Hujan yang turun bersamaan dengan air mata Indah yang turun, untung hujan turus bisa menghapus air mata Indah yang menbasahi pipi dan air mata Indah bercampur dengan air hujan.Hujan sangat deras di langit dan awan di langit menutupi semuanya seperti kelabunya hati Indah saat itu. Hujan saat itu sangat deras. Indah tak perduli jika air hujan membasahi badannya. Indah terus memperbaiki taman yang Nia rusak tadi.Seperti langit yang gelap serta mendung, begitulah hati Indah pun terasa gelap. Dia teringat pada kenangan indah yang pernah ia bagikan dengan orang yang ia cintai. Namun kini, mereka telah berpisah. Dia ingin kembali bersama Dicky. Hanya Dicky yang bisa mengerti dirinya.Indah mengernyitkan dahi, mencoba menahan air mata yang ingin pecah. Dia merasakan titik-titik hujan yang jatuh seakan-akan menyentuh hati yang patah. Setiap tetes hujan yang turun membasahi tubuhnya, mengingatkannya pada kesedihan yang menghantui pikirannya.Indah terlihat rapuh dan lemah, ia ingin meluapkan
Rudi menurunkan Nia ke bangku. Dia lalu mencoba mencari Indah walaupun masih hujan, berharap jika gadis itu masih berada di taman. Dia mencari dengan berlari ke sana ke sini, tapi keberadaan istrinya tak juga ditemukan. Akhirnya dia memutuskan untuk melihat CCTV saja.Rudi yang kehujanan mendekati Nia. Menggendongnya dan membawa masuk untuk memeriksa CCTV."Papi, mana Mimi?" tanya Nia, mengulangi pertanyaannya tadi."Mimi pergi sebentar," jawab Rudi supaya Nia tidak menangisNia yang mendengar kalo Miminya pergii, Nia langsung menangis berteriak. Membuat Rudi tambah Pusing."Ikut Mimi ...," teriak Nia makin kencang."Papi jemput Mimi besok, sekarang sudah malam. Nia tidur dulu." Jawab Rudi, supaya Nia mau terdiam.Tapi Nia masih terus menangis hingga dia kelelahan dan tertidur. Setelah itu barulah Rudi kembali ke kamarnya. Dia membuka laptopnya dan memeriksa CCTV. Dilihatnya dari kejadian sore.Rudi melihat dengan jelas saat Nia mencabut bunga dan menyerahkan pada Indah. Dia juga dap
Pengguna jalan raya tampak panik saat sebuah mobil tiba-tiba kehilangan kendali. Ban yang terlalu licin tak mampu menahan laju kendaraan yang semakin tak terkendali saat ada mobil yang datang dari berlawanan arah juga dengan kecepatan tinggi. Dicky mendadak mengijak rem sampe penuh, tetapi sayangnya mobil tidak bisa langsung berhenti, semua itu terlambat dan akibatnya tabrakan tidak bisa di hindari lagi.Dalam sekejap mata, mobil itu meluncur tanpa kendali melewati jalur yang seharusnya bukan jalurnya, berputar-putar seperti tarian yang tidak terencana. Sangat cepat, ia melintasi jalan di seberangnya, benar-benar dicari oleh maut.Beruntung, kawanan mobil lain dengan reflek yang luar biasa menghindari tabrakan yang tak terelakkan tersebut. Seketika itu pula, desingan terdengar saat mobil hitam itu menabrak pagar pembatas jalan dengan keras dan suaranya sangat keras. Bentuk depan mobil udah tidak berbentuk lagi.Debu dan pecahan kaca terbang memenuhi udara, menandakan kekacauan yang ba
Peluk jauh untuk setiap perempuan yang telah di sia-siakan. Perempuan yang harus di paksa untuk kuat padahal dirinya sangat rapuh. Untuk perempuan yang tulus tapi dipaksa harus mundur. Untuk perempuan yang rela merendahkan egonya atas semua yang dia inginkan demi orang lain, tapi akhirnya memilih menyerah karena tidak sanggup lagi dan untuk perempuan yang berusaha mencintai, tapi apa pun yang dia lakukan tak pernah dihargai. Mari kita rayakan setiap patahan menjadi kebahagiaan yang tak terduga. TERUSLAH MENJADI PEREMPUAN YANG BAIK MESKIPUN KAMU TIDAK PERNA DI PERLAKUKAN BAIK OLEH ORANG LAIN, SEMUA YANG KAMU RASAKAN ITU PASTI AKAN ADA HIKMATNYA.***"Aku minta maaf karena aku yang mengakibatkan ini ...," ucap Dicky dengan terbata karena menahan rasa sakit. Dia berusaha kuat untuk dapat bicara dengan Rudi."Maaf, karena aku menolong Indah untuk pergi menenangkan dirinya...." Dicky kembali mengatakan semua dengan terbata. Rudi yang mendengar kata-kata Dicky hanya diam, dia tidak tahu ha
