Indah yang telah selesai mandi dan berpakaian rapi turun dari lantai dua menuju dapur.Ternyata di meja makan telah duduk dengan manisnya sang suami Rudi dan Nia di pangkuannya.
Indah langsung duduk dan mengambil sarapannya. Pandangan Rudi tak berkedip menatapnya. Merasa diperhatikan, gadis itu menatap balik ke abang iparnya itu."Apa ada yang salah denganku? Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Indah Sambil melihat Rudi suaminya itu."Pantas tak ada pria yang mau denganmu, bangun saja kesiangan. Beda banget dengan Mita, yang sesibuk apa pun selalu bangun pagi dan menyiapkan sarapan!" balasan Rudi yang masih memandangai indah dan dengan suara datarnya.Mata Indah melotot mendengar ucapan sang mantan kakak ipar yang telah menjadi suaminya. Seenaknya menilai dirinya hanya dengan melihat satu hari ini saja setelah mereka tinggal bersama saja."Dengarkan Bapak Rudi yang terhormat! Pertama, saya bangun kesiangan karena semalaman aku baru bisa memejamkan mata ketika hampir subuh. Kedua, saya bukannya tak memiliki pasangan atau tidak laku. Saya memiliki seorang kekasih dan kami hampir menikah, tapi demi Nia aku memilih menikah denganmu. Dan ketiga, yang harus kamu tahu dan harus kamu garis bawahi, AKU BUKAN MITA, AKU INDAH, dua orang yang berbeda dan tentu saja kami tak bisa disamakan!, ingat itu bapak Rudi yang terhormat.' ucap Indah dengan penuh penekanan.Gadis itu berdiri dan meninggalkan meja makan. Seleranya langsung hilang mendengar ucapan pria itu."Mau kemana kamu? Duduk kembali ...! Kamu jangan kerja lagi semua kehidupan kamu aku yang biayai" perintah pria itu.Indah mengehentikan langkahnya dan memanjangkan tubuhnya menghadap Rudi. Dia menatap tajam ke arah pria itu.Rudi tak mengira jika adik iparnya ini pembangkang dan berani membantah kata-katanya. Selama tiga tahun pernikahannya dengan Mita, mereka hanya bertemu di hari-hari besar saja. Indah kuliah di luar kota, jadi mereka jarang bertertemu dan jarang berkomunikasih. Jadi, hubungan mereka berdua kurang akur."Duduk kembali di tempatmu, Indah!" ucap Rudi lagi dengan suara yang datar tapi menahan emosi. Kalo tidak ada Nia anaknya emosi Rudi udah naik.“Mimi…,” panggil Nia.Indah menahan napas dan membuangnya. Semua dilakukan untuk meredakan emosi yang telah berada di ubun - ubun. Dia mendekati Nia karena Nia merentangkan tangan minta di gendong. Dan indah mengending Nia dan mencium ponakanya itu, begitu sebaliknya pokanakanya mencium mama tirinya sekalian bibinya itu."Sayang Mimi sudah sarapan? Mana lihat perutnya yang sudah sarapan." tanya Indah dengan lembut. Sangat berbeda saat dia bicara dengan Rudi."Mimi marah...? Jangan marah Mimi." tanya Nia sambil menatap wajahnya intens.Indah tersenyum mendengar pertanyaan Nia. Dia tak menyangka gadis cilik itu bisa membaca sikapnya. Begitu juga dengan Rudi, terlihat terkejut mendengar pertanyaan putrinya."Apa menurut Nia Mimi pemarah? mimi tidak marah kok, mimi lagi ngobrol dengan papanya nia." Bukannya menjawab pertanyaan Nia, Indah justru balik bertanya. Gadis cilik itu menjawab dengan gelengan kepala."Mimi baik, Nia sayang Mimi, ummmchhh" ucap Nia dengan polos dan mengecup pipi sang Tante."Mimi juga sayang banget sama Nia, jadi, nia tidak boleh berpikir yang tidak - tidak, yaa" balas Indah.Dalam diam Rudi memperhatikan semua interaksi keduanya. Ini salah satu alasan kenapa dia memilih Indah menjadi istrinya saat kedua orang tuanya meminta dia menikah lagi demi sang putrinya. Nia begitu dekat dan menyayangi tantenya itu, begitu juga sebaliknya."Sayang, Mimi mau kerja. Nia