Mr. Philippe mendapatkan pemutusan surat kerjanya yang tidak perlu lagi dia mengabdikan diri jadi pelayan di kediaman Yuan. Tetapi dia bersikeras tetap ingin bekerja untuk Sky di kediaman sehingga Sky memberikan pekerjaan sebagai notaris padanya, menggantikan Norman yang akhir hidupnya tetap berkhianat bersama Keith pada Sky dan Nicholas.Pulang dari ziarah makam Thomas, Janette tidak bisa bertahan lagi terhadap penyakitnya dan akhirnya menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan Sky.Nicholas juga berada di dekat Janette disaat terakhir hidupnya, dia memaafkan semua salah dan khilaf Janette di masa lalu.Tiga bulan kemudian,Sky membawa Alin dan Sean berlibur ke Sydney sekaligus bertemu Jonathan di kantor cabang milik Sky di Sydney.Jonathan membuat pertemuan dengan Sky dan Alin di sebuah restoran mewah pusat kota Sydney. "Kenalkan, ini Nabila. Bila, ini bosku Sky Yuan, Alin dan putra mereka Sean, juga ini Keita," Jonathan memperkenalkan wanita yang datang bersamanya kepada Sky, Ali
Sky dan Seiji beserta keluarganya pergi ke perkebunan anggur keluarga Nabila menggunakan limousin sedangkan Nabila berkendara bersama Jonathan di depan sebagai penunjuk jalan yang sebenarnya tidak perlu karena sopir limousin adalah sopir pribadi keluarga Nabila yang sudah biasa datang ke perkebunan."Dasar pamer!" gerutu Seiji menatap tajam pada Sky, saat melihat tanda cinta di leher, pundak serta bagian depan dada Alin yang tetap tidak tertutupi oleh syal yang dia pakai."Apa pamer?" ceplos Alin yang tidak mengerti pada awalnya."Suami brengsekmu yang pamer!" sahut Seiji dan Sky langsung tergelak diikuti oleh Syelin.Sky duduk memeluk Syelin yang sudah mulai terlihat akrab dengannya."Syelin sebentar lagi punya adek bayi. Kalau mau pamer itu harus ada bukti hidupnya, bukan tanda yang bisa hilang dalam hitungan hari!" Seiji sengaja meraba perut Irine dan mengusapnya di depan Sky.Keita dan Sean serempak mengulum senyum melihat pria sedewasa dan sedingin Seiji bisa bertindak absurd di
Alin tersentak kaget bangun dari tidurnya mendengar bunyi telp yang sangat nyaring dekat kepalanya. Setelah di jawab, bukannya suara seseorang yang berbicara akan tetapi suara operator yang mengingatkan Alin akan tanggal jatuh tempo pinjaman onlinenya tinggal tiga hari lagi. "Alin …kapan bisa bayar hutangnya? Saya perlu untuk membayar cicilan saya. Tolong di usahakan ya Lin," pesan chat dari koko Lai masuk di aplikasi berlogo hijau milik Alin, semakin menambah keruwetan pikiran Alin di pagi hari itu. Alin melihat anaknya, Sean yang berumur 12 tahun, tahun ini. Sean ingin masuk sekolah asrama dan saat ini masih tidur pulas di sebelahnya. Alin bangun perlahan sambil menarik nafas panjang. Mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi dengan langkah lesu. "Och Tuhan, tolong aku. Please ...merdekakan aku dari segala hutang ya Tuhan," jerit bathin Alin yang sering dia ucapkan. Alin Musthofa adalah seorang ibu tunggal untuk anaknya, Matsuyama Sean. Papanya Sean orang Jepang asli dan Alin
Alin terlihat mulai sibuk dengan aktifitas jualan snacknya yang dia repacking dan di jual seharga dua ribuan karena target pasarnya adalah anak-anak. Meskipun untungnya tidak seberapa, jika di tekuni dengan baik, pasti mendapatkan hasil yang memuaskan. Begitulah yang Alin pikirkan. Aisyah, Sahabat Alin juga menitipkan produk jualannya di toko Alin sehingga membuat toko Alin menjadi penuh produk yang bisa di jual. Tentu saja semakin bagus agar pembeli tertarik untuk membeli bahkan memborong di toko Alin. "Bismillah ...pokoknya semua hutang ku lunas! Alhamdulillah ..." Doa Alin setiap pagi sebelum membuka tokonya.Akan tetapi pagi itu tidaklah mulus. Baru saja Alin menyemangati dirinya sendiri, telpon dari debt collector aplikasi pinjaman online kembali datang mengganggu dengan suara operatornya.Belum lagi bayaran kontrak rumah yang besok jatuh tempo menyusul kontrak toko. Token listrik di rumah juga sudah berteriak minta di isi ulang.Bahkan tadi pagi, Alin belum sempat memasak nasi
