Indah yang sedang bermain dengan putri kakak laki-lakinya terkejut dengan kedatangan ibunya. Ibu rahma duduk di sofa di hadapan gadis itu.
“Indah, apakah kamu benar-benar mencintai Nia?” tanya Bu Rahma."Pertanyaan macam apa ini, Bu? Tentu saja aku sangat menyayanginya. Ibu tidak perlu menanyakan itu," jawab Indah."Kalau kamu memang mencintai Nia, menikahlah dengan Rudi. Jadilah pengganti Mita. Hanya kamu yang layak menjadi ibu bagi keponakanmu. Ibu tidak mempercayai gadis lain. Ibunya Rudi pun berpendapat demikian. Kamu satu-satunya wanita yang layak menjaga Nia dan bisa menyayanginya seperti anak sendiri,” kata Bu Rahma.Indah sangat terkejut dengan permintaan ibunya. Meskipun dia sangat mencintai Nia, dia tidak pernah membayangkan menjadi ibu pengganti keponakannya. Terlebih lagi ia harus menikah dengan Rudi, kakak iparnya yang banyak bicara dan sangat dingin.Indah saja tak tahu, bagaimana bisa Mita mencintai pria seperti Rudi. Sangat irit bicara dan juga sangat dingin pada siapa pun."Bu, aku tak bisa. Lagi pula ibu tahu, jika aku memiliki seorang kekasih. Aku dan Dicky telah merencanakan pernikahan," jawab Indah.Indah dan Dicky telah berpacaran selama lima tahun. Sejak mereka masih bersekolah. Telah merencanakan pernikahan tahun depan.Indah lalu berdiri dan berjalan meninggalkan Nia dengan sang ibu. Namun, baru saja kakinya melangkah, suara bocah itu yang memanggil namanya, membuat kakinya berhenti bergerak."Mimi ...," panggil Nia dengan suara cadelnya. Bocah itu memang memanggil Indah dengan sebutan Mimi."Ada apa, Sayang?" tanya Indah dengan suara lembut. Dia memang sangat menyayangi bocah itu. Sejak bayi itu lahir, dia ikut menjaganya.Mita, kakaknya Indah meninggal saat melahirkan sang putri. Sejak hari itu, dia dan sang ibu membantu Rudi menjaga putrinya."Ikut ...," ucap Nia dengan merentangkan kedua tangannya minta di gendong.Indah menarik napas dalam dan membuangnya. Padahal saat ini perasaan dan hatinya sedang tak nyaman. Ingin menyendiri. Namun, apakah dia sanggup menolak permintaan bocah itu.Indah kembali berjalan mendekati sang ponakan. Dia menggendong bocah berusia dua tahun itu. Sang bocah tertawa dalam pelukannya dan mencium pipi gadis itu berulang kali."Kamu lihat sendiri, Indah. Dia begitu menyayangi kamu. Dia juga sangat terikat denganmu. Apakah kau tega membiarkan dia dijaga oleh wanita lain? Apakah wanita itu bisa menyayangi Nia seperti kamu?" tanya Ibu Rahma."Bu, anggap saja aku menerimanya. Apakah Ibu yakin Mas Rudi juga bisa menerimaku? Ibu tahu sendiri jika dia sangat mencintai Mbak Mita. Tak ada yang bisa menggantikannya," ucap indah."Aku menerima kamu sebagai ibu pengganti untuk putriku," ucap Rudi dengan suara datar.Entah sejak kapan pria itu ada diantara mereka. Melihat Rudi, sang bocah tertawa riang."Papi...," panggil Nia. Dia memberontak minta turun dan ingin di gendong pria itu. Rudi mendekati Indah dan meraih putrinya."Kamu dengar sendiri, indah. Rudi setuju kamu jadi ibu untuk Nia. Apa lagi yang kamu pikirkan. Kedua orang tua rudi juga setuju kamu menjadi menantu mereka menggantikan Mita," ucap Ibu Rahma lagi."Bu, aku sudah punya kekasih," jawab indah dengan penuh penekanan. Dia lalu berjalan masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya. Gadis itu sedang tak ingin di ganggu.Bukan pertama kalinya sang ibu meminta dia menikah dengan Rudi. Bagaimana mungkin dia menikah dengan pria yang sedingin es itu.Selama lima tahun pernikahannya dengan Mita, tidak pernah dia tersenyum sekalipun dengan indah.Dia bisa tertawa riang hanya dengan almarhum sang kakak dan ibu kandungnya Nia. Selain Mita, Rudi akan bersikap dingin Dengan