Share

bab 88

“Kamu kenapa membentakku, Mas? Salahku apa? Padahal, aku hanya bertanya dengan siapa kamu berbicara sehingga senyummu tidak pernah hilang. Hanya itu saja. Seharusnya kalau memang tidak mau menjawab, tidak perlu membentak. Sakit hati ini, Mas!” ungkap Novi penuh kesedihan juga kepasrahan.

“Halah! Udah deh, diem!” bentak Hendrik sekali lagi sebelum akhirnya pergi ke luar lalu duduk di depan teras.

Tes!

Tanpa Novi sadari, air matanya kembali menetes. Memang sejak malam tunangan Hendrik itu, perasaan Novi menjadi gampang tersakiti dan berujung menangis.

“Jangan-jangan dia selingkuh? Ah, tapi tidak mungkin! Dia tidak mungkin berani menduakanku. Ya, benar! Dia tidak mungkin berani selingkuh!” Novi menduga sekaligus membantahnya dengan sangat yakin.

Namun, sekalipun mulutnya berusaha untuk membohongi perasaannya, apa yang ia lihat membuatnya semakin yakin dengan perasaannya sendiri. Ia pun semakin berusaha dengan keras untuk menampik perasaan tersebut meskipun tidak berhasil. Karena nya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status