Share

bab. 20

Om Zuan kini menatap spedometer mobilnya. “Sial. Kenapa harus kehabisan bahan bakar?” tanya lelaki itu sambil mengacak rambutnya.

“Ya Allah, Om! Cobaan apalagi ini? Apa om Zuan sudah bangkrut dan tak kuat beli bahan bakar? Zi tak apa kalau melepas kuliah Zi. Di sana memang biayanya mahal, Om! Zi minta maaf, bahkan untuk beli bahan bakar maupun beli makanan om tak sanggup.”

“Diam kamu, Zi!”

“Tapi Zi merasa bersalah, Om! Semua gara-gara, Zi! Om –“

“Hentikan. Atau kamu ku tinggal di sini sendirian.”

“Bagaimana Om Zuan ninggalin, Zi! Om saja tak punya uang.”

“Hah, Sial!”

Kami ke luar dari mobil. Berharap ada kendaraan yang melewati jalan ini untuk kami tumpangi. Tapi lagi-lagi apes masih menyelimuti. Jalan sepi, tak ada siapapun yang lewat selain angin sepoi yang terus menyapa. Aku melirik jarum jam yang melingkar di lengan Om Zuan, waktu telah menunjukkan pukul 3 dini hari. Pantas saja aku terus saja menguap. Kantukku benar-benar tak tertahan.

“Om. Apa gak sebaiknya kita istirahat di si
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status