siapapun.Selain itu indah juga memiliki kekasih yang sangat dia cintai. Mereka telah merencanakan masa depan bersama.Pintu kamar di ketuk dari luar. Indah yakin itu pastilah ibunya. Terdengar namanya di panggil beberapa kali. Dengan terpaksa gadis itu berjalan mendekati pintu dan membukanya."Ibu mau bicara!" ucap sang ibu dengan suara yang tinggi dan penuh penekanan.Selalu saja begini. Ibu akan marah jika keinginannya tak indah ikuti. Berbeda dengan almarhum Mita, ibunya tak pernah sekalipun memaksakan kehendaknya. Ibu selalu saja mengikuti apa kata kakaknya. Ibu juga akan setuju apa pun yang dikatakan sang kakak."Apa lagi yang ingin Ibu katakan? Masih tentang Mas Rudi? Aku sudah katakan, jika aku memiliki kekasih dan kami berencana akan menikah tahun depan," ucap Indah.Dia membuka pintu itu lebar, agar ibunya bisa masuk. Indah berjalan menuju sofa yang ada di kamarnya."Ibu tak akan pernah merestui pernikahan kamu jika bukan dengan Rudi!" ucap Ibu.Indah terkejut mendengar ucapan ibunya. Air mata tumpah membasahi pipinya. Kenapa dari dulu dia tak diizinkan memilih? Kenapa dia harus selalu mengikuti maunya sang ibu?Saat mau mengambil jurusan kuliah dulu, dia juga harus mengikuti kata ibunya. Indah yang menyukai seni, ingin kuliah di kesenian. Namun, sang ibu memaksanya mengambil ekonomi. Dengan ancaman, dia tak akan dikuliahkan jika masih ngotot mengambil seni."Bu, apakah aku tak boleh memilih? Untuk masa depanku saja semua ibu atur. Kali ini saja, aku mohon Bu. Izinkan aku memilih pendamping hidupku," ucap Indah dengan memohon."Kamu tidak ada pilihan Indah. Apa kamu lupa, jika semua biaya hidup kita sejak ayahmu meninggal di tanggung oleh Rudi. Sebagai ucapan terima kasih, kamu bisa menikah dengannya. Apa kurangnya Rudi. Banyak wanita di luar sana yang ingin jadi istrinya. Seharusnya kamu bersyukur dia memilihmu!" ucap Ibu dengan suara yang mulai merendah dan memohon.“Apa memang aku tak boleh memilih, Bu?” tanya Indah lagi."Jangan egois, Indah. Ini semua juga demi Nia. Jika dia memiliki ibu tiri, ibu takut dia tak lagi disayangi. Masa depan Nia ada ditangan mu. Kamu pasti ingat betapa sayangnya mita denganmu, sekarang saatnya kamu membalas semua kebaikan kakakmu. Apa yang harus ibu lakukan agar kamu mau menerima Rudi. Apa ibu harus memohon dan berlutut," ucap Ibu.Wanita itu lalu turun ke lantai dan berlutut di hadapan sang putri. Tentu saja Indah tak akan mau ibunya memohon. Dia lalu mendekati sang ibu, memintanya berdiri."Bangunlah, Bu! Jangan memohon begini," ucap Indah. Gadis itu meminta sang ibu berdiri, tapi tak digubris wanita itu."Ini akan terus begini, sampai kamu bersedia dan mau menikah dengan Rudi," ucap Ibunya.Indah menarik napas dalam. Tak mungkin dia membiarkan sang ibu memohon padanya. Dia tak mau dikatakan anak durhaka. Akhirnya dengan terpaksa dia menjawab."Baiklah, Bu. Aku bersedia menikah dengan Mas Rudi," ucap Indah dengan suara lirih.Hari ini di rumah kediaman orang tuanya, Indah akan melangsungkan pernikahan dengan kakak iparnya, Rudi. Dia akhirnya menyetujui pernikahan ini karena tak mau ibu berlutut dan memohon padanya.Sudah dua hari Indah mematikan ponselnya. Dia tak siap menerima chat atau telepon dari kekasihnya Dicky. Gadis itu merasa sangat bersalah pada pria yang telah lima tahun ini menjalin hubungan dengannya.Air mata tak bisa Indah tahan. Impian untuk membina rumah tangga dengan kekasih hati harus kandas.Ibu Rahma masuk ke kamar. Melihat sang putri menangis, dia lalu menghampiri. Sebenarnya tak tega melihatnya. Namun, ini harus dia lakukan agar Rudi tak jatuh ke pelukan wanita lain. Ibu Rahma merasa sayang jika menantunya itu memilih orang lain, takut hartanya yang melimpah tak turun ke sang cucu."Hapus air matamu, indah! Apa kau ingin seluruh dunia tahu jika kamu terpaksa menikah dengan Rudi? Seharusnya kamu bersyukur Rudi memilihmu sebagai pendamping. Di luar sana banyak wanita yang menginginkan
