Share

Akad nikah

Hari pernikahan adalah hari yang amat di nanti oleh sepasang kekasih yang saling mencintai, namun bagaimana jadinya jika pernikahan di lakukan tanpa adanya cinta di dalamnya? Seperti yang tengah di alami Camellia.

Gadis itu duduk di depan meja rias, ia hanya pasrah saat tangan-tangan profesional memoles wajah manisnya. Ia menatap dirinya di dalam cermin.

"Sedih sekali nasib mu Camellia ..." gumanya lirih pada dirinya yang berada di cermin.

"Hey cyin ... Kenapa cemberut aje," ucap si mbak perias.

"Sedih aku tuh mbak ..." 

"Lah kenapa? Jodohnya ganteng lho ... Kok sedih?" tanya si mbak perias kepo

Camellia menghela nafas berat, ia bahkan tak mampu menjawab pertangaan si mbak periasnya.

Tiba-tiba seorang wanita paruh baya yang masih cantik masuk ke kamarnya, ia berjalan mendekati Camellia.

"Cantik! Good job mbak.." pujinya pada si mbak perias, yang di puji jadi salah tingkah.

"Makasih buk." jawab si mbak perias sumringah, setelah itu ia melangkah keluar meninggalkan ibu dan anak yang tengah ngobrol.

"Senyum dong mel.." ia memegang pundak sang putri. Menatap wajahnya dari pantulan cermin.

Cemellia tersenyum getir. Ingin sekali ia berteriak di depan semua orang, dan memberi tahu siapa Jerry sebenarnya.

"Claudia mana mah?" 

"Ada tuh, di depan lagi nyambut tamu. Kenapa?"

Gadis itu menggeleng pelan, ia menopang dagunya, masih memikirkan hal yang sama.

"Oh ya. Kamu udah tau belum?" sang ibu menatapnya sumringah.

"Apa?" ia melihat expresi ibunya dengan malas.

"Habis nikah nanti ... Jerry mau bawa kamu pindah ke bali ..!" wanita itu terlihat bersemangat.

Dimana biasanya orang tua, terlebih seorang ibu pasti akan merasa sangat kehilangan jika anak perempuannya ikut dengan sang suami. Namun berbanding kebalik dengan wanita yang bernama ajeng ini.

"Mamah nggak sedih??" ia menatap sang ibu tak percaya.

"Ya sedih sih ... Tapi mau bagaimana lagi, kalau itu yang terbaik buat kamu kan ..."

"Mamah di kasih apa sama si Jerry itu!  Sampek segininya sama anak sendiri! Aku tuh sedih tau mah ..." bulir bening meluncur bebas melewati pipi yang sudah terpoles itu.

"Sshhtt ... Mama juga sedih sayang ... " sang ibu menghapus buliran bening dari wajah anaknya. "Amel ... Dengerin mama, mama itu sayang ... Banget sama kamu, mama juga sedih kamu bakal ikut dengan suamimu,  Tapi ... Hati kecil mama mengatakan kalau Jerry adalah orang yang baik, dan mama percaya itu. Kamu tau mel firasat seorang ibu pada anaknya itu selalu bener." jelas ajeng dengan lemah lembut.

Camellia bergeming, ia tak percaya, mana mungkin orang baik akan membunuh orang kan? Tapi ia juga berharap semoga firasat sang ibu benar.

"Dan Jerry ... Dia akan membiayai kuliah adikmu sampai tamat mel, mengirimi segala kebutuhan Claudia di jakarta."

"Jadi karena itu mamah begini ke aku?" ucapnya dengan terisak.

"Enggak! Bukan karena itu! Kamu tau kalau Jerry itu duda?" 

Camellia menatap ajeng bingung, jelas dia tahu walaupun terlambat, tapi ajeng? Wanita itu tau dari siapa? Apa Laura yang cerita?

"Mamah tau dari mana? Apa Laura yang bilang?"

Ajeng menggeleng. 

