“Kau memukulku terlalu keras, Lil’H.”
Kedua mata Harger membola besar setelah sesaat merespons kata – kata Howard sebagai upaya melenguh. Pria itu baru saja mendapat pukulan mantap di bagian perut. Harger bahkan tidak sadar telah melakukan hal itu, karena sebenarnya—dia lebih sering memikirkan sang hakim lewat perasaan – perasaan paling menyedihkan.Rasanya sulit sekali melupakan satu orang yang telah menciptakan sebuah kejahatan, baginya. Harger mencoba mengenyahkan bayangan wajah sang hakim, tetapi sering kali dia menghadapi kegagalan besar.Semakin deras usaha ingin membuang kisah di masa – masa sulit itu, semakin besar pula Harger disergap oleh suatu desakan yang begitu memilukan. Dia tak ingin ini terus terjadi—membayangkan bagaimana akhirnya dia harus memusnahkan segala perasaan kejam yang nyata.“Apa sakit?” tanya Harger sedikit khawatir. Perlahan dia melangkahkan kaki; mengikuti Howard yang menyingkir ke rumah pondok untuk sebentar saja, mungkin, sekadar mengPerasaan absurd berakhir deras di benak Harger ketika dia dan Howard mendapat dua amplop kiriman, yang seharusnya hanya satu seperti waktu – waktu terdahulu. Barangkali menambahkan sedikit perbedaan ....Itulah yang sedang Harger pikirkan. Dia mengerjap tidak sabar ketika jari – jari tangan Howard mulai merobek perekat kertas dengan agak terburu. Pria itu langsung mengeluarkan beberapa lembar berkas untuk kemudian dibaca saksama.“Bagaiamana?” tanya Harger gugup. Dia sudah mendapat penolakan berkali – kali, rasanya tidak sanggup jika akan menerima hal yang sama. Betapa debaran jantung Harger begitu keras; golakan tidak tenang bagai desiran ombak di bibir pantai. Harger berusaha menenangkan benaknya, mengirim kata – kata persuasif kepada diri sendiri, tetapi ntahlah ... raut putus asa Howard meninggalkan pelbagai rasa takut yang harus dia hadapi. Harger menunduk. Sudah tahu apa yang Howard katakan berikutnya. Pria itu akan menggeleng, memberikan pelukan hangat, lalu
“Sudah siap bertemu Pak Sekretaris?” Harger mendengkus. Lagi – lagi Howard menggodanya. Lagi – lagi pria itu sengaja membiarkan ujung telunjuk menekan di pipi, dan dia berusaha keras menghindari apa pun yang akan terjadi, lalu menatap Howard tajam. Harger mendesis sinis saat pria itu akan tertawa. Masalahnya, dia yakin Howard juga tahu bahwa mereka akan menghadapi pertemuan khusus. Berada di sebuah gedung yang nyaris tidak pernah Harger bayangkan rasanya benar – benar suatu mimpi nyata. Dia harus meredakan debaran yang masih bertalu – talu di dada. Bertemu Pak Sekretaris untuk kali pertama ... kekhawatiran itu sudah Harger terima jauh sebelum mereka berada di Amerika.Kemudian di sini ....Suara derap kaki seseorang terdengar menggema penuh di sekitar ruangan. Harger mendadak tegang, melirik Howard sesekali supaya pria itu bersikap serius. Namun sepertinya Harger mengambil keputusan yang salah. Setelah Howard hanya menatap lurus ke depan; golakan tak berujung di be
[Apa Hargerie Warrance terdengar familiar bagimu?]Sebelah alis Deu terangkat tinggi, mencoba mempertimbangkan hal aneh apa yang dikatakan Pak Sekretaris ketika pria paruh baya itu secara tiba – tiba menghubunginya, bahkan melibatkan Harger yang Deu sendiri tahu persis bahwa Pak Sekretaris tidak pernah mendengar berita pernikahannya, tidak peduli siapa mereka saat kesepakatan untuk tidak terlihat mencolok masih menjadi pertimbangan besar.“Apa yang kau tahu tentang nama itu?” tanya Deu, masih sama sibuknya mengurus beberapa berkas di pengadilan. Seminggu lalu dia memvonis seorang perampok yang telah merenggut nyawa seorang wanita dengan hukuman penjara seumur hidup—kemudian menjatuhkan denda dalam nominal besar, meski hal tersebut tidak menjadi alasan mengapa dia tetap akan diliputi kesibukkan.Deu masih menunggu Pak Sekretaris menjawab dengan suara yang tegas.[Yang aku tahu dia sedang menghindarimu.] Secara naluri lengan Deu berhenti bergerak. Sesuatu mendesak
