Sementara menunggu taksi yang dia pesan datang, Indah mengganti bajunya yang basah di toilet umum yang berada di pemakaman. Rudi masih setia menunggu istrinya. Dia engan kalo ditinggal sama Indah.Indah keluar dari kamar mandi. Bajunya telah berganti. Dia melihat Rudi yang menunggu di luar kamar mandi sambil menunduk.Hujan sudah mulai reda. Tampaknya berteman dengan wanita itu yang ingin pergi meninggalkan makam. Dia kaya lagi menunggu temannya untuk mengajaknya makan saja."Mas, kenapa masih di sini?" tanya Indah. Dia sebenarnya kasihan melihat pria itu, kedinginan karena bajunya yang basah.Rudi seakan tidak merasakan dingin karena diguyur hujan deras tadi. Hatinya yang terbakar karena akan di tinggal istri menolak akan rasa dingin. Betapa perihnya hatinya saat ini."Indah, aku mohon. Pikirkan lagi semua. Jangan pergi!" Aksa memohon lagi sama Indah untuk memikirkan keputusannya tadi."Mas, perpisahan ini hanya untuk sementara. Kita perlu menjauh untuk tahu seberapa besar kita salin
Mendengar apa yang di katakan mama Reni. Rudi langsung menghubungi orang suruhannya untuk mencari tiket paling pagi yang bisa membawanya terbang ke tempat sang istri. Mengingat kata sang mama, Rudi jadi takut. Dia tak mau kehilangan wanita untuk kedua kalinya. Dia udah sangat mencintai Indah seprti yang dia rasakan sama Mita dulu.Nia yang telah mandi tak bisa di tahan lagi untuk bertemu sang Papi. Mama Reni akhirnya mengizinkan sang cucu masuk ke kamar Rudi. Tadi malam wanita itu terpaksa menginap atas permintaan Rudi. Mama Reni tidak tega meninggalkan Rudi yang sedang hancur juga."Papi mau kemana?" tanya Nia melihat Rudi yang sedang memegang tas koper.Rudi lalu berlutut dihadapan sang putri untuk menyamakan tingginya dengan Nia. Dia memegang kedua lengan anaknya itu."Papi mau jemput Mimi, sayang. Nia tinggal sama Nenek dulu ha, sayang" jawab Rudi."Mimi kemana ...?" tanya Nia dengan suara serak karena menangis. Mendengar Mimi nya pergi dia langsung menangis."Mimi pergi sebentar
Indah yang sedang bermain dengan putri kakak laki-lakinya terkejut dengan kedatangan ibunya. Ibu rahma duduk di sofa di hadapan gadis itu.“Indah, apakah kamu benar-benar mencintai Nia?” tanya Bu Rahma."Pertanyaan macam apa ini, Bu? Tentu saja aku sangat menyayanginya. Ibu tidak perlu menanyakan itu," jawab Indah."Kalau kamu memang mencintai Nia, menikahlah dengan Rudi. Jadilah pengganti Mita. Hanya kamu yang layak menjadi ibu bagi keponakanmu. Ibu tidak mempercayai gadis lain. Ibunya Rudi pun berpendapat demikian. Kamu satu-satunya wanita yang layak menjaga Nia dan bisa menyayanginya seperti anak sendiri,” kata Bu Rahma.Indah sangat terkejut dengan permintaan ibunya. Meskipun dia sangat mencintai Nia, dia tidak pernah membayangkan menjadi ibu pengganti keponakannya. Terlebih lagi ia harus menikah dengan Rudi, kakak iparnya yang banyak bicara dan sangat dingin.Indah saja tak tahu, bagaimana bisa Mita mencintai pria seperti Rudi. Sangat irit bicara dan juga sangat dingin pada siapa
Hari ini di rumah kediaman orang tuanya, Indah akan melangsungkan pernikahan dengan kakak iparnya, Rudi. Dia akhirnya menyetujui pernikahan ini karena tak mau ibu berlutut dan memohon padanya.Sudah dua hari Indah mematikan ponselnya. Dia tak siap menerima chat atau telepon dari kekasihnya Dicky. Gadis itu merasa sangat bersalah pada pria yang telah lima tahun ini menjalin hubungan dengannya.Air mata tak bisa Indah tahan. Impian untuk membina rumah tangga dengan kekasih hati harus kandas.Ibu Rahma masuk ke kamar. Melihat sang putri menangis, dia lalu menghampiri. Sebenarnya tak tega melihatnya. Namun, ini harus dia lakukan agar Rudi tak jatuh ke pelukan wanita lain. Ibu Rahma merasa sayang jika menantunya itu memilih orang lain, takut hartanya yang melimpah tak turun ke sang cucu."Hapus air matamu, indah! Apa kau ingin seluruh dunia tahu jika kamu terpaksa menikah dengan Rudi? Seharusnya kamu bersyukur Rudi memilihmu sebagai pendamping. Di luar sana banyak wanita yang menginginkan
