Share

Terpaksa Menikah Dengan Mantan Suami Mbak Ku
Terpaksa Menikah Dengan Mantan Suami Mbak Ku
Author: Indrah

BAB 1

Indah yang sedang bermain dengan putri kakak laki-lakinya terkejut dengan kedatangan ibunya. Ibu rahma duduk di sofa di hadapan gadis itu.

“Indah, apakah kamu benar-benar mencintai Nia?” tanya Bu Rahma.

"Pertanyaan macam apa ini, Bu? Tentu saja aku sangat menyayanginya. Ibu tidak perlu menanyakan itu," jawab Indah.

"Kalau kamu memang mencintai Nia, menikahlah dengan Rudi. Jadilah pengganti Mita. Hanya kamu yang layak menjadi ibu bagi keponakanmu. Ibu tidak mempercayai gadis lain. Ibunya Rudi pun berpendapat demikian. Kamu satu-satunya wanita yang layak menjaga Nia dan bisa menyayanginya seperti anak sendiri,” kata Bu Rahma.

Indah sangat terkejut dengan permintaan ibunya. Meskipun dia sangat mencintai Nia, dia tidak pernah membayangkan menjadi ibu pengganti keponakannya. Terlebih lagi ia harus menikah dengan Rudi, kakak iparnya yang banyak bicara dan sangat dingin.

Indah saja tak tahu, bagaimana bisa Mita mencintai pria seperti Rudi. Sangat irit bicara dan juga sangat dingin pada siapa pun.

"Bu, aku tak bisa. Lagi pula ibu tahu, jika aku memiliki seorang kekasih. Aku dan Dicky telah merencanakan pernikahan," jawab Indah.

Indah dan Dicky telah berpacaran selama lima tahun. Sejak mereka masih bersekolah. Telah merencanakan pernikahan tahun depan.

Indah lalu berdiri dan berjalan meninggalkan Nia dengan sang ibu. Namun, baru saja kakinya melangkah, suara bocah itu yang memanggil namanya, membuat kakinya berhenti bergerak.

"Mimi ...," panggil Nia dengan suara cadelnya. Bocah itu memang memanggil Indah dengan sebutan Mimi.

"Ada apa, Sayang?" tanya Indah dengan suara lembut. Dia memang sangat menyayangi bocah itu. Sejak bayi itu lahir, dia ikut menjaganya.

Mita, kakaknya Indah meninggal saat melahirkan sang putri. Sejak hari itu, dia dan sang ibu membantu Rudi menjaga putrinya.

"Ikut ...," ucap Nia dengan merentangkan kedua tangannya minta di gendong.

Indah menarik napas dalam dan membuangnya. Padahal saat ini perasaan dan hatinya sedang tak nyaman. Ingin menyendiri. Namun, apakah dia sanggup menolak permintaan bocah itu.

Indah kembali berjalan mendekati sang ponakan. Dia menggendong bocah berusia dua tahun itu. Sang bocah tertawa dalam pelukannya dan mencium pipi gadis itu berulang kali.

"Kamu lihat sendiri, Indah. Dia begitu menyayangi kamu. Dia juga sangat terikat denganmu. Apakah kau tega membiarkan dia dijaga oleh wanita lain? Apakah wanita itu bisa menyayangi Nia seperti kamu?" tanya Ibu Rahma.

"Bu, anggap saja aku menerimanya. Apakah Ibu yakin Mas Rudi juga bisa menerimaku? Ibu tahu sendiri jika dia sangat mencintai Mbak Mita. Tak ada yang bisa menggantikannya," ucap indah.

"Aku menerima kamu sebagai ibu pengganti untuk putriku," ucap Rudi dengan suara datar.

Entah sejak kapan pria itu ada diantara mereka. Melihat Rudi, sang bocah tertawa riang.

"Papi...," panggil Nia. Dia memberontak minta turun dan ingin di gendong pria itu. Rudi mendekati Indah dan meraih putrinya.

"Kamu dengar sendiri, indah. Rudi setuju kamu jadi ibu untuk Nia. Apa lagi yang kamu pikirkan. Kedua orang tua rudi juga setuju kamu menjadi menantu mereka menggantikan Mita," ucap Ibu Rahma lagi.

"Bu, aku sudah punya kekasih," jawab indah dengan penuh penekanan. Dia lalu berjalan masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya. Gadis itu sedang tak ingin di ganggu.

