Bab 17"Takut?" tanya Serena, bukan hanya dia yang menoleh, tapi Aldi yang mendengarnya juga."Rumah ini besar sekali, Mi," jawabnya hingga membuat Serena terkekeh, sedangkan Aldi menghembuskan nafas lega, karena sempat berpikir dialah yang ditakuti oleh Ranu."Mami, kenapa ada foto besar, Mami di sini?" Serena yang sudah membawa Ranu di atas tempat tidur bertanya, dia di dalam walk in closet untuk memakai baju, sedangkan Aldi sudah keluar lebih dulu."Aku tunggu di meja makan!" Begitu tadi pesannya."I-iya, itu foto mami dulu sebelum Ranu lahir," jawab Serena. Dia keluar, karena sudah selesai, tinggal menyisir rambutnya saja.Setelahnya mereka keluar menyusul Aldi ke meja makan meski pria itu tak ada di sana. Mbok Darmi tersenyum menyambut mereka dan menarikkan kursi."Mbok, Ranu belum mandi sepertinya nanti saja kami sarapan," kata Serena.Ia pun beranjak ke kamar yang di tempati oleh Ranu, untung dia, membawa dua pasang baju, sehingga Ranu bisa berganti."Aku butuh dua orang u
Bab 18Mereka bertiga berangkat sore itu menuju terminal, di belakang satu mobil jeep berisi dua bodyguard suruhan Aldi mengikuti.Jalan ke terminal memakan waktu satu jam lebih, di sana mereka ternyata masih menunggu, karena bus yang di naiki oleh Hilda belum tiba.Serena dan Benu memesan kopi sedangkan Ranu membeli kentang goreng saja selain air mineral yang tersedia di atas meja."Mi, Ranu boleh minta kopi?" Ranu yang melihat Benu meminum kopinya dengan menyeruput hingga mengeluarkan suara jadi kepingin. "Nggak boleh, Ranu pesan jus aja atau susu," tolak Serena tegas dan menawarkan opsi lainnya."Akhirnya aku sampai!" ucap Hilda yang sudah berdiri di dekat mereka. Serena langsung berdiri memeluknya.Serena memang sudah mengirim pesan bahwa mereka ada di kafe yang tidak jauh dari terminal."Mbak, ini kopernya!" ucap pria yang berprofesi sebagai kondektur bus yang Hilda naiki tadi."Terima kasih, A'! Udah mau ngantarin ke sini!" balas Hilda. Ia lalu mengambil uang dari dompet da
Bab 19Aldi tercengang sebelum akhirnya memundurkan kepalanya untuk dapat melihat wajah sang ayah yang baru saja meminta hal yang tidak masuk akal.Aldi mengamatinya lama, melihat ekspresi yang mungkin saja bercanda, tapi ternyata dugaannya di patahkan oleh anggukan berikut penegasan."Ayah serius," ucap Himawan.Pembicaraan itu tak luput dari pendengaran Aneska, dia yang sudah memeriksa setiap sudut rumah tidak menemukan Serena dan memilih untuk bergabung dengan ayah juga kakaknya.Wajah Aneska berubah cerah, seolah kekesalan karena tidak menemukan Serena, hilang. Dia tidak menyangka ayahnya memiliki pemikiran seperti itu. Senyum tersungging di bibirnya yang berwarna merah."Maaf, Ayah! Aku tidak bisa mengabulkan permintaan yang terdengar konyol itu," ucap Aldi setelah berpikir lama. "Karena, Aneska adikmu?" tebak Himawan."Tentu saja," jawab Aldi meskipun tidak ada larangan bagi mereka bila menikah."Kalian tidak punya hubungan darah, Aneska ikut dengan kita sejak umur sepuluh t
Bab 20Aneska menceritakan pada ayahnya bahwa dia mencari keberadaan Serena dan anak kecil yang di lihatnya tadi malam. "Mungkin kamu salah lihat," komentar Himawan."Anes yakin, Yah. Mas Aldi sama perempuan itu. Apa jangan-jangan Mas Aldi sengaja menyembunyikannya dari kita?" Aneska menebak-nebak. Seperti biasa Himawan akan termakan omongannya."Bisa jadi, berarti ayah harus ke sana tanpa memberitahu, Mas mu," ucap Himawan sekaligus membuat kesimpulan.Aneska tersenyum senang, mendapatkan dukungan dari ayahnya membuat dia lebih ceria hari ini. Baginya biarlah ayahnya saja yang menyingkirkan Serena. Dia cukup menunggu kabar kepergian wanita itu saja. Himawan pergi ke kamarnya, sedangkan Aneska langsung pergi ke luar. Tujuannya adalah rumah ibu kandungnya. Seperti niatnya malam tadi, akan mengantar hadiah ke sana.Aldi dan Serena baru saja pulang dari mencari sekolah untuk Ranu. Tidak jauh dari komplek ini. Serena memilih itu agar tidak repot menjemputnya juga mengantarnya. "Kamu