dengan papi atau bibi dulu. Pulang Mimi kerja, nanti kita main lagi," ucap Indah.Gadis itu berjalan mendekati Rudi dan menurunkan Nia di atas pangkuan suaminya itu. Dia lalu ingin segera pergi, tapi langkah gadis itu tertahan karena tangannya di pegang Rudi. Ini pertama kali mereka bersentuhan.Langkah indah terhenti, entah mengapa jantungnya berdetak lebih cepat. Dia seperti mematung."Siapa yang mengizinkan kau kerja? Aku menikah denganmu biar Nia ada teman bermain. Biar dia tak perlu aku titipkan dengan mamaku atau ibumu!" ucap Rudi dengan suara sedikit meninggi."Ibu tak ada mengatakan jika aku harus berhenti bekerja!" balas Indah."Aku yang berhak atas dirimu. Aku ini suami kamu. Kau harus mengikuti mauku. Aku akan membayar kamu dua kali lipat dari gaji yang biasa kau terima!" ucap Rudi dengan ketus.Indah membulatkan matanya mendengar ucapan pria itu. Ibunya tak pernah meminta dia untuk berheni bekerja. Jika tahu begini, tak akan gadis itu berhenti bekerja. Karir nya sedang berkembang. Harus kah dia resign?"Kalau aku tak berhenti, kamu mau apa?" tanya Indah menantang."Jangan membangunkan singa yang tertidur, Indah! Kau belum mengenal siapa aku, bukan? Membunuh saja aku tak takut!""Aku tak bisa berhenti. Karir ku sedang berkembang. Kamu tak bisa menahanku," ucap Indah.Gadis itu kembali melangkahkan kakinya. Tak peduli lagi dengan larangan pria itu. Dia juga ingin bertemu Dicky. Dia harus menjelaskan semua sebelum kekasihnya mendengar dari orang lain.Rudi tak tinggal diam. Dia memberikan Nia pada bibi dan meminta membawanya ke kamar. Setelah itu dengan langkah cepat dia menyusul Indah.Gadis itu baru sampai di halaman rumah. Tangannya dipegang dengan kuat oleh seseorang membuat dia meringis."Lepaskan, Mas. Aku mau kerja!" Berontak indah."Sudah aku katakan, kamu tak boleh bekerja!" Balas Rudi."Aku tak bisa hanya berdiam diri di rumah," balas Indah lagi. Gadis itu mencoba melepaskan pegangan tangan Rudi. Namun, tak bisa. Cengkeraman tangan Rudi begitu kuat.Rudi menarik tangan indah dan memaksanya masuk. Dia membawa gadis itu kebelakang rumah. Ke sebuah gudang. Membukanya dan mendorong tubuhnya hingga tersungkur."Sebagai hukuman karena kau membantahku, aku akan mengurungmu di sini!" ucap Rudi.Pria itu menutup pintunya kembali. Dia masih berdiri, menunggu gadis itu berteriak dan memohon. Namun, lima menit menunggu tak ada suara apa pun dari dalam gudang."Keras kepala sekali gadis itu. Dia tak memohon apa pun padaku!" gumam Rudi dalam hatinya. Pria itu akhirnya meninggalkan gudang setelah sepuluh menit tak ada suara terdengar.Di dalam gudang itu, Indah mencoba menahan rintihan. Dia tak akan mau memohon pada pria itu. Setelah mendengar langkah kaki menjauh, barulah tangisannya pecah.'Ya Tuhan, izinkan aku untuk menangis sebentar, bukan aku tidak ikhlas atas takdirmu. Tetapi biarkan aku lumpuhkan segala kelelahan yang aku rasakan sebentar saja. Terlihat kuat bukan berarti aku tidak pernah meneteskan air mataku. Dalam kondisi ini aku bersyukur atas ujian, karenanya aku menjadi lebih kuat. Semoga aku bisa bersabar ketika diberikan ujian lagi.'Rudi berjalan menuju gudang. Nia dari tadi tak mau makan. Dia terus memanggil Mimi. Rudi dan bibi telah membujuk, tapi tetap bocah itu menangis. Padahal biasanya dia juga ditinggal dengan mama atau ibu mertuanya. Entah mengapa pagi ini dia merengek minta bersama indah.Rudi membuka pintu gudang. Dia melihat Indah yang duduk di sudut gudang dengan memeluk kedua lututnya. Gadis itu tersenyum saat melihat suaminya. Bukannya marah atau menangis. Rudi