BAB 192POV AuthorSore hari Dokter Ardian pulang ke rumah dengan membawa martabak yang dibelinya di pinggir jalan tadi. Ia berharap Citra tidak marah lagi padanya. Nggak enak juga tidak bertegur sama sejak tadi malam.Sesampainya di depan pintu kamar Citra, Dokter Ardian segera membuka pintu kamar itu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Ia mengerutkan kening ketika kamar itu terlihat sepi. Citra dan Nizam pun tak ada di sana.“Ke mana mereka?” gumam Dokter Ardian lalu keluar dari kamar Citra dan menutup pintunya kembali. Ia pun masuk ke dalam kamarnya untuk menaruh tas kerjanya dan berganti pakaian sebentar.Usai berganti pakaian, Dokter Ardian membawa martabaknya ke lantai bawah menuju meja makan. Ia menaruh martabak itu di sana. Kemudian ia pergi ke taman belakang. Ia berharap bisa menemukan Citra dan Nizam di sana. Namun, hasilnya tetap sama.Dokter Ardian pun mengetuk pintu kamar Bik Yati. Tidak lama kemudian, Bik Yati membuka pintu kamarnya.“Citra dan Nizam mana, Bik?” tanya Dok
BAB 193Sebenarnya citra masih merasa kenyang karena habis jajan di luar. Namun, ia tetap pergi ke meja makan untuk menghargai Dokter Ardian. Jarang-jarang Dokter Ardian pulang bawa makanan.Ketika Citra pergi ke lantai bawah, Dokter Ardian segera membuka almari Citra lalu mengeluarkan pakaian Citra dan memboyongnya ke dalam kamarnya. Untungnya pakaian Citra tidak terlalu banyak, sehingga Dokter Ardian hanya perlu mondar mandir tiga kali saja untuk memindahkan pakaian dan barang-barang Citra ke dalam kamarnya.Sementara itu di meja makan, Citra menikmati martabak dengan lahap. Karena martabaknya enak, meskipun masih kenyang pun ia makan dengan suka cita.“Enak?” Tiba-tiba terdengar suara Dokter Ardian di ujung tangga.Citra pun menoleh dan tersenyum. Kemudian mereka menikmati martabak bersama-sama.*Malam hari, Citra terpaksa tidur di kamar Dokter Ardian. Mau tidak mau, ia harus tidur di sana karena semua pakaian dan barangnya sudah berpindah ke kamar Dokter Ardian. Begitu juga denga
BAB 194Dokter Herlina menerima undangan itu dengan suka cita saat Dokter Ardian menyerahkan padanya. Ia mengira itu adalah undangan ulang tahun Nizam. Ia merasa senang sekali karena Dokter Ardian mengundangnya.“Jangan lupa datang ya, Dok,” ujar Dokter Ardian lalu pergi meninggalkan Dokter Herlina.Dokter Herlina pun membaca undangan itu. Sesaat kemudian ia membelalakkan matanya.“Undangan pernikahan? Dokter Ardian mau menikah dengan Citra, pengasuhnya Nizam? Nggak bisa dibiarin ini,” geram Dokter Herlina. Ia pun bergegas menyusul Dokter Ardian yang masih belum jauh dari tempatnya berdiri.“Dokter Ardian! Tunggu!” seru Dokter Herlina seraya mengejar Dokter Ardian.Dokter Ardian pun menghentikan langkah kakinya. Ia tahu ini pasti akan terjadi.“Dokter mau menikah dengan Citra?” tanya Dokter Herlina panik setelah berhenti di depan Dokter Ardian.“Iya,” balas Dokter Ardian singkat.“Kenapa nggak menikah dengan saya saja, Dok? Masih belum terjadi, kan? Pernikahannya bisa dibatalkan ‘kan,
BAB 195“Mas, dua bulan kemarin aku nggak haid,” ujar Citra panik.“Terus?” balas Dokter Ardian dengan alis saling bertaut.Tiba-tiba Citra pun segera membuka almari mencari alat test kehamilan yang dulu pernah ia beli. Setelah menemukan barang itu, ia pun bergegas masuk ke dalam kamar mandi.Dokter Ardian mengerutkan keningnya lalu geleng-geleng kepala sambil tersenyum.Lima belas menit kemudian, Citra keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah kecut. Ia berjalan menghampiri Dokter Ardian yang ada di atas tempat tidur dengan lesu.“Kenapa?” tanya Dokter Ardian setelah Citra duduk di tepi tempat tidur.“Barusan aku test pack, hasilnya garis dua. Apa benar aku hamil, Mas?” balas Citra tidak bersemangat. Ia merasa tidak percaya kalau saat ini sedang hamil anak Dokter Ardian. Dokter yang dulu ia segani di rumah sakit.“Yang benar, Cit?” sahut Dokter Ardian terkejut. Ia pun bergegas turun dari tempat tidur lalu masuk ke dalam kamar mandi. Ia ingin melihat sendiri hasil test pack itu denga