Cuaca pada malam ini sangat begitu suram seperti di ruangan ICU. Hujan sangat deras dan petir yang menyambar yang mewarnai malam yang ini yang menambah mecekem di rumah sakit yang begitu sibuk. Di ruang ICU, tempat yang biasanya penuh dengan kehidupan dan harapan, tapi hari ini di penuho oleh kepanikan dan kegelisaan.Dokter yang menjaga malam ini merupakan, seorang dokter berusia empat puluh tahun dengan pengalaman yang luar biasa, Dokter berdiri di dekat ranjang Dicky. mantan kekasihnya Indah itu tampak terlentang lemah di atas ranjang rumah sakit. Meskipun penuh dengan peralatan medis canggih, suhu di ruangan itu terasa dingin dan hampa.Rudi yang penasaran dia mencoba melihat lewat jendela kaca ruang ICU itu. saat Rudi melihat, dia melihat dokter sangat sibuk untuk berusaha mengembalikan kesadaran Dicky. saat Rudi melihatnya ada rasa nyeri di dada Rudi saat melihat Dicky yang sedang di rawat oleh dokter..Dokter yang menangani Dicky segera memeriksa keadaan. Pernapasan pria itu ta
Tanpa terasa telah satu minggu Dicky dikuburkan, tapi keadaan Indah tidak ada tanda menujukan akan ada kemajuan yang mendakan Indah akan sadar dari komanya. Mama Reni akhirnya mengetahui semua yang terjadi dalam rumah tangga putranya dan Indah, walau tidak sepenuhnya. Yang dia tahu, malam itu menantunya pergi dari rumah setelah Rudi memarahinya. Mama Reni memarahi dan menasehati anaknya hingga panjang lebar.Saat ini keduanya sedang mencari jalan terbaik untuk kesembuhan Indah. Telah dua minggu dia berada di ruang ICU, tapi belum ada tanda-tanda jika kesadarannya akan membaik. Seolah olah ini adalah zona nyaman dengan hanya menutup matanya dan tidak bangun-bangun."Ma, apakah kita perlu membawa Nia ke rumah sakit untuk bertemu Indah supaya bisa cepat sadar? Dokter mengatakan orang yang dalam keadaan koma, tetap dapat mendengar suara jika sarafnya masih bekerja dengan baik dan akan membantu orang koma membuka matanya. Suara orang yang paling dekat dan sering dia dengar, dapat memulihk
Indah sedang dilakukan pemeriksaan oleh dokter yang bertugas. Sedangkan Nia langsung dibawa pulang oleh Ibunya Rudi balik rumah. Nia sangat ingin menemani mami-nya dirumah sakit dan tidak mau pulang sampe Nia menangis tidak mau pulang."Kalau Mimi sudah bangun, Nia bisa datang lagi menjenguk Mimi," bujuk Rudi agar bocah itu mau pulang dan tidak menangis lagi."Kenapa Mimi boboknya lama bangat, pa?" tanya Nia dengan nada yang terbata karena menangis."Mimi sakit, Sayang," jawab Rudi."Papi jahat. Papi marahi Mimi. Mimi bobok takut papi marah," ucap Nia yang memarahin papi-nya.Mendengar ucapan cucunya, Mama Reni langsung memandangi wajah Rudi. Pria itu tak berani membalas tatapan ibunya. Dia hanya menunduk. Karena merasa bersalah sama Indah, dan malu sama mamanya."Papi jahat ...," ucap Nia kembali menangis."Maafkan Papi. Papi janji tak akan marah lagi dengan Mimi," ucap Rudi pelan masih dengan menunduk."Rudi, Mita itu telah tiada. Seharusnya kamu bisa move on. Hidup terus berjalan.
Saat ini Indah telah dipindahkan ke ruang perawatan umum. Hanya tersisa selang infus ditubuhnya. Dari tadi matanya telah terbuka, tapi gadis itu masih terus diam tanpa suara. Mama Reni meraih tangan Indah dan menggenggamnya."Indah, katakan apa yang ingin kamu ungkapkan, Nak. Jangan diam saja. Mungkin dengan mengatakannya akan mengurangi rasa sesak di dada kamu," ucap Mama Reni dengan lembut."Ma, maafkan aku...," ucap Indah dengan suara pelan."Kenapa kamu minta maaf sayang? Kamu tidak memiliki kesalahan apa-apa sama mama, sayang," balas Mama Reni.Indah kembali diam. Napasnya tampak tidak teratur. Mama Reni menggenggam tangan menantunya dengan lembut."Di mana teman yang bersamaku, Ma?" tanya Indah akhirnya. Dia meminta maaf karena merasa bersalah pergi dengan pria selain suaminya.Mama Reni menarik napas dalam. Dia telah tahu cerita tentang pria yang bersama Indah dari Rudi. Wanita itu tak sanggup mengatakan pada Indah jika temannya telah tiada."Ma, dimana temanku di rawat?" Kemba