Saat ini Indah telah dipindahkan ke ruang perawatan umum. Hanya tersisa selang infus ditubuhnya. Dari tadi matanya telah terbuka, tapi gadis itu masih terus diam tanpa suara. Mama Reni meraih tangan Indah dan menggenggamnya."Indah, katakan apa yang ingin kamu ungkapkan, Nak. Jangan diam saja. Mungkin dengan mengatakannya akan mengurangi rasa sesak di dada kamu," ucap Mama Reni dengan lembut."Ma, maafkan aku...," ucap Indah dengan suara pelan."Kenapa kamu minta maaf sayang? Kamu tidak memiliki kesalahan apa-apa sama mama, sayang," balas Mama Reni.Indah kembali diam. Napasnya tampak tidak teratur. Mama Reni menggenggam tangan menantunya dengan lembut."Di mana teman yang bersamaku, Ma?" tanya Indah akhirnya. Dia meminta maaf karena merasa bersalah pergi dengan pria selain suaminya.Mama Reni menarik napas dalam. Dia telah tahu cerita tentang pria yang bersama Indah dari Rudi. Wanita itu tak sanggup mengatakan pada Indah jika temannya telah tiada."Ma, dimana temanku di rawat?" Kemba
Mama Reni mendekati Indah yang keget melihat menantunya keget. Menggenggam tangan menantunya supaya Indah bisa lebih tenang. Mama Reni bisa merasakan apa yang dirasakan Menantunya itu."Ma, katakan dengan jujur. Apa benar temanku Dicky meninggal?" tanya Indah dengan suara serak karena air mata yang sudah membasahi pipinya."Kenapa kau menangis begitu?" tanya Ibu Rahma dengan suara ketus. Dia tindak senang dengan reaksi Indah saat mengetahui Dicky meninggal."Bu, sudahlah. Indah baru sadar dan baru saja melewati masa kritis. Jangan dibebani dengan hal lain yang bisa membuatnya sakit lagi," ucap Rudi sambil memandang Ibu RahmaMendengar Rudi yang bicara dengan sedikit membentaknya, membuat Ibu Rahma terdiam. Dia lalu berjalan, kembali ke sofa. Pura-pura mengajak Nia bermain. Dia takut jika menantunya itu marah sama dia."Ma, tolong jujurlah. Apa temanku meninggal?" tanya Indah lagi dengan suara lemah.Sudah tidak mungkin Mama Reni untuk menyembunyikan tentang kematian Dicky lagi. Dia ha
Pagi harinya Rudi meminta ijin sama Dokter. Dokter mengatakan jika kesehatan Indah semakin membaik. Hanya butuh waktu untuk segera pulih seperti semulah. Rudi meminta izin membawanya ke makam Dicky.. Awalnya dokter keberatan takut tak akan kembali lagi, padahal masih perlu perawatan intensif selama seminggu ke depan. Namun, Rudi menjamin jika dia akan membawa gadis itu untuk di rawat lagi.Rudi menggendong tubuh Indah. Indah hanya diam atas apa yang dilakukan suaminya. Hari ini dia akan membawa istrinya ke makam Dicky seperti janjinya.Saat diperjalanan air mata Indah tak berhenti turun membasahi pipinya. Tangannya terkepal seolah menahan emosi."Tuhan, kenapa kau memanggil Dicky yang begitu baik, bukannya aku yang memiliki kekurangan ini. Jika aku yang pergi, tak akan ada yang merasa kehilangan atas kepergian ku. Aku sudah lelah, Tuhan," ucap Indah dalam hatinya.Satu jam perjalanan, sampai mereka di tempat pemakaman umum. Kembali Rudi menggendong istrinya dan mendudukkan di kursi ro
"Aku ingin kita berpisah ...," ucap Indah.Piring yang ada di tangan Rudi hampir saja terjatuh saat mendengar apa yang dikatakan oleh Indah. Rudi tidak pernah sangka kalo Indah akan meminta untuk berpisah, apa lagi di saat seperti ini."Permintaan apa ini, Indah. Bukan itu permintaan yang aku maksud," jawab Rudi."Bukankah Mas pernah berkata jika apa pun yang aku minta akan dikabulkan. Sekarang aku minta kita pisah," ucap Indah mengulangi permintaannya."Aku tak bisa kabulkan yang satu itu. Kamu bisa minta berupa barang tapi bukan berpisah, aku tidak pernah mau berpisah sama kamu." balas Rudi.Dia tak ingin berpisah dengan gadis itu. Rudi telah berjanji pada dirinya sendiri dan juga pada mama Reni jika dia akan merubah segala sikapnya. Dan memulai dari awal lagi."Kenapa tak bisa, Mas? Bukankah itu hal yang paling gampang dan murah yang aku minta," ucap Indah dengan suara yang datar.Pandangan matanya masih tertuju pada luar bangunan. Dia tidak perdulih kalo ada suaminya berada diketn