Pagi hari seperti biasa, Indah bangun dan membantu ibu memasak buat sarapan. Setelah mandi gadis itu langsung menuju dapur.Ibu dan bibi telah mulai memasak. Sepertinya ibu memasak cukup banyak. Mungkin karena ada menantu tersayangnya."Ada yang bisa Indah bantu, Bu?" tanya Indah mendekati sang ibu."Kamu duduk saja. Pengantin baru pasti capek," ucap Ibu Rahma dengan tersenyum.Ibu mendorong pelan tubuh putrinya, dia meminta Indah untuk duduk manis saja. Gadis itu tampak sedikit heran. Tidak biasanya ibu melarang dia membantu memasak. Bukankah selama ini, walau harus bekerja, dia tetap memasak untuk sarapan.Dari ruang keluarga terdengar langkah kaki menuju dapur. Tenyata si bocah cantik Nia. Indah tersenyum dan langsung berdiri, menyusul ponakannya. Gadis itu langsung menggendong dan menghujani dengan ciuman. Di balas dengan hujanan ciuman juga dari bocah itu ke wajah mulus sang tante. Tanpa keduanya sadari, Rudi melihat tanpa kedip dan diam-diam tersenyum.Inilah salah satu alasan k
Indah yang telah selesai mandi dan berpakaian rapi turun dari lantai dua menuju dapur.Ternyata di meja makan telah duduk dengan manisnya sang suami Rudi dan Nia di pangkuannya.Indah langsung duduk dan mengambil sarapannya. Pandangan Rudi tak berkedip menatapnya. Merasa diperhatikan, gadis itu menatap balik ke abang iparnya itu."Apa ada yang salah denganku? Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Indah Sambil melihat Rudi suaminya itu."Pantas tak ada pria yang mau denganmu, bangun saja kesiangan. Beda banget dengan Mita, yang sesibuk apa pun selalu bangun pagi dan menyiapkan sarapan!" balasan Rudi yang masih memandangai indah dan dengan suara datarnya.Mata Indah melotot mendengar ucapan sang mantan kakak ipar yang telah menjadi suaminya. Seenaknya menilai dirinya hanya dengan melihat satu hari ini saja setelah mereka tinggal bersama saja."Dengarkan Bapak Rudi yang terhormat! Pertama, saya bangun kesiangan karena semalaman aku baru bisa memejamkan mata ketika hampir subuh. Kedua, saya
Rudi berjalan menuju gudang. Nia dari tadi tak mau makan. Dia terus memanggil Mimi. Rudi dan bibi telah membujuk, tapi tetap bocah itu menangis. Padahal biasanya dia juga ditinggal dengan mama atau ibu mertuanya. Entah mengapa pagi ini dia merengek minta bersama indah.Rudi membuka pintu gudang. Dia melihat Indah yang duduk di sudut gudang dengan memeluk kedua lututnya. Gadis itu tersenyum saat melihat suaminya. Bukannya marah atau menangis. Rudi melihat dengan penuh keheranan."Keluarlah...! Jangan cengegesan di situ." perintah Rudi."Kenapa cepat banget? Baru dua jam. Ibu saja pernah mengurungku selama seminggu hanya karena aku tak mau masuk perguruan tinggi sesuai keinginannya. Jadi kau salah memberiku hukuman, lebih dari ini sudah aku rasakan!" ucap Indah dengan suara serak menahan sebak di dada.Indah ingat betul, saat ibunya mengurung dirinya seminggu di gudang dan tak boleh kemana-mana sebelum dia setuju mendaftar di kampus wanita yang diinginkannya.Sejak ayahnya meninggal, In
