“Ada apa sih, Mbak, kok buru-buru nyuruh aku ke sini?” protes Sabrina saat sudah sampai di restoran. “Hehe, maaf!” kekeh Sarah. “Tadi Mas Adhy….” Sarah menjabarkan semuanya tanpa terlewat. “Bener berarti dugaanku selama ini.” Sabrina manggut-manggut saat tahu apa yang selama beberapa waktu terakhir dilihatnya benar adanya. Ia sama sekali tidak terkejut. “Hah, kamu serius sudah tahu?” Terbalik, justru Sarah yang terkejut. “Iya. Setiap kita berkumpul, tatapannya dia padamu selalu mengandung arti begitu.”“Menurutmu, aku harus gimana?” Sarah benar-benar bimbang. Ia takut dan tak ingin nasib pernikahannya akan terulang kembali. Ia takut bahwa Adhyaksa mengkhianatinya. “La Mbak Sarah ada rasa gak? Terus, mau gak menjalin hubungan dengannya?” Sarah tampak diam, lama berpikir untuk memberikan jawaban. “Aku rasa jawabanmu pada Mas Adhy tadi tidak ada salahnya, coba saja. Selain itu, erbanyak doa dan minta petunjuk Allah. Serahkan semuanya pada Allah, In Syaa Allah akan diberikan petunju
Tunangan antara Adhyaksa dan Sarah sudah terlaksana seminggu yang lalu. Dalam acara tersebut, sekalian disepakati kapan hari pernikahan keduanya akan dilaksanakan yaitu pada sebulan mendatang. Itu artinya tiga minggu lagi dari sekarang. Dalam kesepakatan itu juga telah ditentukan tempat ijab sekaligus resepsi yaitu di panti saja meskipun sudah ditawari gedung secara gratis oleh Pak Budi. Alasannya tempatnya luas, menghemat uang sewa gedung sehingga bisa dialokasikan untuk ke yang lain, juga anak-anak panti bisa berpartisipasi dalam acara tersebut tanpa harus ke mana-mana dan sebagai bentuk awal penyatuan dua keluarga. Pada awalnya Sarah meminta tidak ada resepsi sama sekali karena sadar ia siapa. Namun, Adhyaksa begitu kekeh untuk diadakan resepsi alasannya karena dirinya masih single dan ingin memperkenalkan kepada seluruh kenalannya jika dirinya sudah menjadi suami dari Sarah agar tidak ada lagi yang mendekati dirinya. Setelah pertimbangan-pertimbangan juga masukan dari Sabrina,
Terkabulnya Doa Istri PertamaBab 1Awal kehancuran dan Kebangkitan"Terima kasih, Pak!" Dengan hati-hati, Sarah turun dari taksi. Senyum penuh kebahagiaan mengembang dengan sempurna mengiringi langkahnya memasuki halaman rumah. Ia yang sendiri an dari klinik bersalin, mau tidak mau tangannya penuh bawaan. Tangan kiri menggendong bayi lelakinya yang diberi nama Emir Mahendra, sedang tangan kanan menenteng tas berisi keperluan selama di klinik bersalin. Kebahagiaan itu kian bertambah tatkala sang suami—Hendrik—menghentikan laju kendaraan roda empatnya di garasi tepat saat Sarah hendak membuka pintu rumah mereka. "Mas, udah pulang?" tanyanya sumringah begitu Hendrik keluar dari mobil. Bayangan akan sambutan dan permintaan maaf dari suami untuknya karena sudah berhasil melahirkan sang buah hati dan tidak bisa menemani selama persalinan mulai berputar-putar di benak Sarah. Namun, bayangan itu berhenti dan berganti menjadi sebuah pertanyaan ketika Hendrik bukannya segera menghampiri di
Bab 2Bab 2Provokasi Sarah"Boleh kamu menang dan merasa di atas angin saat ini, Nov. Tapi, lihat apa yang terjadi di kemudian hari! Kamu akan merasakan apa yang aku rasakan saat ini. Kamu akan merasakan sakit hati yang lebih dalam lagi dari aku. Camkan itu! Dan untuk kamu, Mas. Duniamu akan hancur sehancurnya. Ingat, tabur tuai itu berlaku!" Dengan dada naik turun, Sarah mengucapkan sumpahnya. "Haha! Kamu pikir siapa bisa bersumpah begitu? Tidak akan mempan, dan kami tidak akan pernah takut!" ejek Novi. Ia dan Hendrik hanya tersenyum meremehkan, dianggapnya ucapan Sarah adalah angin lalu. "Udah, gak usah banyak batjot! Pergi jauh-jauh dariku. Jangan pernah kembali padaku. Pergi!" Hendrik mengusir dengan kasarnya . Bak sudah jatuh tertimpa tangga pula, Sarah lagi-lagi harus menelan pil pahit sakit hati. Ia pun segera bergegas meninggalkan rumah yang banyak memiliki kenangan bersama mantan suaminya itu. Dengan langkah cepat, ia menyusuri jalanan yang sepi. Beruntung, ia tinggal di