BAB 196Dengan segera Citra membenahi pakaiannya lalu bangkit untuk membuka pintu. Setelah pintu terbuka, tampaklah Ayu dengan Nizam di gendongannya.“Ada apa, Yu?” tanya Citra.“Ini Nizam merengek terus. Kangen Mbak Citra kayaknya,” jawab Ayu.“Oh … Nizam kangen Mama ya, Nak,” ucap Citra seraya mengambil alih Nizam dari gendongan Ayu.Setelah itu Ayu pergi dan Citra menutup pintu kamarnya kembali. Citra mengajak Nizam duduk di atas tempat tidur di mana Dokter Ardian berada.“Aaahhh … Nizam …, kamu kok datang di waktu yang tidak tepat sih,” ucap Dokter Ardian seraya mentoel pipi Nizam gemas.“Dia tahu kali Mas kalau Papanya lagi mau ehem-ehem,” celetuk Citra.“Lagi pengen masa nggak boleh? Kamu nggak kasihan apa, punyaku udah berdiri, eeehhh malah nggak jadi masuk goa,” gerutu Dokter Ardian kesal.“Nizam pin … ter. Tos dulu Nak sama Mama,” ucap Citra seraya mengangkat tangan Nizam dan menepukkannya ke telapak tangannya.*Keesokan harinyaHari ini adalah hari pesta pernikahan Dokter A
BAB 197Sesampainya Dokter Herlina di hadapan kedua mempelai pengantin, Dokter Ardian, Dokter Herlina, dan Citra sempat tertegun.Dokter Ardian tidak menyangka kalau Dokter Herlina akan datang di pesta pernikahannya. Ia mengira kalau Dokter Herlina tidak akan datang karena sudah terlanjur sakit hati.Citra menatap Dokter Herlina dengan dada meradang. Sejak dulu ia selalu merasa cemburu dengan Dokter Herlina.Dokter Herlina merasa canggung. Ia merasa malu pada Dokter Ardian karena mengejar suami orang. Dengan segera ia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Dokter Ardian.“Selamat ya, Dok, atas pernikahan keduanya,” ucap Dokter Herlina dengan tersenyum yang dipaksakan.“Terima kasih,” balas Dokter Ardian dengan tersenyum.Setelah itu Dokter Herlina juga berjabat tangan dengan Citra dan mengucapkan selamat.Usai turun dari pelaminan, Dokter Herlina segera keluar dari aula hotel menuju mobilnya yang ada di area parkir. Ia menangis tersedu-sedu di dalam mobilnya.“Kenapa sesak
BAB 198Citra pun memajukan bibirnya. Tiba-tiba ia manyun lalu melipat kedua tangan di depan dada dan memalingkan muka dari Dokter Ardian.Dokter Ardian sudah bisa menebak kalau Citra bakal mengambek seperti itu. Ia pun tersenyum lalu menarik lengan Citra agar menghadap ke arahnya.“Ciye … ngambek,” goda Dokter Ardian.Citra tetap kekeh pada posisinya. Ia tidak mau menghadap dan menatap Dokter Ardian.“Aku bercanda, Cit. Ya ampun … masa baru jadi pengantin baru udah marah-marah sih?” bujuk Dokter Ardian.“Aku sayang dan cinta kok sama kamu. Kalau nggak cinta, mana mungkin aku nikahi kamu. Apalagi dengan pesta yang sangat mewah kayak gini. Pesta kayak gini habis uang banyak loh. Dan itu aku lakukan buat bahagiain kamu. Masa kamu kasih ragu sama aku,” ucap Dokter Ardian di samping pipi Citra. Sesekali ia juga menciumi pipi serta leher Citra yang sontak membuat Citra merasa geli.Citra mengerutkan keningnya. Tiba-tiba ia merasa mual dan ingin muntah. Dengan segera ia turun dari tempat ti
BAB 199Keesokan harinya, Dokter Ardian mengajak Citra berangkat ke rumah sakit bersama. Sedangkan Nizam dijaga Ayu dan Bik Yati di rumah. Bu Ratna sudah pulang ke kampung karena ia merasa tidak nyaman tidur di rumah besar.Dokter Ardian dan Citra sudah sepakat untuk menjadikan Ayu pengasuh Nizam. Jadi, Citra tidak akan cemburu pada Ayu karena masih saudara dengannya.Sesampainya di parkiran Rumah Sakit Husada, Dokter Ardian dan Citra segera turun dari mobil. Mereka berjalan beriringan menuju ruang poli kandungan. Di tengah perjalanan, Dokter Ardian menggandeng tangan Citra.“Nggak usah gini lah, Mas. Malu dilihat orang,” ucap Citra seraya berusaha melepas tangannya yang dipegang Dokter Ardian.“Nggak apa-apa lah. Kan gandengan sama istri sendiri,” balas Dokter Ardian dengan tersenyum.Dokter Ardian sengaja melakukan itu karena iya yakin saat ini Dokter Herlina sedang melihatnya.Dugaan Dokter Ardian benar. Dokter Herlina memang baru saja sampai di area parkir rumah sakit dan melihat