melihat dengan penuh keheranan."Keluarlah...! Jangan cengegesan di situ." perintah Rudi."Kenapa cepat banget? Baru dua jam. Ibu saja pernah mengurungku selama seminggu hanya karena aku tak mau masuk perguruan tinggi sesuai keinginannya. Jadi kau salah memberiku hukuman, lebih dari ini sudah aku rasakan!" ucap Indah dengan suara serak menahan sebak di dada.Indah ingat betul, saat ibunya mengurung dirinya seminggu di gudang dan tak boleh kemana-mana sebelum dia setuju mendaftar di kampus wanita yang diinginkannya.Sejak ayahnya meninggal, In
Indah hanya tersenyum tak menanggapi pertanyaan mama mertuanya. Dia juga tak begitu akrab dengan wanita ini dan indah sendiri tidak selalu berkomunikasi dengan mama mertuanya ini saat menjadi mama mertua kakanya itu di sebabkan dia kuliah di luar kota. Dari Mita, dia tahu jika mama mertuanya wanita yang baik. Dia sering mendengar kakaknya mengatakan pada ibu, jika dia diberikan hadiah berupa perhiasan.Mama Reni mengajak Indah duduk di sofa yang ada di kamar itu mengetahui apa yang dilakukan sama anaknya kepada menantu barunya itu. Dia menggenggam tangan menantunya."Rudi itu dingin kepada semua orang dan begini yang di rasakan sama Mita pas awal menikah dulu, tapi jika telah cinta dia akan memperlakukan wanitanya seperti ratu. Jika saat ini Rudi sedikit kasar, itu karena dia belum mengenal kamu. Cobalah membuat dia jatuh cinta, kamu akan tahu bagaimana dia yang begitu perhatian. Dia tak suka wanita membantah, ikuti maunya. Seperti Mita yang selalu mengikuti apa katanya, sehingga dia
Indah memasuki kantor tempatnya bekerja dengan langkah yang ragu. Dia takut saat bertemu dengan Dicky, pria itu ternyata tak ingin bertemu dengannya.Saat sampai di meja resepsionis, Fara teman kantornya menghampiri Indah diikuti yang lain. Mereka menyalami dan mengucapkan selamat pada gadis itu."Selamat menempuh hidup baru dan bahagia sama suaminya, Indah. Kamu datang pasti untuk pamit karena telah resign, ya?" tanya Fara.Ucapan Fara membuat Indah jadi terkejut dan gelisa. Kapan dia mengajukan resign? Tanya gadis itu dalam hatinya."Resign...? Siapa yang bilang kalo aku resign!" Jawab Indah balik bertanya karena merasa keheranan."Bukankah kemarin suami kamu datang mengantar surat pengunduran diri kamu. Dia mengatakan kamu tak sempat mengantarnya sehingga dia yang mewakili," ucap Arfa kepala HRD di kantor.Indah menarik napas dalam untuk meredakan emosinya. Pasti ini semua kerjaan Rudi. Dia memalsukan tanda tanganku. Ucap gadis itu dalam hatinya.Dia tak menyangka jika Rudi akan me
Setelah bertemu Dicky, Indah langsung menuju rumah kediaman orang tuanya Rudi. Dia ingin menjemput ponakan yang sekarang telah menjadi anak tirinya juga.Indah mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Hatinya sedikit lega karena Dicky bisa mengerti posisinya saat ini. Mereka memutuskan untuk berteman saja. Bagiamana pun Indah menghormati pernikahannya.Dengan langkah pasti gadis itu melangkah menuju pintu utama rumah orang tua Rudi. Rumah model klasik yang halamannya sangat luas. Mungkin lima kali lebih besar dari rumah orang tuanya.Belum sempat Indah mengetuk pintu, pintu itu telah terbuka. Pasti ada CCTV yang memperlihatkan kedatangannya. Pintu itu sepertinya menggunakan remote.Indah berjalan masuk, dan di sambut dengan bibi. Wanita paruh baya itu memintanya langsung menuju meja makan karena sudah waktunya makan siang.Langkah kaki Indah terhenti saat melihat Rudi juga berada di ruang makan. Dia menarik napas dalam-dalam. Takut pria itu berkata kasar dihadapan mama mertuanya.
