“Bra kamu bagus-bagus deh, Jules.” Ipang menatap deretan bra yang ia tata dengan rapi, lalu mengambil satu yang menarik perhatiannya. “Aku belum pernah liat kamu pakai yang ini. Kapan-kapan kalau lagi pakai yang ini, kasih tahu aku dong.”“Maaas!”Julie segera berlari ke arah Ipang, tapi Ipang keburu berlari menghindari istrinya dengan senyum lebar di wajahnya.“Iseng banget sih!” gerutu Julie yang berhenti di samping ranjang dengan napas terengah, capek mengejar suaminya yang sudah seperti anak kecil karena kejahilannya.“Capek kan? Makanya, jangan lari-lari.”Ipang mendekat pada Julie dan mendorong bahunya dengan lembut untuk supaya Julie duduk di ranjang, sementara ia kembali ke walk in closet dan kembali merapikan pakaian Julie.“Kamu duduk aja, biar aku yang beresin sisanya.”“Beneran?” tanya Julie dengan sangsi.“Iya, beneran.”“Bilang aja karena aku kalau naruh barang suka nggak simetris, terus kamu gatel pengen benerin semuanya,” cibir Julie yang mengundang tawa Ipang.Ipang h
“Ayo, kita main,” ajak Septa dengan bersemangat.Julie memicingkan matanya begitu melihat sang kakak tiba-tiba berubah jadi sangat antusias. Di antara kedua kakaknya, Septa memang yang paling berisik. Namun Julie tahu, keberisikan kakaknya kerap kali menimbulkan masalah.“Main apa?” Di sisi lain, sebagai adik ipar Septa (meskipun ia seusia dengan Septa), Ipang tentu saja meresponsnya dengan sama antusiasnya sebagai bentuk hormat.Keluarga Julie secara mendadak menginap di rumah pasangan pengantin baru tersebut. Meski heran, Julie tetap mengiakan usulan Janu tersebut. Ia menyiapkan kamar untuk dua keluarga kecil kakaknya dan orangtuanya, selagi dua kakak iparnya sibuk menelepon ke tiga rumah untuk minta dibawakan baju ganti.Benar-benar tidak terencana.“Truth or dare!”“Idiiih, kayak anak kuliah baru kenal satu semester aja,” cibir Julie langsung.“Kenapa? Takut?” Janu bertanya balik yang diikuti kekehan istrinya. “Kamu waktu Abang mau nikah dulu, paling semangat ngajak main truth or
Pernahkah kamu merasa bahagia yang sampai membuatmu sesak karena… kebahagiaan itu terlalu besar daripada apa yang kamu bayangkan?Sampai-sampai kamu menyangka kalau kamu tengah bermimpi dan berharap tidak ingin bangun dulu.“Coba dong, Mas, panggil aku lagi kayak semalem.”Ipang yang tengah berbaring, tak kuasa menahan senyum geli di wajahnya mendengar pertanyaan Julie. Julie menunggu, tapi lelaki itu masih saja tertawa.Karena sebal, ia pun merangkak naik ke tubuh suaminya hingga lelaki itu terbatuk kaget. Perbedaan proporsi tubuhnya membuat tubuh Ipang jadi sesuatu yang bisa dinaiki dengan mudah.Julie berbaring menelungkup, kedua punggung tangannya ia jadikan tumpuan untuk dagunya di dada sang suami.Ipang menarik tubuhnya supaya kepalanya lebih naik ke bantal dan agak lebih tinggi agar bisa memandang istrinya.Tangan Ipang bergerak merapikan rambut Julie, lalu ia buka suara, “Are you lost, baby girl?”“Iiih!” Julie memekik kesal karena Ipang malah mengucapkan dialog terkenal dari
“Astaga, kayak masih gadis aja kamu, Jules, baru turun jam segini.”“Maaf deh, tadi tidurnya bablas soalnya.”Janu menggeleng pelan melihat kelakuan adiknya. “Aku, Septa, dan Ipang malah udah selesai jogging.”“Abang jogging?”“Iya, biar sehat.”Ivanka yang baru kembali dari dapur langsung mencibir mendengar jawaban suaminya. “Dia baru olahraga tuh karena dua minggu ini badannya pegel-pegel terus, Jules. Coba kalau nggak gitu, kerjaannya ya nonton aja di rumah kalau libur.”“Sayang…,” gumam Janu ketika rahasianya malah dibocorkan sang istri.Julie langsung tertawa heboh dan memancing keisengan Janu untuk menarik ujung rambutnya, hingga Julie memekik dan berbalik ingin membalas kelakuan kakaknya. Sayang, Janu sudah lebih dulu berlari menghindar dan membuat Julie sibuk mengejarnya.“Nggak peduli kalau Janu udah kepala tiga, kalau udah sama adiknya tetep aja kejar-kejaran kayak anak kecil,” kata Ivanka pada Ipang yang ada di sebelahnya.Ipang tertawa saja mengamati bagaimana rumahnya kin
