Pagi harinya Rudi meminta ijin sama Dokter. Dokter mengatakan jika kesehatan Indah semakin membaik. Hanya butuh waktu untuk segera pulih seperti semulah. Rudi meminta izin membawanya ke makam Dicky.. Awalnya dokter keberatan takut tak akan kembali lagi, padahal masih perlu perawatan intensif selama seminggu ke depan. Namun, Rudi menjamin jika dia akan membawa gadis itu untuk di rawat lagi.Rudi menggendong tubuh Indah. Indah hanya diam atas apa yang dilakukan suaminya. Hari ini dia akan membawa istrinya ke makam Dicky seperti janjinya.Saat diperjalanan air mata Indah tak berhenti turun membasahi pipinya. Tangannya terkepal seolah menahan emosi."Tuhan, kenapa kau memanggil Dicky yang begitu baik, bukannya aku yang memiliki kekurangan ini. Jika aku yang pergi, tak akan ada yang merasa kehilangan atas kepergian ku. Aku sudah lelah, Tuhan," ucap Indah dalam hatinya.Satu jam perjalanan, sampai mereka di tempat pemakaman umum. Kembali Rudi menggendong istrinya dan mendudukkan di kursi ro
"Aku ingin kita berpisah ...," ucap Indah.Piring yang ada di tangan Rudi hampir saja terjatuh saat mendengar apa yang dikatakan oleh Indah. Rudi tidak pernah sangka kalo Indah akan meminta untuk berpisah, apa lagi di saat seperti ini."Permintaan apa ini, Indah. Bukan itu permintaan yang aku maksud," jawab Rudi."Bukankah Mas pernah berkata jika apa pun yang aku minta akan dikabulkan. Sekarang aku minta kita pisah," ucap Indah mengulangi permintaannya."Aku tak bisa kabulkan yang satu itu. Kamu bisa minta berupa barang tapi bukan berpisah, aku tidak pernah mau berpisah sama kamu." balas Rudi.Dia tak ingin berpisah dengan gadis itu. Rudi telah berjanji pada dirinya sendiri dan juga pada mama Reni jika dia akan merubah segala sikapnya. Dan memulai dari awal lagi."Kenapa tak bisa, Mas? Bukankah itu hal yang paling gampang dan murah yang aku minta," ucap Indah dengan suara yang datar.Pandangan matanya masih tertuju pada luar bangunan. Dia tidak perdulih kalo ada suaminya berada diketn
"Ma, aku sangat cepek menjalanin semua ini," ucap Indah dengan air mata yang jatuh berderai.Mama Reni mendekati Indah duduk di sofa dan menggenggam tangan menantunya sangat erat untuk menenangkannya. Tampak air mata juga menetes dari sudut matanya. Dia tidak tahan melihat menantunya seperti ini."Apa kamu mau liburan? Kita pergi bertiga dengan Nia?" tanya Mama Reni.Indah tak menjawab pertanyaan mama Reni hanya air mata yang terus membasahi pipinya, hanya air mata yang bisa gambarkan perasaannya saat ini. Melihat sang Mimi menangis, Nia ikut terisak."Mimi kenapa? Mimi sakit?" tanya Nia dengan terisak karena menahan tangis."Sayang, Mimi tak sakit. Hanya lelah saja, sayang," jawab Indah."Kalau Mimi lelah, biar aku pijat," ucap Nia. Dia lalu memijat lengan Indah."Indah, jika ada yang kurang kamu suka dari sikap putra Mama, kamu katakan saja. Biar Mama yang nasehati." Kata Mama Reni."Ma, aku mau tidur. Capek," ucap Indah. Dia masih belum mau membahas mengenai Rudi."Indah, Mama moho
"Jangan kurang ajar kamu Indah. Apa karena sekarang kamu sudah menikah dengan Rudi berani melawan Ibu. Ingat ... kamu itu dinikahi hanya untuk menggantikan posisi Mita. Jangan sombong!" ucap Ibu Rahma dengan sedikit emosi."Aku mau bertanya sama Ibu, apa aku ini anak kandungmu atau bukan? Di mana letaknya kurang ajarnya saya Ibu?. Mengenai posisi aku di rumah Rudi, aku juga sadar jika hanya sebagai baby sitter Nia. Aku sengaja ibu tumbalkan hanya untuk kepentingan dan kesenangan Ibu, tanpa berpikir perasaanku. Ibu hanya takut melepaskan keponakan kayamu itu!” ucap Indah dengan penuh penekanan.Mendengar kata-kata Indah, Ibu Rahma makin emosi. Dia mengangkat tangannya ingin menampar pipi gadis itu. Namun, tangannya ditahan Rudi. Ternyata pria itu dari tadi mendengar dan melihat semuanya. "Kenapa tak jadi? Tampar ... tampar aku seperti biasa Ibu lakukan sama aku sejak kecil. Apa Ibu malu di lihat Rudi perlakuan mu kepada aku? Kalian berdua sama saja. Kalian telah berhasil menghancurkan
