Mereka semua pergi ke ruangan dokter Max dan duduk di mejanya. Dokter Max sudah kembali mengenakan pakaian jas putih dan berada di depan mereka. "Dokter Max, saya ingin menanyakan tentang pasien yang bernama Felysia Kirania, kenapa dia pergi menemui Anda?" tanya Ivander dengan terburu-buru. Dia begitu tidak sabar menantikan jawaban dari pertanyaannya. "Tuan Ivander, ada apa ini?" tanya Dokter Max, dia belum mengetahui kalau pasiennya adalah istri dari seorang yang berpengaruh di kota ini. "Dokter Max, tolong katakan saja yang sebenarnya!" tekan Ivander. David berdehem dan langsung menyambung pembicaraan. Dia tahu kalau tuannya ini tidak sabaran dan selalu bersikap arogan, "begini Dokter Max, nyonya Lysia adalah istri dari Tuan Ivander Brxian Dxel. Kami tidak tahu kalau dia sering datang kemari untuk memeriksa kandungan," jelas David. Pertanyaan Ivander sampai ambigu seperti itu gara-gara kepanikan yang terjadi di dalam dirinya dan David bisa melihat itu.Dokter Max tercengang, ru
Ivander begitu tidak sabaran. Dia segera merogoh saku celananya dan menatap layar ponsel yang ada di dalam genggaman. Matanya membola melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Kenapa harus saat ini Kylie menghubungi nomornya? Ivander pun akhirnya mengangkatnya dengan helaan nafas yang berat. "Ya ada apa, Mam?" tanya Ivander. Kylie pun terlihat begitu berbinar ketika mendengar suara sang putra. "Ivander, Mami tiba-tiba saja kangen dengan menantu. Dimana dia sekarang?" tanya Kylie. Ivander mengurut keningnya yang merasa pusing. Entah mengapa ibunya ini tepat sekali saat ingin menghubunginya? Firasat macam apa itu yang sampai tepat begini. "Mam, apaan sih? Langsung saja hubungi nomornya. Ivan lelah," jawab Ivander. "Kamu ini apaan sih Van kamu itu kok gitu. Ya sudah Mana nomornya?" tanya Kylie. Ivander terdiam, mana mungkin dia memberikan nomor ponsel Lysia yang sudah jelas ada ditangannya. "Mam Ivander beneran ngantuk. Lelah sekali diri ini Mah. Jadi, sudah dulu ya."Ivande
Pak Juno pun mengangguk, memang Bi Surti adalah kepercayaan dari Ivander jadi dia pun bisa memutuskan apapun. Bi Surti pun menatap gadis muda itu dan tersenyum kepadanya. "siapa namamu?" tanya Bi Surti. Bi Surti menyangka wanita muda ini utusan Ivander karena sempat mendengar kalau Ivander akan mempekerjakan seseorang yang baru untuk menjadi asisten pribadi Lysia. Namun, karena Lysia sedang tidak ada Bi Surti pun akan membuatnya membantu pekerjaannya. Oliv tersenyum, "nama saya Olivia, Bi," jawabnya. Olivia adalah utusan dari Garry yang ingin menjadikannya mata-mata di keluarga Lysia. Garry benar-benar terus mengawasi kediaman itu dan ketika mendengar ada kabar kalau ada lowongan pekerjaan, dia pun langsung menyewa Olivia untuk bekerja disana. Saat Olive memasuki kediam Ivander Brxian Dxel, dia bertemu dengan Pak Juno dan mengatakan ingin melamar pekerjaan untuk Tuan Ivander. Pak Juno pun langsung membawanya ke dalam karena memang Olive meyakinkannya kalau memang Ivander membutuh
Wry tersenyum mengejek, "tergantung … nasibmu," jawab Wry. Dia tidak bisa menjanjikan keamanan karena Ivander pasti tidak akan memaafkan Garry. Namun, jika Garry benar-benar tidak bersalah akan hilangnya Lysia. Maka ada kemungkinan lainnya juga. Bisa jadi, Garry bisa lepas nanti. Berbagai macam kemungkinan bisa saja terjadi, dan itu tidak berada di tangan Wry.Garry merasa kesal dengan apa yang diucapkan oleh Wry. Entah mengapa mereka sungguh mempersulit keadaannya. Bahkan setelah meminta keuntungan perusahaan pun mereka tidak mau untuk menjanjikan apapun. "Kalau begitu, jangan harapkan keuntungan yang kalian minta," jawab Gerry. Wry langsung saja melaju dan menendang perut Garry dengan kencang. Dia melakukan itu semua dengan secepat kilat seperti Sambaran petir yang tiba-tiba saja menghantam pepohonan. "Cepat ikut kami, karena kau menolak apa yang aku minta. Maka inilah yang akan kau dapat!" Wry pun menekankan suaranya dan menyuruh anak buahnya untuk membawa Garry. Garry tidak bi
