Sejauh ini, rencana mereka sudah berjalan 50 persen sebagai tiket awal masuk ke dalam gedung putih Moskow (Bely Dom) dengan menyamar sebagai tamu luar negeri—yang akan berhadapan langsung bersama Perdana Menteri Rusia, meski itu tidak akan pernah terjadi. Datang diliputi atribut lengkap—Warne secara keseluruhan telah mengubah penampilan persis seperti menteri luar negeri; masker topeng yang luar biasa membuat penampilan Warne tidak dicurigai, sementara Harger menerima porsi sebagai asisten Warne.
Mereka segera berpencar setelah berhasil berjalan sampai di pertengahan gedung. Howard menginterupsi dari balik suara di kepala—sebuah alat pendengar yang berada di telinga sebelah kanan mereka. Pria itu telah mengatur sisanya. Mengacaukan perhatian beberapa orang di pemerintahan Rusia supaya Harger bisa masuk ke dalam satu ruang khusus yang menyimpan berkas mengenai kode peluncuran nuklir, begitu juga dengan Warne.Napas Harger berembus pelan ketika sudah melangkahkan kaki masuk kHarger terkejut ketika Howard tiba – tiba mengambil berkas berisi kode peluncuran nuklir lalu mendorongnya pergi ke satu ruangan. Pria itu tertawa sangat puas mendengar kata – kata bernada jenaka dari lawan bicaranya, Warne. Menyebalkan. Dan gara – gara mereka, Harger maupun sang hakim akhirnya terlibat di sini. Di satu ruang yang dingin membekukan. Mencekam, benar – benar suram.“Bisa jelaskan padaku mengapa kau ada di gedung putih?” tanya Harger setelah merasa sudah cukup lama keterdiaman menyergap kemampuan mereka dalam berkomunikasi. Dia menatap sang hakim tajam tetapi sepertinya pria itu tidak berniat menyerahkan jawaban.“Jika tidak ada lagi yang ingin kau bicarakan, lebih baik aku pergi. Tugasku belum selesai.”Muak rasanya menunggu sesuatu yang dia tidak tahu kapan akan terjadi. Tangan Harger bersiap menekan ganggang pintu, tidak tahu bahwa itu menjadi dorongan besar kepada sang hakim untuk mengatakan sesuatu yang tak terduga.“Bisakah kau ikut denganku untuk
“Urusan kalian sudah selesai? Di mana Don?”Harger baru melangkahkan kaki, berniat memastikan sisa pekerjaan yag dia lakukan. Tetapi pertanyaan Howard secara tidak langsung membuat perasaan Harger kembali terasa suram. Dia sudah berusaha terlihat baik – baik saja setelah memberanikan diri terlibat ke dalam percakapan lain. Hanya Howard di sini. Harger tidak menemukan Warne, dan pantas Howard tiba – tiba menanyakan keberadaan sang hakim. Deu juga tidak terlihat di mana pun setelah meninggalkan kamar.“Aku tidak tahu.”Harger mendengkus, mengambil posisi duduk seraya melipat tangan di atas meja.“Bukankah kalian bicara secara privasi?”“Ya, dia meninggalkanku setelah itu. Jadi, jika kau bertanya tentangnya, jangan padaku, aku tidak tahu.”Berulang kali Harger menegaskan. Sekarang biarkan Howard memahami sendiri. Dia tidak ingin terus – terusan membahas sang hakim. Itu hanya akan menimbulkan suatu perasaan tak terduga, dan Harger nyaris tidak bisa mempertahankan
“Di mana Deu?”Mereka sudah berada di satu titik tetapi Harger sedikitpun tidak menemukan sang hakim akan terlibat. Sejak pria itu meninggalkannya di kamar, Harger tidak pernah lagi mendengar kabar mengenai sang hakim selama menyiapkan beberapa keperluan di markas. Hanya di sini dia merasa harus bertanya ketika bersama Howard berada di satu mobil—terparkir tidak begitu jauh di gedung hotel yang menjulang tinggi.Seharusnya Harger hanya perlu melangkahkan kaki keluar. Tiket undangan sudah di tangannya. Namun, menunggu sang hakim adalah kebutuhan paling penting. Setelah beberapa. Napas Harger berembus lega begitu samar – samar mendapati sebentuk tubuh jangkung yang berjalan sedikit terburu sembari merapikan tuxedo yang dikenakan. Dia terpaku beberapa saat. Mau sejauh apa pun jarak mereka. Selama hari – hari yang berlalu tanpa kebersamaan. Rasanya itu tidak pernah mengubah bahwa sang hakim masih luar biasa tampan. Pakaian yang pas; sisiran rambut yang rapi; tatapan da
[Celaka, mereka sudah beberapa langkah di belakang. Tidak ada waktu membuka pintu kamar—mereka akan melihat kalian baru saja masuk ke dalam—itu akan meninggalkan kecurigaan.]‘Mereka’Satu kata yang ditujukan kepada Harger dan sang hakim. Lalu bagaimana? Harger bertanya – tanya tak mengerti. Seharusnya mereka memang lebih cepat ketika para ekstrimis tiba di lantai yang telah ditentukan. Sekarang tidak ada waktu untuk membuat mereka yakin bahwa pemilik pesta sedang yang menunggu—mereka akan mengira Deu adalah pria kaya dan memegang kode peluncur nuklir—tetapi kali ini rasanya Harger tidak bisa mengatakan apa pun, bahkan saat sang hakim tiba – tiba melakukan hal mengejutkan—menekan Harger di tembok dekat pintu; benar – benar mengunci tubuh mereka bersama. Napas yang berembus saling bertaut di udara. Harger terpaku mendapati wajah sang hakim cukup terlihat tegang. “Jangan memukulku. Aku hanya melakukan tugas.”Pria itu berbisik dan langsung melumat bibirnya, seolah per