"Mamanya Jerry yang bilang, 2 hari sebelum pernikahan ini. Beliau datang kerumah dan menceritakan semua masa lalu Jerry, dan kamu tau apa yang buat mama percaya sama pria itu?"

Camellia menggeleng pelan.

"Tamara! Kamu tau siapa dia? Dia istri dokter Jerry yang meninggal di bunuh! Sebelum meninggal, tamara ingin organ yang masih berguna di tubuhnya di berikan pada orang yang mebutuhkan, dan saat itu .. kamu lagi butuh donor transpalasi jantung mel ..." ajeng menangis terisak-isak.

Camellia memandang ibunya tak percaya, ia benar-benar shock mendengar cerita lain dari Jerry.

"Dan jantung aku ini ... Punya tamara mah??" 

Ajeng mengangguk lemah.

"Dokter Jerry sendiri yang mengoperasi kamu saat itu, dia minta ke mama supaya menjaga jantung yang ada di tubuhmu ini dengan baik mel.. Jadi saat dia datang melamar, mama dan papa langsung setuju, karena mama yakin dia orang yang baik dan bertanggung jawab!"

Sedikit demi sedikit rahasia Jerry terkuak, rahasia kenapa selama dua tahun menjadi asistennya, Jerry begitu cuek namun terkadang begitu khawatir saat Camellia sakit atau kecelakaan ringan. Dan ini lah sebabnya, karena jantung istrinya ada di dalam tubuh gadis itu.

Camellia kembali menangis, ia tak menyangka hidupnya akan serumit ini. 

Ibu dan anak itu saling berpelukan sebelum akhirnya keluar menuju ruang yang akan di jadikan tempat berlangsungnya akad.

🌻

Senja menyapa kota, langit yang awalnya terang akan berganti gelap. Bulan pun menggantikan matahari untuk bertugas. Di bawah langit ada seseorang yang hati dan fikirannya tengah bimbang, sedih, takut, semuanya teraduk jadi satu.

Setelah akad tadi siang yang berbarengan dengan resepsi, malam harinya mereka akan segera berangkat ke bali. 

Dan di sinilah moment-moment yang tak Camellia sukai terjadi. Sejujurnya ia benci perpisahan. 

"Huuu ... Aku sedih banget kamu tinggal nikah mel ..," Laura memeluk erat tubuh sahabatnya itu.

"Iya aku juga sedih ra, do'ain aku di sana nggak kenapa-kenapa ya.." Camellia ikut menangis.

"Iya. Aku pasti do'ain kamu. Tapin.. Ntar kalau aku nikah dateng ya. Awas kalau enggak!" ancamnya, seraya melepas pelukan.

"Iya kalau aku masih hidup ya." ia tertawa getir sambil melirik Jerry yang terlihat tenang. Pria itu tersenyum sinis.

"Kak ... Hati-hati ya ... Jangan lupain adekmu ini, ntar kalau aku udah libur semester aku nyusul boleh ya," Claudia memeluk sang kakak lalu menciumi pipinya.

"Iya sayang, datang aja. Tapi jangan sendiri ya. Bawa temen minimal 10 orang,"

"10 orang???" semua orang terperanga mendengar ucapan Camellia.

"Ya ... Untuk jaga-jaga aja kan ... Kita kan nggak pernah tau, kalau ada psikopat gimana?" lagi-lagi gadis itu melirik Jerry dengan tatapan tajam.

Jerry menghela nafas kasar, ia memutar bola matanya malas. 

"Iya iya deh." sambung Claudia.

Setelah puas berpelukan dan melepas kesedihan karena akan berpisah kepada ke dua orang tuanya, adik, dan juga sahabatnya, ia pun melangkah masuk ke mobil. 

Sebelum masuk, Jerry juga menyalami mertuanya, dan hanya tersenyum kecil pada adik iparnya dan juga Laura, lalu setelah itu mereka pun pergi meninggalkan halaman rumah itu, menuju bandara.