Indah hanya tersenyum tak menanggapi pertanyaan mama mertuanya. Dia juga tak begitu akrab dengan wanita ini dan indah sendiri tidak selalu berkomunikasi dengan mama mertuanya ini saat menjadi mama mertua kakanya itu di sebabkan dia kuliah di luar kota. Dari Mita, dia tahu jika mama mertuanya wanita yang baik. Dia sering mendengar kakaknya mengatakan pada ibu, jika dia diberikan hadiah berupa perhiasan.Mama Reni mengajak Indah duduk di sofa yang ada di kamar itu mengetahui apa yang dilakukan sama anaknya kepada menantu barunya itu. Dia menggenggam tangan menantunya."Rudi itu dingin kepada semua orang dan begini yang di rasakan sama Mita pas awal menikah dulu, tapi jika telah cinta dia akan memperlakukan wanitanya seperti ratu. Jika saat ini Rudi sedikit kasar, itu karena dia belum mengenal kamu. Cobalah membuat dia jatuh cinta, kamu akan tahu bagaimana dia yang begitu perhatian. Dia tak suka wanita membantah, ikuti maunya. Seperti Mita yang selalu mengikuti apa katanya, sehingga dia
Indah memasuki kantor tempatnya bekerja dengan langkah yang ragu. Dia takut saat bertemu dengan Dicky, pria itu ternyata tak ingin bertemu dengannya.Saat sampai di meja resepsionis, Fara teman kantornya menghampiri Indah diikuti yang lain. Mereka menyalami dan mengucapkan selamat pada gadis itu."Selamat menempuh hidup baru dan bahagia sama suaminya, Indah. Kamu datang pasti untuk pamit karena telah resign, ya?" tanya Fara.Ucapan Fara membuat Indah jadi terkejut dan gelisa. Kapan dia mengajukan resign? Tanya gadis itu dalam hatinya."Resign...? Siapa yang bilang kalo aku resign!" Jawab Indah balik bertanya karena merasa keheranan."Bukankah kemarin suami kamu datang mengantar surat pengunduran diri kamu. Dia mengatakan kamu tak sempat mengantarnya sehingga dia yang mewakili," ucap Arfa kepala HRD di kantor.Indah menarik napas dalam untuk meredakan emosinya. Pasti ini semua kerjaan Rudi. Dia memalsukan tanda tanganku. Ucap gadis itu dalam hatinya.Dia tak menyangka jika Rudi akan me
Setelah bertemu Dicky, Indah langsung menuju rumah kediaman orang tuanya Rudi. Dia ingin menjemput ponakan yang sekarang telah menjadi anak tirinya juga.Indah mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Hatinya sedikit lega karena Dicky bisa mengerti posisinya saat ini. Mereka memutuskan untuk berteman saja. Bagiamana pun Indah menghormati pernikahannya.Dengan langkah pasti gadis itu melangkah menuju pintu utama rumah orang tua Rudi. Rumah model klasik yang halamannya sangat luas. Mungkin lima kali lebih besar dari rumah orang tuanya.Belum sempat Indah mengetuk pintu, pintu itu telah terbuka. Pasti ada CCTV yang memperlihatkan kedatangannya. Pintu itu sepertinya menggunakan remote.Indah berjalan masuk, dan di sambut dengan bibi. Wanita paruh baya itu memintanya langsung menuju meja makan karena sudah waktunya makan siang.Langkah kaki Indah terhenti saat melihat Rudi juga berada di ruang makan. Dia menarik napas dalam-dalam. Takut pria itu berkata kasar dihadapan mama mertuanya.
Indah hanya diam mendengar apa yang di ucapkan Rudi dan tidak menangapin apa yang di bicarakan oleh Rudi. Tentu saja melihat sikap yang ditunjukan indah membuat Rudi sakit hati. Rudi lalu mencengkeram tangan Indah dengan keras. Membuat Indah itu meringis menahan rasa sakit yang dirasakan akibat tangannya dicengkeram oleh Rudi."Lepaskan tanganmu Mas Rudi, jika kau tak ingin Nia melihat perlakuan mu yang sangat kasar, yang akan membuat Nia menangis dan membenci mu!" ucap Indah dengan penuh penekanan."Jangan perna kau main-main dengan aku! Jika nama aku ikut terseret atas perbuatanmu yang suka main dibelakang, aku tak akan segan-segan sama kamu, ingat kata-kataku ini jangan bawa namaku apa lagi nama-nama Nia!" ancam Rudi kepada Indah."Aku tidak pernah melakukan apa yang kamu sebutkan, aku masih tahu yang pantas dan tak pantas aku lakukan. Jangan kamu mengajariku! Heran, kenapa Kak Mita bisa menyukai pria seperti kamu dan gila sepertimu!" ucap Indah kembali, dengan nada yang penuh pen