Mama Shanine: Julie, Jumat ini Gusti ulang tahun. Biasanya kita ngerayain di rumah aja sih. Kamu sama Ipang bisa dateng nggak kira-kira?Mama Shanine: Ditunggu kabarnya ya, Cantik. ;)Julie melirik suaminya yang sedang tertawa terbahak-bahak menonton Glee season 2 yang diputar Julie di televisi. Setelah makan malam, Julie memang bilang ingin menonton ulang Glee yang dulu pernah jadi favoritnya dengan Suri dan Candy.Ipang pun mengikutinya saja karena sedang tak ingin mengerjakan pekerjaan ketika ia bersama Julie.“Mas,” panggil Julie dengan pelan. “Mama Shanine chat aku.”“Oh, chat apa?” tanya Ipang dengan santai.Ipang memang tidak menyukai semua ibu serta adik tirinya, tapi ia tidak pernah membatasi Julie untuk membaur dengan mereka. Ipang mengerti, Julie tidak akan mengerti sepenuhnya apa yang ia rasakan karena Julie bukan Ipang.Jadi Ipang tak ingin memaksakan konsep pemikirannya pada Julie mengenai keluarganya. Toh selama ini Julie juga tidak pernah benar-benar memaksa Ipang untu
“Pak Djoko langsung pulang aja ya. Nanti saya pulang sama Mas Ipang kok,” pesan Julie pada sopir yang seharian ini menemaninya.Lelaki paruh baya itu mengiakan dan mengatakan kalau ia akan pulang sekarang. Julie pun berpesan padanya agar hati-hati, lalu pamit masuk ke kediaman Ailendra.Keriuhan dari arah ruang tengah sudah terdengar begitu Julie melangkah masuk. Nilam jadi orang pertama yang menyadari kehadirannya. Perempuan berwajah manis dengan rambut ikal itu langsung tersenyum lebar begitu melihatnya.“Mbak Julie!” sapanya dengan riang, ia menghampiri Julie dan menggandeng tangannya. “Akhirnya dateng juga, kirian bakal telat. Kata Mama, salonnya Mbak Julie ada di tempat yang macet banget,” cerocos Nilam tanpa jeda.“Mbak berangkat lebih cepet biar nggak kena macet,” jawab Julie. “Mana nih yang ulang tahun?”“Tuh, lagi ngerayu Mama Shanine buat makan kue ultahnya sekarang. Padahal tamu undangannya aja belum dateng semua."Julie ikut tertawa dan bergegas ke ruang tengah di mana ket
Rasanya seperti sudah lama sekali sejak terakhir kali Ipang menginjakkan kaki di kediaman keluarganya. Padahal Ipang juga masih ingat dengan jelas bagaimana ia makan malam di sini bersama Julie beberapa waktu yang lalu.“Den Ipang,” sapa salah seorang ART yang membukakan pintu untuk Ipang. “Udah ditunggu yang lain di ruang makan, Den.”Ipang mengucapkan terima kasih dan melangkah masuk ke rumah yang punya banyak kenangan tentangnya dan sang ibu. Di ruang tamu, langkah Ipang sempat terhenti ketika pandangannya terpaku pada foto keluarganya yang masih digantung di sana.Fotonya dengan Suri, ibu, dan ayahnya.Di bawah figura besar tersebut, ada juga foto-foto sang ayah dengan istri kedua, istri ketiga, dan istri keempatnya, juga dengan anak-anak mereka.Keriuhan di ruang makan yang samar-samar terdengar menyadarkan Ipang kalau ia sudah terlalu lama berhenti di depan deretan figura tersebut. Ia melirik potret keluarganya sekali lagi, lalu kembali melangkah tanpa menoleh sama sekali.Orang
“Yesss, bukan capcay!”“Bosen ya makan capcay?”“Sedikit,” aku Julie seraya meringis. “Makasih, Mas.”Ipang ikut tersenyum lebar saat Julie mencium pipinya dengan spontan. Mereka sarapan bukan dengan capcay untuk hari ini sampai seminggu kedepan—Ipang sudah berpesan pada Mbak Widi untuk menu sarapan mereka sejak pagi tadi.“Hari ini aku ke salon ya, Mas. Mas hari ini mau ngapain di rumah?” tanya Julie seraya menyodorkan piring Ipang yang sudah ia isi dengan menu sarapan mereka hari ini.“Aku mau ikut kamu aja ya?”“Emang nggak bosen?”“Nggak kok. Sekalia
The Clouds terlihat berbeda di siang hari dan kalau tak terbiasa ke sana saat matahari masih terik, mungkin akan merasa kagok pada awalnya.Tapi ini bukan pertama kalinya Ipang mampir ke The Clouds di siang hari. Meskipun tempat itu hanya buka di malam hari, tapi penjaganya selalu siaga di pos masing-masing.“Udah ada yang dateng?” tanya Ipang begitu masuk ke The Clouds.“Belum, Mas,” jawab salah satu bartender yang siang ini tengah melatih bartender yang baru masuk. “Tapi ruangan yang biasa udah disiapin kok, Mas.”“Oke.”“Mau minum apa, Mas?”“Apa aja, asal jangan alkohol. Saya nyetir soalnya.”Sang bartender mengacungkan ibu j
“Bu Julie, ikut makan siang sama kita nggak? Kita mau pesen Hokben nih.”“Wah, skip dulu deh, Dew. Mau maksi sama suami, hehehe.”Dewi langsung bersiul pelan. “Oh, jadi tadi Pak Ipang pergi duluan buat nyiapin acara lunch date ya, Bu?”“Lunch date apa sih.” Julie mengibaskan tangannya dengan malu-malu. “Pergi dulu ya, Dew.”Dewi mengiakan dan Julie keluar dari A Class bertepatan dengan mobil GoCar pesanannya yang baru saja sampai. Seperti apa yang Julie bilang pada Ipang tadi, ia akan menyusul lelaki itu di The Clouds untuk makan siang bersama.Sepertinya mereka akan makan siang dengan teman-teman Ipang juga. Julie harus memberi tahu Suri dan Candy kalau hari ini ia akan makan s
“Nggak ada lagi barang-barang kamu yang nyisa?”“Nggak ada, udah semua.” Julie merebahkan dirinya di ranjang usai memindahkan barang-barang terakhirnya dari kamar sebelah.Akhirnya selesai juga pemindahan barang-barang dari kamarnya ke kamar yang sekarang. Kini ia telah resmi tinggal satu kamar dengan lelaki yang sedang menyusun koleksi parfumnya berdasarkan yang paling sering Julie pakai.Kening Ipang berkerut, seakan-akan berkonsentrasi untuk menentukan di mana posisi Hermés Eau de Pamplemousse Rose milik Julie—apakah di sebelah Jo Malone Jasmine Sambac & Marigold atau di sebelah Louis Vuitton California Dream yang baru dibeli Julie.
“Kamu nggak lembur kan, Babe?”“Nggak, jam tujuh kayaknya aku on the way pulang deh.”“Tumben?”“Nggak apa-apa, lagi pengen pulang cepet aja. Udah gitu aku mau ke supermarket yang di deket rumah, mau beli yang dibutuhin Mbak Widi,” jawab Julie. “Mas pulang jam berapa?”“On time sih dari kantor, jam lima juga udah keluar.”“Oke, ketemu di rumah ya.”“Oke, Babe. See you.”Julie mengucapkan hal serupa dan memutus panggilan ters