Ivander memang sungguh ingin sekali untuk menghabisi nyawa Garry. Dia ingin mematahkan tulangnya dan membuatnya hancur berkeping-keping. Namun, itu harus dia tahan sebentar lagi sampai orang ini bicara tentang keberadaan Lysia. "Kau!!! Jadi, Lysia tidak bersamamu sekarang?" tanya Garry bisa menangkap apa maksud dari ucapan Ivander. Bagaimanapun juga dia memiliki kecerdasan yang tinggi dan tahu apa yang telah terjadi. "Kau yang telah menyembunyikan istriku, jangan kira aku akan melepaskanmu," tekan Ivander begitu menyeramkan. Bahkan dia pun langsung saja membenturkan kepalanya untuk menghantam wajah Garry dengan satu serangan itu membuat Garry Langsung tersungkur kembali dengan darah yang langsung muncrat dari jidatnya. Ivander sungguh kejam, bahkan Garry tidak menyangka disaat mereka tengah berbicara Ivander langsung melakukan ha gila ini. Garry terduduk sambil memegangi area kepalanya. Dia menatap Ivander tajam. "Kau bisa selidiki dulu yang sebenarnya. Bahkan aku pun sedang menc
Keadaan hati Ivander sedang tidak karuan saat ini. Dia membiarkan Olivia untuk mengganggunya, dengan pemikiran lain. Jadi, Ivander membayangkan bahwa wanita itu adalah Lysia yang sudah beberapa hari ini belum ditemukan juga. Olivia girang, bahkan rasanya dia ingin melompat-lompat karena saking senangnya. Dia selama ini tidak pernah sedekat ini dengan seorang pria tampan, dan semakin dia menatap lekat wajah Ivander, maka jantungnya semakin berpacu dengan cepat. "Pergilah! Jangan sampai aku memberimu pelajaran," ucap Ivander secara tiba-tiba. Olivia terkejut, rupanya Ivander tidak menerima semua sentuhannya dengan baik. Dia malah langsung mengusirnya begitu saja. "Maaf, Tuan. Akan tetapi, saya melakukan itu karena ada noda di wajahmu," jawab Olivia sedikit gemetar, lalu dia pun membalikan badan dan pergi. Ivander membuka matanya dan melihat punggung Olivia yang berjalan menjauh. Dia tersenyum, "gadis nakal. Bisa-bisanya dia membuat alasan!" Lalu, Ivander pun melihat luka di dalam
Ivander mengepalkan tangannya. Dia mengingat dimana masa Irfan dan dia sampai harus berselisih gara-gara seorang wanita dan sungguh hal itu begitu memuakkan. Ivander pun secara tidak sabaran langsung saja meraih leher Irfan yang berada di depannya. "Kau berbicara omong kosong, tahu apa kau tentang keadaanku? Kalau kau ingin selamat, maka pergilah!" kesal Ivander. Bahkan dia pun tidak bisa mengendalikan dirinya lagi. Irfan sepertinya terus menerus dengan sengaja menyulut emosinya. Lalu, Ivander pun langsung mendorong dan membanting tubuh Irfan dan meninggalkan dia begitu saja. Bi Surti dan Olivia terkejut, mereka panik melihat pertengkaran antara kakak beradik ini. Lalu, mereka pun langsung menghampiri Irfan yang terbaring dan mencoba untuk beranjak berdiri. "Tuan, apakah kau tidak apa-apa?" tanya Bi Surti. Bi Surti tahu tentang semuanya dan dia pun menyayangkan apa yang telah terjadi. Andai mereka semua tidak memiliki ego yang tinggi dan perselisihan ini segera berakhir, maka kak
"Lysia, ini sudah saatnya kau pergi memeriksa kondisi kandunganmu," gumam Lysia sambil menatap dirinya di cermin dia berbicara kepada dirinya sendiri. Usia kandungannya sudah hampir memasuki bulan keempat dan tidak terasa sudah waktu yang Lysia habiskan dengan tinggal di rumah Irfan. Hanya saja, selama ini Lysia masih belum pergi ke dokter untuk memeriksa kondisi kandungannya karena Lysia takut untuk pergi keluar. "Apakah akan baik-baik saja jika aku pergi ke dokter?" gumam Lysia ragu. Selama ini dia tidak pernah pergi meninggalkan rumah Irfan.Secara mendadak tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka. Lysia secara refleks langsung menoleh ke arah pintu dan rupanya Irfan yang datang. Irfan memandang Lysia dari atas sampai bawah. Saat ini Lysia sedang mengenakan dress selutut dengan motif bunga-bunga yang indah. "Kamu terlihat begitu rapi? Mau kemana?" tanya Irfan. Irfan datang dengan segelas air susu untuk Lysia. Dia benar-benar memberikan perhatian lebih untuk Lysia agar Lysia benar