"Ma, aku sangat cepek menjalanin semua ini," ucap Indah dengan air mata yang jatuh berderai.Mama Reni mendekati Indah duduk di sofa dan menggenggam tangan menantunya sangat erat untuk menenangkannya. Tampak air mata juga menetes dari sudut matanya. Dia tidak tahan melihat menantunya seperti ini."Apa kamu mau liburan? Kita pergi bertiga dengan Nia?" tanya Mama Reni.Indah tak menjawab pertanyaan mama Reni hanya air mata yang terus membasahi pipinya, hanya air mata yang bisa gambarkan perasaannya saat ini. Melihat sang Mimi menangis, Nia ikut terisak."Mimi kenapa? Mimi sakit?" tanya Nia dengan terisak karena menahan tangis."Sayang, Mimi tak sakit. Hanya lelah saja, sayang," jawab Indah."Kalau Mimi lelah, biar aku pijat," ucap Nia. Dia lalu memijat lengan Indah."Indah, jika ada yang kurang kamu suka dari sikap putra Mama, kamu katakan saja. Biar Mama yang nasehati." Kata Mama Reni."Ma, aku mau tidur. Capek," ucap Indah. Dia masih belum mau membahas mengenai Rudi."Indah, Mama moho
"Jangan kurang ajar kamu Indah. Apa karena sekarang kamu sudah menikah dengan Rudi berani melawan Ibu. Ingat ... kamu itu dinikahi hanya untuk menggantikan posisi Mita. Jangan sombong!" ucap Ibu Rahma dengan sedikit emosi."Aku mau bertanya sama Ibu, apa aku ini anak kandungmu atau bukan? Di mana letaknya kurang ajarnya saya Ibu?. Mengenai posisi aku di rumah Rudi, aku juga sadar jika hanya sebagai baby sitter Nia. Aku sengaja ibu tumbalkan hanya untuk kepentingan dan kesenangan Ibu, tanpa berpikir perasaanku. Ibu hanya takut melepaskan keponakan kayamu itu!” ucap Indah dengan penuh penekanan.Mendengar kata-kata Indah, Ibu Rahma makin emosi. Dia mengangkat tangannya ingin menampar pipi gadis itu. Namun, tangannya ditahan Rudi. Ternyata pria itu dari tadi mendengar dan melihat semuanya. "Kenapa tak jadi? Tampar ... tampar aku seperti biasa Ibu lakukan sama aku sejak kecil. Apa Ibu malu di lihat Rudi perlakuan mu kepada aku? Kalian berdua sama saja. Kalian telah berhasil menghancurkan
Pada sore harinya Indah di ijinkan pulang oleh Dokter. Indah pulang bersama mama Reni dan Nia, mereka berempat pulang. Ibu Rahma akan di kabarin kalo Indah sudah mencampai rumah baru dikabarin kalo Indah sudah pulang dari rumah sakit.Mama Reni secara pribadi meminta Rudi untuk tidak mengabarin Ibu Rahma kalo Indah udah mau pulang dari rumah sakit setelah mendengar cerita dari Rudi tadi. Mama Reni tidak habis pikir, kenapa seorang ibu bisa setega itu berkata kasar pada putrinya yang sedang berduka dan sakit.Indah heran melihat perubahan di dalam rumah Rudi. Tak ada lagi foto pernikahan pria itu dengan Mita. Hanya ada foto Nia dan suaminya itu. Memasuki ruang keluarga terpasang foto pernikahan mereka. Walau tidak sebesar foto pernikahan Mita, tapi itu juga sangat indah untuk dilihat. Sederhana seperti yang Indah suka.Rudi langsung menggendong Indah dan mendudukkan di sofa. Nia langsung naik ke sofa dan duduk di samping miminya. Mengecup seluruh bagian di wajah gadis itu dengan semang
Di taman belakang rumah Rudi, Indah sedang berlatih berjalan seperti semulah sebelum kecelakaan. Dia telah bisa berjalan tanpa bantuan kursi roda lagi. Setelah lelah latihan melangkah, dia duduk di bangku biasanya dia melukis. Pandangan gadis itu tertuju ke taman bunga.Di sana dia melihat tak ada lagi bunga yang sempat dia tanam kembali. Telah berganti dengan bunga yang baru. Indah menarik napas dalam. Dia teringat kejadian malam itu. Air mata Indah kembali jatuh membasahi pipinya. Dia teringan akan Dikcy."Sekarang kau pasti bangga karena di bela Rudi," ucap Ibu Rahma. Entah sejak kapan ibu Rahma sampai di rumah itu. Dia tampak tidak baik-baik saja. Terlihat dari raut wajah yang cemberut.Indah hanya diam tak menjawab ucapan ibunya. Bukannya ingin menjadi anak durhaka. Justru dia takut akan mengeluarkan kata-kata pedas jika menjawab kata ibunya."Ingat Indah, jangan pernah lagi kau meminta cerai. Bersyukur Rudi mau menikahi gadis seperti kamu. Yang entah bagaimana kelakuan kamu sela