Terkabulnya Doa Istri PertamaBab 3Digerebek"Sar, Mbak boleh minta tolong?" Sarah membuka obrolan setelah Sabrina menyelesaikan sholat Maghribnya. "Katakan saja, Mbak! In Syaa Allah, aku siap." Sarah pun menceritakan tentang provokasinya pada ibu-ibu di sekitar rumah Hendrik. "Mbak boleh tolong gak, kamu ke sana untuk memastikan penggerebekan itu. Mbak gak mungkin ke sana." Dengan penuh harap, Sarah memberikan alamat dan nomor orang-orang yang sekiranya diperlukan dalam misi kali ini. ****Malam telah datang menjelma menjadi kegelapan. Sabrina pergi ke komplek tempat tinggal Hendrik menggunakan tunggangan roda empat mewah hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun dari Negeri Ginseng. Dengan langkah mantap, matang dan licik, ia mendatangi RT setempat. Laporan penuh bumbu provokasi pun ia sertakan agar bisa memberikan hukuman pada musuhnya kali ini. "Hah, yang betul, Mbak? Mbak jangan bohong apalagi sampai fitnah orang. Itu gak baik, Mbak!" sanggah Pak RT tidak percaya dengan lap
Terkabulnya Doa Istri PertamaBab 4 Ada Apa, Ya? Setelah keluar dari rumah Pak RT, Sabrina menemui orang-orang di sekitar rumah Hendrik. Tujuannya kali ini adalah menyuruh orang merekam apapun yang terjadi nanti. Setelah berhasil menemukan orang-orang tersebut, Sabrina memberitahukan hal yang harus mereka lakukan. Usai menyuruh orang, Sabrina menunggu arakan Hendrik dan Novi di pinggir jalan yang akan dilewati. Dan di sinilah ia sekarang berada.Tak ingin merayakan misinya sendirian, Sabrina pun segera menghubungi Sarah. Drttt! Drttt!"Assalamu'alaikum, Na! Ada apa? Kamu baik-baik saja, kan?" Sarah yang sedang menyusui Emir di kamar barunya mendapat telpon dari Sabrina. Ia mendadak tidak enak hati, khawatir jika terjadi apa-apa dengan Sabrina. "Wa'alaykumussalaam. Tenang saja, Mbak! Aku baik-baik saja kok. Arakan Hendrik sudah mulai terlihat, apakah Mbak Sarah mau lihat?" "Aku siap, Na! Aku ingin melihat seperti apakah malunya si badjingan tengil itu." Di ujung sana, Sarah begitu
Terkabulnya Doa Istri PertamaBab 5 Ini Tidak Adil! Walaupun Sarah masih dalam masa pemulihan pasca melahirkan, ia yang punya misi dan ambisi balas dendam membuatnya sama sekali tidak merasakan lelah. Setelah adzan subuh berkumandang, ia sudah siap mengotak-atik HP dan e-mailnya. Berbekal hubungan dirinya dengan teman kerja mantan suaminya yang pernah bertandang ke rumahnya dulu, Sarah berhasil mendapatkan alamat e-mail dan no pribadi milik direktur utama perusahaan tempat Hendrik bekerja serta para staff yang bisa diajak kerja sama. Ia yang tahu akan peraturan ketat perusahaan tersebut dengan semangat empat lima segera mengirimkan video bukti perselingkuhan dan arakan Hendrik kepada Dirut dan staff. Tak lupa, ia memprovokasi sang Dirut agar memberikan hukuman yang setimpal. Sementara itu di rumah Pak Adam. Ia yang baru saja menyelesaikan sarapan, sangat terkejut begitu membuka e-mail maupun chat di aplikasi gagang ijo. Kebersamaan sarapan bersama keluarga yang hangat berubah menj
"Adam brengsek! Awas aja kamu, akan kubuat perhitungan!" Hendrik keluar dari ruangan membawa satu box kardus berisi barang penting miliknya. Ia meninggalkan ruangan yang masih berantakan karena ulahnya. Bahkan, laptop kesayangannya pun dibiarkan hancur tanpa disentuhnya lagi. "Sial, sial! Apa lihat-lihat! Mau kuhajar kalian?" gertak Hendrik saat melewati para staff di lobby menuju parkiran. Tak ingin berlama-lama berada di tempat yang membuatnya marah, Hendrik segera masuk dan membelah jalanan tanpa hiraukan pengendara yang lain. Selama di perjalanan, Hendrik tak henti-hentinya memukul stir. Bahkan, perjalanan yang biasanya bisa menghabiskan waktu hampir satu jam, cukup tiga puluh menit sudah tiba di rumah saking mengebutnya. Begitu sampai, Hendrik berjalan masuk ke rumah dengan buru-buru tanpa membawa barang-barang dari kantornya tadi, kecuali SK skorsing. Benar-benar tidak bisa mengendalikan emosinya, Hendrik masuk rumah dengan cara menendang kuat-kuat. Hal itu membuat Novi yan