Share

Bab 43 (Langkah Lain Yang Mengikuti)

Angin malam berembus menggoyangkan cemara gunung, ilalang, dan menghempas tebing-tebing curam Pelawangan Senaru Rinjani. Cahaya headlamp yang terang menangkap kabut tebal turun ke balik gunung, seolah bersembunyi dari angin kencang yang dingin menusuk tulang. Di bawah gelap malam, hanya ada mereka berlima, mendaki menyusuri tanjakan.

Jarak pandang mereka sangat terbatas. Kabut malam sungguh tebal sehingga mereka hanya dapat melihat jalur berkontur miring itu beberapa meter ke depan. Mereka berkejaran dengan waktu untuk tiba sebelum fajar di Aik Kalak.

"Saya nggak bisa jelas lihat jalur di depan, Bang, suhunya juga dingin sekali, whuuh," kata Opik sambil mengembuskan uap napasnya ke dalam tangan yang ditangkup.

Opik bersiap turun ke danau. Baru kali ini ia melihat danau dengan diameter mencapai sebelah kilometer itu terselimuti sempurna oleh kabut.

"Aman ini, Bang Ochi?" tanya Ibnu setelah melihat gulungan awan di atas sana.

"Innsyaallah aman, tapi kita harus cepat. Kayaknya akan ada
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status