Pada sore harinya Indah di ijinkan pulang oleh Dokter. Indah pulang bersama mama Reni dan Nia, mereka berempat pulang. Ibu Rahma akan di kabarin kalo Indah sudah mencampai rumah baru dikabarin kalo Indah sudah pulang dari rumah sakit.Mama Reni secara pribadi meminta Rudi untuk tidak mengabarin Ibu Rahma kalo Indah udah mau pulang dari rumah sakit setelah mendengar cerita dari Rudi tadi. Mama Reni tidak habis pikir, kenapa seorang ibu bisa setega itu berkata kasar pada putrinya yang sedang berduka dan sakit.Indah heran melihat perubahan di dalam rumah Rudi. Tak ada lagi foto pernikahan pria itu dengan Mita. Hanya ada foto Nia dan suaminya itu. Memasuki ruang keluarga terpasang foto pernikahan mereka. Walau tidak sebesar foto pernikahan Mita, tapi itu juga sangat indah untuk dilihat. Sederhana seperti yang Indah suka.Rudi langsung menggendong Indah dan mendudukkan di sofa. Nia langsung naik ke sofa dan duduk di samping miminya. Mengecup seluruh bagian di wajah gadis itu dengan semang
Di taman belakang rumah Rudi, Indah sedang berlatih berjalan seperti semulah sebelum kecelakaan. Dia telah bisa berjalan tanpa bantuan kursi roda lagi. Setelah lelah latihan melangkah, dia duduk di bangku biasanya dia melukis. Pandangan gadis itu tertuju ke taman bunga.Di sana dia melihat tak ada lagi bunga yang sempat dia tanam kembali. Telah berganti dengan bunga yang baru. Indah menarik napas dalam. Dia teringat kejadian malam itu. Air mata Indah kembali jatuh membasahi pipinya. Dia teringan akan Dikcy."Sekarang kau pasti bangga karena di bela Rudi," ucap Ibu Rahma. Entah sejak kapan ibu Rahma sampai di rumah itu. Dia tampak tidak baik-baik saja. Terlihat dari raut wajah yang cemberut.Indah hanya diam tak menjawab ucapan ibunya. Bukannya ingin menjadi anak durhaka. Justru dia takut akan mengeluarkan kata-kata pedas jika menjawab kata ibunya."Ingat Indah, jangan pernah lagi kau meminta cerai. Bersyukur Rudi mau menikahi gadis seperti kamu. Yang entah bagaimana kelakuan kamu sela
Sebelum Ibu Rahma memgatakan ini, Indah telah memikirkan ini sebelum ibunya mengatakan kebenaran, tapi tetap menyakitkan mendengar ucapan bahwa dia bukan anak kandung Ibu Rahma langsung dari mulut sang Ibu."Katakan sekali lagi, Bu. Jadi benar aku ini bukan anak kandungmu? Jadi selama ini kamu perlakukan aku seperti ini emang aku bukan anak kandung Ibu?" tanya Imdah dengan suara gemetar."Aku tak tahu ... kenapa kalian jadi menyerangku? Apa aku salah mempertahankan rumah ini? Bukankah Rudi membelinya untuk Mita? Bukanya Rudi membeli Rumah Ini untuk Mita?" Ibu rahma bertanya dengan nada sedikit emosi. Sepertinya dia berusaha mengalihkan pembicaraan."Rahma, apa maksud ucapanmu tadi? Jadi Indah ini bukan anak kandungmu? Jawab dengan jujur," tanya Mama Reni dengan suara pelan, sepertinya dia menahan emosinya."Kalian mau tahu juga kebenarannya? Dan kamu Indah, apa tidak akan menyesal setelah tahu semuanya?" tanya Ibu Rahma.Indah menarik napas berat. Dan membuangnya lagi. Dia mencoba men
Rudi masuk ke kamar setelah mamanya pamit pulang. Dia telah memutuskan akan tetap pindah dari rumah ini. Itu juga yang disarankan mama Reni. Jika memang Ibu Rahma tak mengizinkan rumah ini di jual, biar di carikan orang untuk menjaganya.Mama Reni dan Rudi tidak membahas mengenai kenyataan jika Indah hanya anak dari selingkuhan bapaknya yang merusak hubungan keluarganya Ibu Rahma, mereka tak mau menghakimi sebelum tahu semua kebenarannya.Rudi melihat istrinya yang tidur dengan posisi meringkuk. Dia naik ke ranjang dan melihat masih ada sisa air mata di pipi sang istri. Dia lalu menghapusnya. Entah mengapa dia merasa kasihan melihat Indah yang selalu saja menangis. Matanya selalu berlinang air mata.Tubuh Indah terlihat jauh lebih kurus dari pertama mereka menikah. Rudi memeluk pinggang istrinya itu agar merapat.Indah membuka matanya. Melihat Rudi, air matanya kembali menetes. Dia ingin berbagi kesedihan dengan suaminya. Tapi takut tidak ada tanggapan dari suaminya. Indah saat ini bu