Bab 21Serena menunggu Aldi sampai pukul sepuluh malam, sampai akhirnya matanya tidak sanggup menahan kantuk, ia tertidur di sofa ruang tamu, karena Aldi tak kunjung pulang."Bos, kita berangkat pukul delapan pagi," lapor Benu saat mereka hendak berjalan menuju mobil.Aldi menghentikan langkahmya menghela napas sesaat. Yang di pikirkannya adalah Serena. Aldi yakin kalau Aneska sudah tahu tentang Serena hingga ia nekat memasuki kamar Aldi tadi malam. Artinya bisa saja Aneska datang kapan saja saat dia tidak ada.Mengingat adiknya itu membuat Aldi heran, kenapa ayahnya menjodohkan mereka? Jelas-jelas mereka bersaudara, meskipun tiri, tapi Aldi merasa risih mendengar permintaan ayahnya tersebut. "Besok jemput aku ke rumah!" titah Aldi setelah mobil berhenti di depan rumah."Siap, Bos!" balas Benu. Dia pun memutar kemudi untuk pulang ke rumahnya. Aldi menekan bel pintu, lalu tidak berapa lama Serena datang membukanya."Mas Aldi!" Serena menyambut suaminya. "Belum tidur?" Aldi melang
"Serena, sayang!" ucap Billy seraya mengulas senyum. Jelas sekali matanya menunjukkan binar bahagia. Kerinduan yang telah menggunung selama beberapa hari ini akhirnya terurai.Berbeda dengan Serena, ia justru merasakan pedih, tidak tahu harus berucap apa."Maaf! Aku permisi!" Serena bersiap memundurkan motornya ke belakang."Serena, tunggu!" Billy menahan stang motor itu hingga mau tak mau Serena diam, "Ayo kita bicara!""Maaf, Bil, aku nggak bisa," jawab Serena menolak."Kenapa? Apa yang terjadi sama kamu?" Kening Billy mengkerut menatap Serena yang kini telah menundukkan wajahnya."Billy, aku-aku ...,""Kita cari tempat yang tenang, bagaimana?" Billy merasa kalau Serena sedang tidak nyaman saat ini.Laki-laki itu belum sempat tahu apa hasil yang Serena bawa sewaktu pergi ke Indonesia, namun tiba-tiba saja wanita itu menghilang dan kembali lagi ke negara ini. "Bil, aku ingin pergi!" kata Serena lagi. Jujur ia tidak sanggup mengatakan kebenarannya pada pria yang sudah tidak diragukan
"Ada apa kau memanggilku, karena kau aku harus meninggalkan rapat penting dengan investorku, ck!" Seorang pria baru saja datang ke kamar hotel Billy."Dean, ini di luar dugaanku, Serena pulang bukan untuk keluarganya, melainkan di tahan oleh suaminya." Billy tampak tidak tenang. Dia masih belum bisa duduk."Kalian sudah bertemu?" Pria bernama Dean bertanya."Ya, dan suaminya datang memberikan ini padaku." Billy menunjuk sudut bibirnya yang sedikit lecet.Bukannya marah, Dean justru tertawa mendengarnya hingga kening Billy mengeryit.Dia tidak kesal di tertawakan oleh temannya itu, "Ini semua salahku, tidak menyelidikinya selama ini. Aku pikir suami Serena hanya orang biasa."Kini dahi Dean yang mengeryit, "Memangnya siapa suaminya?" Dean pun jadi penasaran.Selama ini dia tidak terlalu sering bertemu dengan Serena, tapi dari latar belakangnya yang dari keluarga biasa saja, mereka berpikir suami Serena juga pasti sama."Pemilik hotel ini," kata Billy seraya menunjukkan kartu nama
Billy di antar oleh salah satu staf hotel menuju ruangan presdir hotel itu. Dia di persilahkan masuk dan di suruh duduk di sofa sampai pemilik ruangannya datang.Aldi ke luar untuk urusan lain dan segera kembali setelah diberitahu kalau Billy sudah di ruangannya. Staf itu membungkuk saat melihat Aldi datang. "Tamunya sudah menunggu di dalam!" lapornya.Aldi mengangguk dan menyuruh staf itu pergi. Ia melangkah kian cepat, hari ini dia akan memperingatkan Billy agar tidak menemui istrinya lagi."Duduklah!" ucap Aldi saat Billy hendak berdiri. Dia mengambil tempat tepat di hadapan pria itu."Melihatmu ada di sini, membuatku yakin bahwa kau sungguh-sungguh ingin memiliki Serena." Aldi memulai percakapan, tak ada tatapan keramahan, keduanya seperti orang yang tengah bermusuhan."Ya, hubungan kami sudah jauh aku pikir Anda pasti tahu hubungan yang telah jauh itu sudah memiliki banyak mimpi." Billy tidak menyangkalnya. Dia memang sangat mencintai Serena, "tujuh tahun bukan waktu ya