“Jadi kalian bicara privasi hanya untuk membahas Daisy? Dan Don memintamu ikut bersamanya suaya kau bertemu Daisy?”Harger mengangguk samar mencerna rentetan pertanyaan Howard, yang dia sendiri ragu sekadar mengatakan satu kebenaran lain bahwa sang hakim berusaha menghamili-nya. Lagipula, sesuatu dalam diri Harger terkadang merasa tidak penting untuk membicarakan hal tersebut. Dia yakin Howard mungkin tak akan senang mendengarnya. Terlebih, mengingat sang hakim belum sadarkan diri sejak dua peluru yang menembus di bagian bahu dan perut ... merenggut kesadaran pria itu.Pria yang masih dengan mata terpejam. Harger memperhatikan detil – detil wajah sang hakim. Guratan lelah sepertinya tak pernah meninggalkan di sekitar mata, barangkali sang hakim lebih cenderung melewatkan tidur.Harger berusaha tidak menyakini itu tetapi menjadi suatu hal yang cukup sulit untuk melihat lebih jauh dari kenyataan. Garis hitam yang mencuak samar – samar semacam pembuktian serius. Harger bertanya – tanya ap
Mereka tiba di pedesaan, di gedung pemakaman, bukan di rumah sakit mana pun di Roma. Sebuah berita mengejutkan yang Deu sendiri nyaris tak bisa mengatakan apa – apa saat melangkahkan kaki, bahwa Daisy akan segera dimakamkan.Iris gelap Deu terus memperhatikan satu foto yang terpajang. Daisy begitu cantik dan muda di dalam figura berbingkai; senyum yang begitu tipis seperti hampir mengingatkan Deu betapa wanita itu luar biasa tangguh. Kedekatan bersama seorang ibu yang hampir tidak pernah dia rasakan selama beberapa bulan, karena satu hal dan lain, secara utuh Deu dapatkan semua itu lewat segala bentuk kasih sayang yang Daisy berikan, tetapi sekarang Daisy begitu tenang memejamkan mata.Rasanya benar – benar sulit melangkahkan kaki pada sebentuk tubuh yang telah kaku di dalam peti. Secara tak terduga Deu memang tak sanggup melakukannya. Dengan sorot mata sungguh hanya terpaku, sementara kedua kakinya segera bersimpuh—tersaruk – saruk menepis sisa langkah yang ada untuk mengam
Setelah pemakaman. Setelah semua berakhir dengan duka cita. Setelah hampir satu hari Harger tinggal di sini, rumah di pedesaan Mr. Thamlin. Rasanya dia menghadapi perubahan yang sangat terjal. Tidak ada kebahagiaan seperti kali pertama sang hakim membawanya melakukan persembunyian atas kasus yang mereka hadapi bersama orang – orang Dark Shadow, ataupun saat sang hakim harus menitipkan Harger supaya bisa memberi pelajaran kepada Direktur Oscar. Ya, sudah tidak ada lagi kegembiraan.Semua benar – benar berubah. Sakit sekali membayangkan betapa keberadaan Daisy sangat berpengaruh. Kepergiaan wanita tua itu telah merenggut senyum dua orang yang secara kontinu mengalami peruabahan dahsyat. Harger harus menghadapi Mr. Thamlin yang begitu murung saat mereka sama – sama bertemu di dapur menyelesaikan makan malam. Sementara sang hakim, sejak pulang dari pemakaman pria itu sudah mengurung diri. Tidak pernah meninggalkan kamar atau sekadar keluar mencari minum. Harger takut keputusan apa p
Pagi ini, situasi di pedesaan masih sama. Keheningan di sekitar, dan beberapa hal yang dalam kesadaran Harger bahwa dia tak akan pernah menghadapi momen – momen yang telah hilang. Tidak ada Daisy yang akan mengajari dengan sabar cara merajut. Daisy yang senang memanggang cup-cake, meski sering kali sang hakim melarang. Tidak ada lagi Daisy yang sibuk memasak di dapur. Perubahan terasa sangat signifikan. Benar – benar berbeda, dan bahkan Harger tidak tahu ke mana Mr. Thamlin pergi. Sarapan pagi sudah disiapkan lebih dulu, bukan Harger yang melakukan, dia rasa Mr. Thamlin-lah. Tetapi saat mencoba mencari keberadaan pria tua itu. Harger tidak mencium aroma kepergian si pensiunan veteran. Bahkan di peternakan sekali pun.Akhirnya Harger memutuskan kembali ke dalam rumah. Dengan langkah tentatif menuju ruang tamu, dia sedikit membungkukkan tubuh mengambil sesuatu di bawah meja kaca. Masih ingat betul bahwa bahan – bahan rajut milik mendiang Daisy, selalu wanita itu letakkan di sana. Sudah