"Beruntung banget kak Amel, dapet suami ganteng, dokter lagi!" ucap Claudia sembari berangan-angan.

"Makanya belajar yang rajin .. Supaya dapat suami yang mapan!"  celutuk Laura.

"Emang apa hubunganya rajin sama suami yang mapan?" Claudia menatap sahabat kakaknya ini bingung.

"Ah susah ngomong sama anak kecil! Ya udah deh, kakak mau balik, om ... Tante ... laura pamit pulang ya ..." Laura menyalami Ajeng dan juga suaminya, lalu mengacak-ngacak rambut Claudia sebelum akhirnya pergi dari sana.

"Ih .. Kak Laura!" ucapnya kesal. Lalu melangkah masuk setelah Laura sudah hilang dari pandangan mereka. Dan di susul oleh ke dua orang tuannya.

🌻

Tak ada pembicaraan di dalam mobil. Ke duanya saling diam, sibuk dengan fikiran masing-masing, belum lagi Camellia yang bertingkah aneh saat Jerry bergerak mencari sesuatu. 

"Mau ngapain!?" tanya Camellia penuh selidik.

"Kenapa?" Jerry balik bertanya. Ia menatap Camellia penuh arti.

"jangan bun ..."

Cup

Jerry membukam mulut gadis itu dengan bibirnya. Seketika membuat mata gadis itu langsung membulat penuh.

"Jangan mikir aneh-aneh, saya cuma mau ambil permen." ucap Jerry kemudian.

Ia membuka bungkus permen, lalu memakan isinya, dan kembali bersikap seperti biasa. Seperti habis tidak melakukan apa-apa.

Camellia bergeming, ia masih tak percaya dengan apa yang barusan terjadi. Ia merabah bibirnya, jantungnya tiba-tiba saja berdegup kencang tak karuan.

Ia menarik nafas lalu membuangnya perlahan, usahanya untuk menenangkan degupan yang meronta-ronta.

Tiba-tiba, sebuah mobil sedan menghadang mobil yang mereka tumpangi, sontak membuat Jerry berhenti mendadak, hingga membuat Camellia terjedut.

"Aw!" rintihnya.

"Kamu nggak papa? Maaf ... " Jerry tampak khawatir, ia meniup kening putih yang terlihat memar karena terbentur itu.

Camellia memperhatikan wajah Jerry dari jarak yang sangat dekat. Dan irama jantungnya kembali tidak stabil.

"Sakit?" ia menatap Camellia yang termangu.

"Ng-nggak papa dok ... Aman."  ia tertawa kecil.

Gugup? Sudah pasti. Wajah yang selalu memasang tampang cuek berubah jadi sangat perhatian, ya walaupun sesekali Jerry pernah begini, tapi bagi Camellia kali ini berbeda.

"Keluar woi!!" sergah seorang pria berbadan besar dengan tonjolan otot di lengan kanan-kirinya. 

Pria berotot itu memukul-mukul kaca mobil. Dan di depan mereka berdiri lima orang pria, empat diantarnya memiliki badan besar dan berotot, dan satu orang lagi terlihat lebih tua, mungkin umurnya 50 an tahun. Ia mengenakan jas abu tua, yang sepertinya dia adalah bos dari kelima preman ini.

"Ssiapa dok?" 

"Kamu tenang saja, tutup matamu ..." titahnya.

"Huh?"

"Tutup matamu Camellia ... Saya mohon!" 

"O-oke."

"Jangan di buka sebelum saya bilang buka! Kamu paham?" Jerry memperingatinya sekali lagi. 

Camellia mengangguk lalu memejamkan matanya. Ia mendengar Jerry keluar dari mobil dan berbicara dengan orang-orang itu, hingga akhirnya ia mendengar suara perkelahian.

Apa yang terjadi?

Apa yang sebenarnya orang-orang itu lakukan pada Jerry? Dan kenapa orang-orang itu mencari Jerry? 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status