Pagi hari seperti biasa, Indah bangun dan membantu ibu memasak buat sarapan. Setelah mandi gadis itu langsung menuju dapur.Ibu dan bibi telah mulai memasak. Sepertinya ibu memasak cukup banyak. Mungkin karena ada menantu tersayangnya."Ada yang bisa Indah bantu, Bu?" tanya Indah mendekati sang ibu."Kamu duduk saja. Pengantin baru pasti capek," ucap Ibu Rahma dengan tersenyum.Ibu mendorong pelan tubuh putrinya, dia meminta Indah untuk duduk manis saja. Gadis itu tampak sedikit heran. Tidak biasanya ibu melarang dia membantu memasak. Bukankah selama ini, walau harus bekerja, dia tetap memasak untuk sarapan.Dari ruang keluarga terdengar langkah kaki menuju dapur. Tenyata si bocah cantik Nia. Indah tersenyum dan langsung berdiri, menyusul ponakannya. Gadis itu langsung menggendong dan menghujani dengan ciuman. Di balas dengan hujanan ciuman juga dari bocah itu ke wajah mulus sang tante. Tanpa keduanya sadari, Rudi melihat tanpa kedip dan diam-diam tersenyum.Inilah salah satu alasan k
Indah yang telah selesai mandi dan berpakaian rapi turun dari lantai dua menuju dapur.Ternyata di meja makan telah duduk dengan manisnya sang suami Rudi dan Nia di pangkuannya.Indah langsung duduk dan mengambil sarapannya. Pandangan Rudi tak berkedip menatapnya. Merasa diperhatikan, gadis itu menatap balik ke abang iparnya itu."Apa ada yang salah denganku? Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Indah Sambil melihat Rudi suaminya itu."Pantas tak ada pria yang mau denganmu, bangun saja kesiangan. Beda banget dengan Mita, yang sesibuk apa pun selalu bangun pagi dan menyiapkan sarapan!" balasan Rudi yang masih memandangai indah dan dengan suara datarnya.Mata Indah melotot mendengar ucapan sang mantan kakak ipar yang telah menjadi suaminya. Seenaknya menilai dirinya hanya dengan melihat satu hari ini saja setelah mereka tinggal bersama saja."Dengarkan Bapak Rudi yang terhormat! Pertama, saya bangun kesiangan karena semalaman aku baru bisa memejamkan mata ketika hampir subuh. Kedua, saya
Rudi berjalan menuju gudang. Nia dari tadi tak mau makan. Dia terus memanggil Mimi. Rudi dan bibi telah membujuk, tapi tetap bocah itu menangis. Padahal biasanya dia juga ditinggal dengan mama atau ibu mertuanya. Entah mengapa pagi ini dia merengek minta bersama indah.Rudi membuka pintu gudang. Dia melihat Indah yang duduk di sudut gudang dengan memeluk kedua lututnya. Gadis itu tersenyum saat melihat suaminya. Bukannya marah atau menangis. Rudi melihat dengan penuh keheranan."Keluarlah...! Jangan cengegesan di situ." perintah Rudi."Kenapa cepat banget? Baru dua jam. Ibu saja pernah mengurungku selama seminggu hanya karena aku tak mau masuk perguruan tinggi sesuai keinginannya. Jadi kau salah memberiku hukuman, lebih dari ini sudah aku rasakan!" ucap Indah dengan suara serak menahan sebak di dada.Indah ingat betul, saat ibunya mengurung dirinya seminggu di gudang dan tak boleh kemana-mana sebelum dia setuju mendaftar di kampus wanita yang diinginkannya.Sejak ayahnya meninggal, In
Indah hanya tersenyum tak menanggapi pertanyaan mama mertuanya. Dia juga tak begitu akrab dengan wanita ini dan indah sendiri tidak selalu berkomunikasi dengan mama mertuanya ini saat menjadi mama mertua kakanya itu di sebabkan dia kuliah di luar kota. Dari Mita, dia tahu jika mama mertuanya wanita yang baik. Dia sering mendengar kakaknya mengatakan pada ibu, jika dia diberikan hadiah berupa perhiasan.Mama Reni mengajak Indah duduk di sofa yang ada di kamar itu mengetahui apa yang dilakukan sama anaknya kepada menantu barunya itu. Dia menggenggam tangan menantunya."Rudi itu dingin kepada semua orang dan begini yang di rasakan sama Mita pas awal menikah dulu, tapi jika telah cinta dia akan memperlakukan wanitanya seperti ratu. Jika saat ini Rudi sedikit kasar, itu karena dia belum mengenal kamu. Cobalah membuat dia jatuh cinta, kamu akan tahu bagaimana dia yang begitu perhatian. Dia tak suka wanita membantah, ikuti maunya. Seperti Mita yang selalu mengikuti apa katanya, sehingga dia