“Ibu terlalu berisik!” Alex berdecak kesal mendengar serapah sang ibu. “Lagian itu perusahaan paman Tony, mengapa ibu yang seperti kebakaran jenggot?”“Anak tak tahu diri!” Tina menuding marah. “Kamu pikir dari mana semua fasilitas yang kamu nikmati itu heh?! Kalau kita tidak memiliki Whitley, kamu hanya akan naik bus setiap harinya! Ayah kamu yang gak berguna itu, mana ada bisa membelikan kamu mobil?!”Ian mengerutkan kening saat mendengar semburan amarah istrinya itu. Namun seperti biasa, ia hanya bisa diam dan membiarkan Tina berkoar-koar hingga puas.Ia sudah cukup kenyang menjadi pelampiasan ketidakpuasan Tina atas usaha yang ia lakukan dan berikan pada Tina dan kedua anak mereka.“Tony, apa kamu benar-benar tidak memiliki jalan?” Kini giliran Nyonya Besar White yang bicara. Wajah tua-nya terlihat serius dan dipenuhi kecemasan.Bagaimana tidak, kehidupan berkelas yang ia alami dan dapatkan sejak Whitley Inc menjadi besar, begitu menyenangkan dan nyaman untuk dilepaskan kembali.I
‘Apa perlu dilakukan hal lain pada mereka, Tuan?’ Suara hati-hati Garvin di seberang sana, terdengar jelas oleh Arion.Arion menerima laporan dari Garvin saat baru saja keluar dari kamarnya. Ia sudah memastikan Elara masih sibuk di dalam kamarnya sendiri, sehingga dengan bebas menerima telepon saat menuju kitchen set untuk mengambil minum.Pria tampan itu pun menjawab Garvin dengan singkat. “Sudah cukup.”Setelahnya, Arion memutuskan sambungan sepihak. Ia meneguk air bening sambil melirik ke arah pintu kamar dan melihat Elara baru keluar dari sana sambil membawa laptop di atas tumpukan buku tebal.“Mau dibawa kemana?”“Ke depan. Aku bosan di kamar, mau mengerjakan makalahku di ruang depan.”Pria itu lalu langsung menghampiri Elara dengan dahi mengernyit. “Kenapa tidak minta bantuanku?” Ia langsung mengulurkan tangan dan menarik tumpukan buku beserta laptop itu dari tangan Elara.Namun gadis itu berjengit, ketika telapak tangannya bergesekan dengan ujung buku yang cukup tajam, saat Ario
Alex baru saja tiba di kamarnya, ia menarik tas ransel dari pundak dan melemparnya dengan kasar.Langkahnya terkesan nyata begitu gusar dan seperti kebingungan, saat ia berjalan mundar mandir di dalam sana.“Bagaimana ini?” gumamnya resah, masih dengan kaki yang terus bergerak, berputar di dalam kamar. “Apa yang harus kulakukan?”Ia menyugar lalu meremas rambut depan, sementara sebelah tangan lain berada di pinggang.“Aku tidak bisa menolak perintah mereka. Aku tidak punya alasan untuk menolaknya.”Tok tok.Suara ketukan di pintu membuat Alex berpaling, lalu melihat sang adik –Dianne, masuk.“Hey calon pengantin,” Gadis berambut keriting dan berwarna pirang itu mencibir ke arah Alex.“Shut up!”“Kau akan menikahi adik sepupu tirimu yang sudah kau sukai sejak lama. Kau pasti senang, Lex.” Dianne melangkah dan mengambil tempat di tepi ranjang Ale
“Supir pribadi?” Jeanne terperangah. Matanya membesar seolah baru saja mendengar hal yang sangat mengejutkan.“Ya,” angguk Elara. “Bahkan sebelumnya ia tidak ada pekerjaan.”“Nganggur?”“He-em.” Gadis bermanik zamrud itu mengangguk, membenarkan.“Bagaimana– tapi..” Jeanne terdiam. Rasanya hal-hal yang baru ia dengar tadi dari Elara adalah sesuatu yang tidak mungkin.Di mata Jeanne –dan kesan pertama yang ia dapatkan dari pria tersebut, pria itu seseorang yang memiliki aura pemimpin. Lebih jauh lagi, atmosfer yang hadir saat pria itu di sekitar, adalah aura penguasa.Menciptakan atmosfer yang menekan dan mendominasi.Bagaimana bisa, ternyata pria itu hanya pekerja umum? Seperti kalangan dirinya dan juga Elara?Bahkan ada satu momen, Jeanne dapat merasakan, Arion seseorang yang di luar jangkauan –bahkan jika dibandingkan dengan keluarga Wycl