Sejauh ini, rencana mereka sudah berjalan 50 persen sebagai tiket awal masuk ke dalam gedung putih Moskow (Bely Dom) dengan menyamar sebagai tamu luar negeri—yang akan berhadapan langsung bersama Perdana Menteri Rusia, meski itu tidak akan pernah terjadi. Datang diliputi atribut lengkap—Warne secara keseluruhan telah mengubah penampilan persis seperti menteri luar negeri; masker topeng yang luar biasa membuat penampilan Warne tidak dicurigai, sementara Harger menerima porsi sebagai asisten Warne. Mereka segera berpencar setelah berhasil berjalan sampai di pertengahan gedung. Howard menginterupsi dari balik suara di kepala—sebuah alat pendengar yang berada di telinga sebelah kanan mereka. Pria itu telah mengatur sisanya. Mengacaukan perhatian beberapa orang di pemerintahan Rusia supaya Harger bisa masuk ke dalam satu ruang khusus yang menyimpan berkas mengenai kode peluncuran nuklir, begitu juga dengan Warne.Napas Harger berembus pelan ketika sudah melangkahkan kaki masuk k
Harger terkejut ketika Howard tiba – tiba mengambil berkas berisi kode peluncuran nuklir lalu mendorongnya pergi ke satu ruangan. Pria itu tertawa sangat puas mendengar kata – kata bernada jenaka dari lawan bicaranya, Warne. Menyebalkan. Dan gara – gara mereka, Harger maupun sang hakim akhirnya terlibat di sini. Di satu ruang yang dingin membekukan. Mencekam, benar – benar suram.“Bisa jelaskan padaku mengapa kau ada di gedung putih?” tanya Harger setelah merasa sudah cukup lama keterdiaman menyergap kemampuan mereka dalam berkomunikasi. Dia menatap sang hakim tajam tetapi sepertinya pria itu tidak berniat menyerahkan jawaban.“Jika tidak ada lagi yang ingin kau bicarakan, lebih baik aku pergi. Tugasku belum selesai.”Muak rasanya menunggu sesuatu yang dia tidak tahu kapan akan terjadi. Tangan Harger bersiap menekan ganggang pintu, tidak tahu bahwa itu menjadi dorongan besar kepada sang hakim untuk mengatakan sesuatu yang tak terduga.“Bisakah kau ikut denganku untuk
“Urusan kalian sudah selesai? Di mana Don?”Harger baru melangkahkan kaki, berniat memastikan sisa pekerjaan yag dia lakukan. Tetapi pertanyaan Howard secara tidak langsung membuat perasaan Harger kembali terasa suram. Dia sudah berusaha terlihat baik – baik saja setelah memberanikan diri terlibat ke dalam percakapan lain. Hanya Howard di sini. Harger tidak menemukan Warne, dan pantas Howard tiba – tiba menanyakan keberadaan sang hakim. Deu juga tidak terlihat di mana pun setelah meninggalkan kamar.“Aku tidak tahu.”Harger mendengkus, mengambil posisi duduk seraya melipat tangan di atas meja.“Bukankah kalian bicara secara privasi?”“Ya, dia meninggalkanku setelah itu. Jadi, jika kau bertanya tentangnya, jangan padaku, aku tidak tahu.”Berulang kali Harger menegaskan. Sekarang biarkan Howard memahami sendiri. Dia tidak ingin terus – terusan membahas sang hakim. Itu hanya akan menimbulkan suatu perasaan tak terduga, dan Harger nyaris tidak bisa mempertahankan
“Di mana Deu?”Mereka sudah berada di satu titik tetapi Harger sedikitpun tidak menemukan sang hakim akan terlibat. Sejak pria itu meninggalkannya di kamar, Harger tidak pernah lagi mendengar kabar mengenai sang hakim selama menyiapkan beberapa keperluan di markas. Hanya di sini dia merasa harus bertanya ketika bersama Howard berada di satu mobil—terparkir tidak begitu jauh di gedung hotel yang menjulang tinggi.Seharusnya Harger hanya perlu melangkahkan kaki keluar. Tiket undangan sudah di tangannya. Namun, menunggu sang hakim adalah kebutuhan paling penting. Setelah beberapa. Napas Harger berembus lega begitu samar – samar mendapati sebentuk tubuh jangkung yang berjalan sedikit terburu sembari merapikan tuxedo yang dikenakan. Dia terpaku beberapa saat. Mau sejauh apa pun jarak mereka. Selama hari – hari yang berlalu tanpa kebersamaan. Rasanya itu tidak pernah mengubah bahwa sang hakim masih luar biasa tampan. Pakaian yang pas; sisiran rambut yang rapi; tatapan da
[Celaka, mereka sudah beberapa langkah di belakang. Tidak ada waktu membuka pintu kamar—mereka akan melihat kalian baru saja masuk ke dalam—itu akan meninggalkan kecurigaan.]‘Mereka’Satu kata yang ditujukan kepada Harger dan sang hakim. Lalu bagaimana? Harger bertanya – tanya tak mengerti. Seharusnya mereka memang lebih cepat ketika para ekstrimis tiba di lantai yang telah ditentukan. Sekarang tidak ada waktu untuk membuat mereka yakin bahwa pemilik pesta sedang yang menunggu—mereka akan mengira Deu adalah pria kaya dan memegang kode peluncur nuklir—tetapi kali ini rasanya Harger tidak bisa mengatakan apa pun, bahkan saat sang hakim tiba – tiba melakukan hal mengejutkan—menekan Harger di tembok dekat pintu; benar – benar mengunci tubuh mereka bersama. Napas yang berembus saling bertaut di udara. Harger terpaku mendapati wajah sang hakim cukup terlihat tegang. “Jangan memukulku. Aku hanya melakukan tugas.”Pria itu berbisik dan langsung melumat bibirnya, seolah per