“Jules, dateng reuni nggak?”“Reuni apa?”Candy mendecakkan lidahnya. “Pasti kamu nggak liat notif dari grup deh.”Suri mengotak-atik ponselnya dan setelah menemukan yang ia cari, ia sodorkan ponselnya pada Julie.Rupanya di grup angkatan SMA mereka sudah ramai membicarakan reuni yang akan diadakan dua minggu lagi. Julie memang masuk ke grup itu, tapi hanya karena biar tidak dicari-cari kalau sedang diabsen dan sebenarnya ia tidak pernah membaca isinya sama sekali.Julie juga mengaktifkan mode mute untuk notifikasi grupnya, sehingga ia tak pernah tahu kalau sebentar lagi akan ada reuni.“Mesti RSVP ya?” tanya Julie seraya membaca detail acara yang dibagikan di grup tersebut.“Iya, terakhir RSVP hari Jumat ini,” jawab Candy. “Ikut nggak, Jules? Kalau kamu nggak ikut, aku juga nggak ikut.”“Ih, kok gitu?” Julie langsung mengerucutkan bibirnya. Ini reuni pertama yang digelar besar-besaran, untuk lima angkatan sekaligus.Selama ini, bukannya tidak pernah ada ajakan reuni—perkelas atau per
Mama Shanine: Julie, Jumat ini Gusti ulang tahun. Biasanya kita ngerayain di rumah aja sih. Kamu sama Ipang bisa dateng nggak kira-kira?Mama Shanine: Ditunggu kabarnya ya, Cantik. ;)Julie melirik suaminya yang sedang tertawa terbahak-bahak menonton Glee season 2 yang diputar Julie di televisi. Setelah makan malam, Julie memang bilang ingin menonton ulang Glee yang dulu pernah jadi favoritnya dengan Suri dan Candy.Ipang pun mengikutinya saja karena sedang tak ingin mengerjakan pekerjaan ketika ia bersama Julie.“Mas,” panggil Julie dengan pelan. “Mama Shanine chat aku.”“Oh, chat apa?” tanya Ipang dengan santai.Ipang memang tidak menyukai semua ibu serta adik tirinya, tapi ia tidak pernah membatasi Julie untuk membaur dengan mereka. Ipang mengerti, Julie tidak akan mengerti sepenuhnya apa yang ia rasakan karena Julie bukan Ipang.Jadi Ipang tak ingin memaksakan konsep pemikirannya pada Julie mengenai keluarganya. Toh selama ini Julie juga tidak pernah benar-benar memaksa Ipang untu
“Pak Djoko langsung pulang aja ya. Nanti saya pulang sama Mas Ipang kok,” pesan Julie pada sopir yang seharian ini menemaninya.Lelaki paruh baya itu mengiakan dan mengatakan kalau ia akan pulang sekarang. Julie pun berpesan padanya agar hati-hati, lalu pamit masuk ke kediaman Ailendra.Keriuhan dari arah ruang tengah sudah terdengar begitu Julie melangkah masuk. Nilam jadi orang pertama yang menyadari kehadirannya. Perempuan berwajah manis dengan rambut ikal itu langsung tersenyum lebar begitu melihatnya.“Mbak Julie!” sapanya dengan riang, ia menghampiri Julie dan menggandeng tangannya. “Akhirnya dateng juga, kirian bakal telat. Kata Mama, salonnya Mbak Julie ada di tempat yang macet banget,” cerocos Nilam tanpa jeda.“Mbak berangkat lebih cepet biar nggak kena macet,” jawab Julie. “Mana nih yang ulang tahun?”“Tuh, lagi ngerayu Mama Shanine buat makan kue ultahnya sekarang. Padahal tamu undangannya aja belum dateng semua."Julie ikut tertawa dan bergegas ke ruang tengah di mana ket
Rasanya seperti sudah lama sekali sejak terakhir kali Ipang menginjakkan kaki di kediaman keluarganya. Padahal Ipang juga masih ingat dengan jelas bagaimana ia makan malam di sini bersama Julie beberapa waktu yang lalu.“Den Ipang,” sapa salah seorang ART yang membukakan pintu untuk Ipang. “Udah ditunggu yang lain di ruang makan, Den.”Ipang mengucapkan terima kasih dan melangkah masuk ke rumah yang punya banyak kenangan tentangnya dan sang ibu. Di ruang tamu, langkah Ipang sempat terhenti ketika pandangannya terpaku pada foto keluarganya yang masih digantung di sana.Fotonya dengan Suri, ibu, dan ayahnya.Di bawah figura besar tersebut, ada juga foto-foto sang ayah dengan istri kedua, istri ketiga, dan istri keempatnya, juga dengan anak-anak mereka.Keriuhan di ruang makan yang samar-samar terdengar menyadarkan Ipang kalau ia sudah terlalu lama berhenti di depan deretan figura tersebut. Ia melirik potret keluarganya sekali lagi, lalu kembali melangkah tanpa menoleh sama sekali.Orang