Bukan pertama kalinya sang ibu meminta dia menikah dengan Rudi. Bagaimana mungkin dia menikah dengan pria yang sedingin es itu.

Selama lima tahun pernikahannya dengan Mita, tidak pernah dia tersenyum sekalipun dengan indah.

Dia bisa tertawa riang hanya dengan almarhum sang kakak dan ibu kandungnya Nia. Selain Mita, Rudi akan bersikap dingin Dengan siapapun.

Selain itu indah juga memiliki kekasih yang sangat dia cintai. Mereka telah merencanakan masa depan bersama.

Pintu kamar di ketuk dari luar. Indah yakin itu pastilah ibunya. Terdengar namanya di panggil beberapa kali. Dengan terpaksa gadis itu berjalan mendekati pintu dan membukanya.

"Ibu mau bicara!" ucap sang ibu dengan suara yang tinggi dan penuh penekanan.

Selalu saja begini. Ibu akan marah jika keinginannya tak indah ikuti. Berbeda dengan almarhum Mita, ibunya tak pernah sekalipun memaksakan kehendaknya. Ibu selalu saja mengikuti apa kata kakaknya. Ibu juga akan setuju apa pun yang dikatakan sang kakak.

"Apa lagi yang ingin Ibu katakan? Masih tentang Mas Rudi? Aku sudah katakan, jika aku memiliki kekasih dan kami berencana akan menikah tahun depan," ucap Indah.

Dia membuka pintu itu lebar, agar ibunya bisa masuk. Indah berjalan menuju sofa yang ada di kamarnya.

"Ibu tak akan pernah merestui pernikahan kamu jika bukan dengan Rudi!" ucap Ibu.

Indah terkejut mendengar ucapan ibunya. Air mata tumpah membasahi pipinya. Kenapa dari dulu dia tak diizinkan memilih? Kenapa dia harus selalu mengikuti maunya sang ibu?

Saat mau mengambil jurusan kuliah dulu, dia juga harus mengikuti kata ibunya. Indah yang menyukai seni, ingin kuliah di kesenian. Namun, sang ibu memaksanya mengambil ekonomi. Dengan ancaman, dia tak akan dikuliahkan jika masih ngotot mengambil seni.

"Bu, apakah aku tak boleh memilih? Untuk masa depanku saja semua ibu atur. Kali ini saja, aku mohon Bu. Izinkan aku memilih pendamping hidupku," ucap Indah dengan memohon.

"Kamu tidak ada pilihan Indah. Apa kamu lupa, jika semua biaya hidup kita sejak ayahmu meninggal di tanggung oleh Rudi. Sebagai ucapan terima kasih, kamu bisa menikah dengannya. Apa kurangnya Rudi. Banyak wanita di luar sana yang ingin jadi istrinya. Seharusnya kamu bersyukur dia memilihmu!" ucap Ibu dengan suara yang mulai merendah dan memohon.

“Apa memang aku tak boleh memilih, Bu?” tanya Indah lagi.

"Jangan egois, Indah. Ini semua juga demi Nia. Jika dia memiliki ibu tiri, ibu takut dia tak lagi disayangi. Masa depan Nia ada ditangan mu. Kamu pasti ingat betapa sayangnya mita denganmu, sekarang saatnya kamu membalas semua kebaikan kakakmu. Apa yang harus ibu lakukan agar kamu mau menerima Rudi. Apa ibu harus memohon dan berlutut," ucap Ibu.

Wanita itu lalu turun ke lantai dan berlutut di hadapan sang putri. Tentu saja Indah tak akan mau ibunya memohon. Dia lalu mendekati sang ibu, memintanya berdiri.

"Bangunlah, Bu! Jangan memohon begini," ucap Indah. Gadis itu meminta sang ibu berdiri, tapi tak digubris wanita itu.

"Ini akan terus begini, sampai kamu bersedia dan mau menikah dengan Rudi," ucap Ibunya.

Indah menarik napas dalam. Tak mungkin dia membiarkan sang ibu memohon padanya. Dia tak mau dikatakan anak durhaka. Akhirnya dengan terpaksa dia menjawab.

"Baiklah, Bu. Aku bersedia menikah dengan Mas Rudi," ucap Indah dengan suara lirih.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status