Indah hanya diam mendengar apa yang di ucapkan Rudi dan tidak menangapin apa yang di bicarakan oleh Rudi. Tentu saja melihat sikap yang ditunjukan indah membuat Rudi sakit hati. Rudi lalu mencengkeram tangan Indah dengan keras. Membuat Indah itu meringis menahan rasa sakit yang dirasakan akibat tangannya dicengkeram oleh Rudi."Lepaskan tanganmu Mas Rudi, jika kau tak ingin Nia melihat perlakuan mu yang sangat kasar, yang akan membuat Nia menangis dan membenci mu!" ucap Indah dengan penuh penekanan."Jangan perna kau main-main dengan aku! Jika nama aku ikut terseret atas perbuatanmu yang suka main dibelakang, aku tak akan segan-segan sama kamu, ingat kata-kataku ini jangan bawa namaku apa lagi nama-nama Nia!" ancam Rudi kepada Indah."Aku tidak pernah melakukan apa yang kamu sebutkan, aku masih tahu yang pantas dan tak pantas aku lakukan. Jangan kamu mengajariku! Heran, kenapa Kak Mita bisa menyukai pria seperti kamu dan gila sepertimu!" ucap Indah kembali, dengan nada yang penuh pen
Nikmati dulu apa yang terjadi sekarang, kamu juga masih mudah dan banyak kejutan yang akan diterima di umur yang sekarang ini. Tetaplah semangat dan terus berjuang, percayalah Tuhan tidak mungkin memberikan cobaan yang tidak bisa dilewati olah hambanya, pasti dari banyak cobaan yang kamu dapat sekarang pasti di suatu hari akan ada waktunya kamu akan menikmati keindahan yang tidak perna kamu pikirkan. Setelah Indah memperkuat dirinya, dia bangun dari duduk dan berjalan kekasur untuk melanjutkan tidur, tapi matanya tidak bisa terpenjam lagi sampai subuh datang.Setelah pagi hari Indah merasa kepalanya sakit, sehinga dia masih tertidur walaupun matarari sudah mulai terik. Hingga jam delapan dia bangun dari tempat tidur dan langsung ke makar mandi.Kepala Indah masih terasa sanngat berat. Namun, Indah memaksakan diri untuk menuju lantai satu dan langsung ke dapur. Sampai di lantai satu Indah tidak melihat Rudi dan Nia. Indah bertanya sama bibi apakah Rudi dan Nia sudah sarapan."Bi, Mas
Tuhan, aku manusia yang lemah, terkadang ingin aku di perhatiin, di hapus air matanya, ingin aku punya pundak untuk bersandar yang menurut ku aman dan nyaman. Aku ingin memiliki seseorang untuk aku menceritakan semua keluh kesal aku yang akan membuat hamba mu ini merasa didengarkan. Hamba mu ini sangat membutuhkan itu semua. Hamba mu ini, tidak bukan sekedar ingin saja. Aku tahu apa yang aku lakukan ini salah, karena aku seorang istri orang lain. Tapi Tuhan, hamba mu ini juga manusia biasa yang sangat membutuhkan tempat berbagi di saat hati ini sudah tidak sanggup menanggung semua beban yang saat ini hamba hadapin.Dicky yang mengetahui Indah sangat hobi melukis dia membawa perlengkapan melukis untuk Indah supaya bisa melupakan masalahnya. Tapi, hobi Indah ini tidak didukung oleh ibunya, menurut ibunya menjadi seniman tidak ada masa depannya. Begitulah pandangan ibunya tentang hobinya Indah yang suka melukis.Indah dan Dicky memiliki hobi yang sama. Mereka berdua langsung melukis kein
Pagi hari, Rudi seperti hari biasa sarapan bersama putrinya Nia. Indah belum juga keluar dari kamar semenjak tadi malam, Rudi tau kalo Indah belum keluar makan mulai dari tadi malam."Bi, ada lihat Indah keluar kamar dari tadi malam?" Akhirnya Rudi bertanya juga tentang keberadaan wanita itu."Bibi dari tadi malam tidak perna lihat Non Indah kelyar dari kamarnya, Pak," jawab Bibi."Mimi sakit ya, pak?" tanya Nia."Bukan, Sayang. Mimi masih tidur di dalam kamarnya. Nanti kamu main sama bibi ya, jangan ganggu Mimi lagi tidur. Papi mau kerja dulu. Ada rapat di kantor pagi ini, sayang." Ucapan RudiSelesai sarapan Rudi langsung ke kantor. Karena di perusahan dia ada sedikit memgalami masalah keuangan. Rudi mencurigai salah satu bawahanya yang telah menghianati dia. Pengeluaran perusahan untuk bulan ini sangat tinggi sekali berbeda dengan seperti bulan biasanya. Jadi, Rudi ingin menyelidiki semua yang terjadi di perusahan.Rudi udah perna mengeceknya satu persatu tapi tidak perna dia menem