melihat kedatangan Kinan yang hari itu terlihat sangat memesona. Gaun minimalis terusan sepanjang lutut dipadu dengan sepatu bergaya vintage membalut tubuh rampingnya. Wajah cantiknya dipoles dengan riasan tipis. "Hei, makasih sudah mau datang ya, Kinan." Shaka berucap saat Kinan sudah duduk di seberang meja. "Sama-sama, Mas ... aku juga nggak ada kegiatan apa-apa. Aku cuma ninggalin Rena di rumah. Malam ini dia mau menginap." "Oh, apa aku mengganggu acara kalian?" Kinan tersenyum dan menggeleng. "Nggak kok. Aku dan Rena nggak ada acara apa-apa malam ini."Shaka mengulas senyumnya. Sejujurnya dia sedikit heran dengan sikap Kinan yang tidak sedingin biasanya. Kali ini Kinan terlihat lebih ramah. Apakah ini pertanda kalau Ki
Setelah menerima wejangan panjang lebar dari Arka, Shaka memboyong kembali Kinan ke rumahnya. Arka juga memperingatkan, kalau ibunda Shaka berani menyakiti Kinan, baik secara fisik maupun hati, maka Arka tidak segan-segan untuk membuat perusahaan Shaka bangkrut hingga tidak mampu untuk bangkit lagi. Namun, di luar dugaan, Rima menyambut Kinan dengan ramah dan tangan terbuka. Wanita itu bahkan berkata-kata sangat lembut pada gadis itu. Sungguh berbanding terbalik dengan sikapnya beberapa waktu lalu yang begitu menganggap rendah Kinan. Kini, setelah tahu siapa Kinan, Rima tidak punya pilihan lain selain menerima dengan lapang dada, atau keluarganya akan sengsara. Rima tahu sepak terjang Arka Gunawan dan dia adalah orang yang tidak main-main jika sudah menitahkan. Dia tidak bisa mengambil resiko untuk membuat masalah dengan pria itu. Semua berjalan dengan lancar. Kinan kembali melakukan aktifitasnya sehari-hari dengan berkuliah dan sesekali ke kantor ayahnya untuk belajar menangani bis
"Tante, kayaknya aku benar-benar perlu ngomong sama tante sekarang!" Nikita berucap setengah memaksa. Hatinya benar-benar kesal. Sikap Rima padanya sungguh sangat berbeda. Apalagi, dilihatnya Rima memperlakukan Kinan begitu istimewa. "Mau ngomong apa, Niki? Ngomong di sini saja." Rima malas-malasan menimpali Nikita. "Kinan, lihat, bagus juga sepatunya di kaki mama, ya?" katanya pada Kinan. "Pasti dong, Ma. Kaki mama kan masih mulus," sahut Kinan membuat Rima tersipu-sipu."Makasih loh, Mantu kesayangan mama," ucap Rima sambil mencium pipi Kinan. Nikita menyaksikan interaksi dua perempuan itu dengan hati dongkol. Kedua telapak tangannya mengepal erat menahan geram. "Tolong, Tante ... aku mau bicara berdua dengan tante sekarang juga!" tegasnya. "Kamu apa-apaan sih, Niki. Kamu nggak lihat apa tante lagi lihat-lihat sepatu sama Kinan?" sungut Rima sebal."Sebentar aja, Tante!" paksa Nikita. Kinan menyentuh lengan Rima dan mempersilahkan wanita itu untuk menuruti permintaan Nikita. De
Di ruangan yang khusus untuk merias pengantin, Kemala begitu terharu melihat betapa cantik putrinya, Kinan, yang berbalut gaun pengantin desainer ternama. Hari itu adalah hari pesta pernikahan Kinan dan Shaka, yang telah direncanakan dengan sangat matang selama berhari-hari. Ruangan itu dipenuhi dengan aroma bunga-bunga segar dan suasana yang penuh kegembiraan.Kemala memandangi Kinan dengan penuh kebanggaan. "Kinan, cantik sekali, Nak. Mama benar-benar tidak bisa menggambarkan betapa bahagianya hati mama melihatmu hari ini," ucap kemala dengan suara yang penuh haru.Kinan tersenyum lembut. "Terima kasih, Ma. Aku juga bahagia sekali bisa ada di sini sama mama. Di hari yang paling penting dalam hidupku, ada mama dan papa yang mendampingi.""Oh, Kinan, Sayang, kamu telah tumbuh menjadi wanita yang begitu kuat dan mandiri," lanjut Kemala sambil mengusap pelan tangan Kinan.Kinan menatap ibunya dengan penuh cinta. "Aku tidak akan pernah bisa menjadi seperti sekarang ini tanpa kasih sayang
Meskipun malam itu bukan malam pertama Kinan dan Shaka setelah menikah, tapi Kinan masih merasa canggung saat berdekatan dengan Shaka. Mereka duduk bersama di sofa yang nyaman di kamar mereka yang luas. Atmosfir hangat dari cahaya lampu malam dan musik lembut yang mengalun membuat suasana semakin akrab. Sebenarnya mereka cukup lelah setelah pesta pernikahan yang cukup menguras tenaga, saking banyaknya tamu undangan yang harus mereka temui. Kinan menatap Shaka dengan senyum malu-malu, membuat Shaka tersenyum manis, mencoba menghilangkan kecanggungan di wajah Kinan. "Kenapa sih masih malu-malu kaya gitu. Ini kan bukan malam pertama kita." Kinan menggenggam tangan Shaka dengan lembut. Setetes rasa percaya mulai terpancar dari wajahnya. "Nggak tahu kenapa bisa gitu."Shaka menjawab dengan pelukan hangat. "Artinya kamu emang bener-bener cinta sama aku," ujarnya penuh percaya diri. Kinan hanya mencebik menanggapi ucapan suaminya itu."Nggak harus ngapa-ngapain kan malam ini, Mas?" Shaka
Nikita merasakan gelombang kecewa dan marah saat melihat Shaka dan Kinan bersama-sama. Shaka, pria yang paling dia inginkan lebih memilih Kinan dari pada kembali padanya. Hati Nikita begitu sakit saat melihat keduanya di pelaminan. Dia pun mendapatkan ide untuk menemukan siapa mantan pacar Kinan. Nikita ingin bekerjasama dengan mantan pacar Kinan, kalau memang ada, untuk mengganggu rumah tangga Shaka dan Kinan. Dia meminta ayahnya, Pak Danu, untuk memerintahkan anak buahnya menyelidiki siapa mantan pacar Kinan sebelum bertemu dengan Shaka. Dan hari itu Nikita datang ke kantor Pak Danu untuk melihat hasil penyelidikan anak buah ayahnya itu."Gimana, Pa? Sudah dapat infonya?" tanya Nikita penasaran. Pak Danu mengambil beberapa lembar kertas foto dari lacinya dan memberikannya pada Nikita. "Namanya Doni. Dia kerja di sebuah cafe di area taman kota." Nikita memperhatikan foto-foto seorang pria berseragam pelayan yang sepertinya diambil secara candid oleh anak buah papanya. "Kalau dilih