Keluarga White tidak baik-baik saja.Tepat satu jam sebelum siaran yang menayangkan pernyataan resmi FDA dengan ditemukannya bahan berbahaya pada bahan baku di Whitley Inc, polisi mendatangi kediaman keluarga White dan membawa Tony White keluar dalam keadaan tangan terborgol.Di luar, puluhan awak media memenuhi pelataran depan --tepat di depan tangga teras kediaman Tony White.“Apakah Anda melakukan ini untuk menaikkan keuntungan?”“Mr. White! Tidak hanya satu produk terindikasi menggunakan bahan berbahaya, tetapi tiga jenis produk lainnya. Apa Anda memang ingin meracuni warga?”“Bukankah salah satu alasan produk-produk Whitley melejit adalah karena publik sangat percaya Whitley Inc hanya menggunakan bahan-bahan terbaik. Apakah ada alasan lain selain soal moral --ketamakan Whitley Inc?”“Mr. White, tolong jawab kami!”“Tidak, saya di fitnah!” Tony White berteriak marah bercampur gugup.Ketegangan jelas meliputi seluruh permukaan wajah serta tubuhnya. Ia digiring dua orang polisi di ki
Elara pergi ke kampus dan menyelesaikan hari dengan cukup tenang. Meskipun berita tentang Tony White yang digelandang polisi telah menyebar dan diketahui seluruh penghuni kampus, orang-orang tidak terlalu membicarakan hal itu.Frederick Callaway selaku Direktur Bridgeston University telah mengeluarkan surat edaran dan mengimbau seluruh civitas academica tidak melakukan hal-hal tidak bermanfaat --seperti bergunjing dan membicarakan pemberitaan yang merugikan pribadi lain di lingkungan kampus.Itu cukup efektif.Tidak ada yang bertanya ataupun bergunjing saat Elara ada di sekitar. Mungkin beberapa dari mereka melemparkan pandangan sekilas, selebihnya terlihat tak acuh.Elara ditemani Jeanne kini berada di kantin dan menghampiri meja dengan beberapa gadis yang melambai penuh semangat pada keduanya.“Jeanne! Elara!” sapa salah satu gadis yang langsung menarik kursi di sebelahnya. “Duduk di sini saja.”Jeanne melirik Elara
Elara menatap ke luar jendela.Pemandangan kota Hillsborough yang tidak terlalu padat seperti kota-kota lainnya di California, membuat kota itu sedikit terlihat lebih lengang.Jalan-jalan yang hampir bersih dari kemacetan panjang --kecuali saat peringatan hari jadi kota ini, membuat Elara sesungguhnya cukup betah tinggal di kota ini.Namun ia telah tidak memiliki keluarga lagi --kecuali Arion yang menjadi suami ‘terpaksa’ nya, membuat ia ingin segera pergi dari sini.Tidak ada yang cukup berharga menahannya di kota ini.Gadis bermanik zamrud itu mengangkat sebelah tangan dan melirik angka yang tertera pada ponselnya.Hari telah menjelang petang.Elara menggeser duduknya ke kursi di sisi jendela dan mengangkat kantong cokelat dengan cetakan tulisan ‘Groceries’ dari pangkuannya, lalu menempatkan ke kursi sebelah bekas ia duduk.Ia menempelkan dahinya di jendela dengan tatapan lekat pada mobil-mobil yang melewati bus yang sedang ia tumpangi ini.Hingga di satu persimpangan lampu merah, E
“Apa maksudmu?!” Elara nyaris berteriak marah saat mendengar syarat yang diajukan oleh Tina, untuk Elara bisa melihat dan membawa barang peninggalan mendiang Annie.“Syarat dari kami sesimpel itu, Elara. Kau tidak perlu seterkejut itu.” Tina mengernyit. Ia agak tersinggung melihat reaksi Elara yang terlihat kaget dan bahkan tidak menyukai ide mereka.“Kalian bisa saja meminta uang untuk aku menebus barang-barang peninggalan ibuku sendiri. Meski itu tetap tidak berhati nurani, tapi itu lebih masuk akal bagiku!”Ia menggeleng tak percaya. “Tapi menikah dengan Alex? Apa kalian gila?!”“Apa seburuk itu putraku? Mengapa kau begitu marah!” Tina tidak tahan lagi dan menyemburkan amarahnya.Mendengar itu, Elara tertawa miris. “Apa kau memang tidak tahu seperti apa putramu sendiri, Mrs. Palmer? Dengan putra yang terbiasa hidup bermalas-malasan dan selalu disuapi seperti Alex, kau ingin menikahkan dia? Denganku? Sebaiknya kau ajarkan dulu dia cara membuat teh-nya sendiri!”“Kau--”“Sudah, hentik