Menjelang tengah malam, Sky pulang ke rumahnya. Daffa sudah menunggunya dari sore dan data yang di perlukan juga sudah siap. "Daf, perintahkan Mr. Philippe untuk menyiapkan makan malamku sebelum kita berangkat. Apakah kamu sudah makan malam?" "Baik. Apakah kamu juga ingin memakan soup daging kuda?" sarkas Daffa. "Jika ada, boleh. Kamu juga harus mencicipi soup itu nanti!" Sky masuk ke kamar mandinya langsung menuju shower. Daffa sudah menemui Mr. Philippe yang langsung menghubungi bagian dapur, Ternyata hanya ada Zia, gadis muda yang bertugas di dapur malam itu dan kebetulan sedang membuat soup daging kuda yang dia beli dengan harga murah di pasar karena pembelinya memaksanya untuk membelinya. Daffa hampir mau muntah saat di hadapannya ada mangkok soup daging kuda. Sky tertawa tanpa suara, sangat menikmati kekesalan Daffa yang meringis pada wajahnya. "Cepatlah di makan, bukankah kamu meminta soup daging kuda tadi?" kekeh Sky menatap Daffa yang terpaksa memakan soup di hadapannya
Sky sudah bangun dari tadi, merasakan ngilu di luka perut dan dadanya. Tidak ada siapapun di kamar. Sky melihat ke sekeliling, ini adalah kamarnya.Sky beringsut bangun, berjalan tertatih-tatih ke kamar mandi untuk mencuci muka dan sikat gigi.Setelah mencuci muka dan menyikat giginya, pintu kamar Sky di buka dari luar saat pria itu sedang menuntaskan panggilan alam di tubuhnya. "Tuan muda ...apakah Anda di kamar mandi?" Terdengar suara nyaring Zia yang bertanya. Sky keluar dari kamar mandi, melihat gadis remaja yang ranum di hadapannya sudah lengkap dengan seragam sekolahnya. "Alex membuatkan soup ayam, makanlah," ujar Zia sambil meletakkan mangkok soup dan sarapan untuk Sky di atas meja. Alex adalah kepala koki di kediaman Sky. "Kamu mau sekolah?" "Iya, tapi saya di minta Alex mengantarkan ini untuk Tuan Muda. Nyonya Janette baru saja kembali ke kamarnya, beliau semalaman berjaga di sini. Dokter sedang dalam perjalanan ke sini. Tapi sepertinya Tuan Muda sudah membaik ya?" ceplo
Alin baru saja selesai membuka toko jualan snack-nya. Telpnya berdering dari debt collector yang mengingatkan tanggal jatuh tempo pembayaran pinjamannya. Debt collector ini menelpon tidak kenal waktu dan sehari bisa sampai sepuluh kali telpon masuk dari nomor yang berbeda. Jika di jawab selalu suara operator yang berbicara."Siapa Lin? Kok ga di jawab?" tanya pak Rustam, Paman Alin yang baru saja datang ke toko Alin ingin minum kopi herbal yang dititipin Aisyah untuk di jual di toko Alin."Uhm, salah sambung," jawab Alin sekenanya.Hp Alin kembali berdering dari nomor yang berbeda dan layar ponselnya terlihat merah yang berarti itu adalah telpon dari nomor debt collector lagi. Alin segera mematikan namun terlambat, pak Rustam sudah terlanjur melihatnya."Telp debt collector ya? Kamu minjam online?" cecar pak Rustam menatap Alin lekat-lekat."Enggak. Pinjaman yang sebelumnya sudah mau jatuh tempo dua hari lagi. Jadi tiga hari sebelum jatuh tempo, akan ada telpon pengingat seperti tadi.
Sky langsung turun dari kamar hotel tempat dia menginap ke cafe dan memesan ruangan privat. Baru saja Sky menyesap kopi yang di antarkan pelayan padanya, terdengar suara Daffa sedang berbicara dengan seseorang dan membukakan pintu ruangan pada orang itu yang menjadi ruangan private tempat Sky sedang duduk. Cangkir kopi Sky masih berada di tangannya dan menggantung di udara, matanya melotot menatap wanita yang baru saja masuk ke ruangannya bersama Daffa. Ingatan Sky berkelana ke beberapa tahun yang lalu di malam dia mabuk dan duduk di halte MRT menunggu Daffa menjemputnya. Udara malam itu sangat dingin. Seorang wanita duduk bersama anak laki-laki di sebelahnya. Melihat Sky Yuan yang menggigil, wanita itu melepaskan syalnya dan melilitkan ke leher Sky Yuan. "Kamu minum alkohol, seharusnya itu bisa menghangatkanmu! Aku hanya punya ini, pakailah. Maaf jika warnanya pink, nanti kamu bisa membuangnya. Untuk saat ini setidaknya bisa mengurangi dinginmu," ujar sang wanita pada Sky. Wanita