Share

Terjebak

Camellia memperhatikan ponselnya, ia tengah bimbang, antara menghapus video itu atau melaporkannnya pada polisi.

Tapi jika melapor pun, tak ada jaminan dirinya bakal selamat dari cengkraman pria itu. Terlebih ...  sehari setelah kejadian mengerikan tersebut, Jerry mengancamnya saat mereka bertemu di tempat kerja.

Siang itu Camellia berjalan dengan berhati-hati menuju ruangannya, ia takut bertemu dengan Jerry. Entah bagaimana ia harus bersikap saat bertemu atasannya yang ternyata psikopat itu.

Ia memutar knop pintu dengan gugup dan gemetar, perlahan namun pasti, pintu pun terbuka, dan ... Untungnya tidak ada Jerry di sana. Ia pun menghela nafas legah.

Ia bergegas melangkah ke mejanya, mengambil beberapa berkas yang akan ia ajukan pada kepala rumah sakit untuk berhenti jadi asisten dokter Jerry.

"Cari apa?"

Suara bariton itu mengagetkannya setengah mati. 

Ia sangat mengenal suara itu. Ya dia Jerry!. Camellia bergeming, ia tak berani menoleh. Entah bagaimana Jerry tiba-tiba bisa ada disana.

"Kenapa diam?" Jerry mengangkat wajah manis gadis itu dengan jari telunjuknya.

Pandangan mereka saling beradu. Jerry menatapnya tajam. Sedang camellia tengah berusaha mengalihkan pandangannya dari tatapan yang membuat jantung berdebar hebat.

"Tatap saya Camellia!" 

"Ma-maaf dok ... Saya nggak mau ikut campur ..." Camellia memejamkan matanya.

"Tapi kamu sudah ikut campur Camellia, kamu sudah merekam sesuatu tanpa izin!"

"Su-sudah ss-saya hapus dok! Beneran saya nggak bohong!"

"Kamu pikir saya bodoh? Kita sudah jadi patner selama 2 tahun, saya memang cuek tapi saya tahu karakter kamu Camellia!" 

Gadis itu semakin takut, lututnya mendadak lemas.

"Jangan takut Camellia ... Saya tidak akan menyakiti kamu kalau kamu mau kerja sama."

"Saya akan hapus vidio itu di depan anda dok."  gadis itu mengeluarkan ponselnya dengan gemetar.

"Tidak ... Tidak cukup dengan itu, kamu harus menikah dengan saya!" ucap Jerry menyeringai.

Sontak membuat mata gadis itu terbelalak, ia menjauh kebelakang, menghindari Jerry.

"Enggak! Saya nggak mau menikah sama psikopat!" prostesnya dengan tatapan tajam.

Jerry tersenyum sinis.

"Oke." Jerry merogoh ponsel di saku jas putihnya. Setelah itu ia terlihat mencari sesuatu di dalam ponselnya.

"Ini adik kamu kan?" 

Jerry menunjukan sebuah foto dari layar ponselnya. Seorang gadis berseragam SMA tengah tersenyum manis di sana. 

"Claudia!?" pekiknya.  "Kamu ..! Kamu nggak boleh libatkan dia! Kalau sampai kamu menyentuhnya! Aku akan sebar vidio ini!!" ancamnya dengan suara bergetar.

Netra matanya berkaca-kaca. Namun pria itu malah terlihat tenang.

"Silahkan ... Tapi jangan salah kan saya jika besok kamu tidak bisa melihat adik kesanyanganmu itu hidup! Pilihannya hanya dua Camellia ... Menikah dengan saya atau melihat adikmu mati." 

"Mau dokter tuh apa! Saya kan udah berjanji akan menghapus vidio itu! Tapi kenapa malah jadi seperti ini!" protesnya lagi. 

"Sudah saya jelaskan dengan sangat jelas apa kemauan saya bukan? Kenapa masih bertanya?" ucapnya ketus seraya  melangkah ke luar, meninggalkan Camellia yang terisak. 

Gadis itu akhirnya terduduk lemah di lantai, memikirkan nasibnya kelak. Pilihan yang tidak membawa keuntungan baginya.

Dan pada hari-hari berikutnya Camellia jadi sering menelpon Claudia hingga 10 kali banyaknya dalam sehari, membuat sang adik jengkel bukan main. Ya mau bagaimana lagi, karena claudia berada jauh darinya, sang adik tengah berkuliah di jakarta.

🌻

Air mata gadis itu kembali luruh dari sudut matanya saat memikirkan ucapan Jerry yang memang tak main-main. Setelah mengancamnya siang itu, hari ini tepatnya sudah seminggu berlalu Jerry benar-benar membuktikan ucapannya.

"Aagghhrrr....!"  Camellia menggila di atas ranjang. Ia menendang bahkan memukul benda yang tak bersalah.

"Bodoh! Bodoh! Bodoh! Haaaa ..!" ia menangis seperti anak kecil. Hidupnya jadi berantakan karena kejadian gila itu. 

Malam semakin larut, namun matanya malah enggan untuk terpejam. Ia bangkit dari tidurnya, dan duduk di bibir ranjang. 

"Apa aku bunuh diri aja ya?" ia melirik botol semprotan racun nyamuk di dekat pintu.

Ia perlahan mendekati benda itu dan duduk disana.

Glek.. 

Ia menelan ludah getir, botol racun nyamuk itu sudah berada di genggamannya. Perasaannya mendukung tapi logikanya melarang. 

"Dari pada aku mati di tangan si Jerry gila itu! Mending aku mati di tanganku sendiri!" Camellia menatap benda itu lama. Sebenarnya ia juga takut untuk bunuh diri.

"Aaghhrr ..! Aku takut! Aku belom siap masuk neraka ... Hiks hiks" ucapnya lagi seraya terisak. 

Ia mengurungkan niatnya, dan kembali meletakkan racun itu pada tempatnya, lalu berjalan gontai menuju ranjang. Gadis itu langsung menghempaskan tubuhnya disana, hingga akhirnya ia pun tertidur juga.

🌻

"Camellia!" 

Teriak seseorang memanggil namanya. Gadis yang di panggil menghentikan langkah, dan menoleh ke sumber suara.

Seorang gadis yang sebaya dengan camellia berjalan mendekatinya. Dia Laura, perawat di rumah sakit ini juga, sekaligus sahabat dari gadis itu.

"Kenapa ra?" 

"Sini.." Laura menarik tangan Camellia ke sebuah bangku taman rumah sakit. Dan mereka duduk disana.

"Kamu jawab jujur ya!" ucap Laura dengan raut wajah serius.

"Kenapa sih? Kamu buat aku udah kaya pelakor aja deh ra!" 

"Kamu sama dokter Jerry mau nikah ya!?" 

"Ka-kamu tau dari mana ra??" 

"Ini ..." laura menyodorkan sebuah undangan yang bertuliskan nama Camellia dan Jerry di sana.

Sontak membuat mata gadis itu lansung membulat penuh. Ia benar-benar tak tahu perihal undangan ini. Setelah lamaran saat itu, Jerry selalu menghindarinya, entah karena apa. Dan sekarang tiba-tiba ia sudah menyebar undangan tanpa melibatkan Camellia di dalamnya.

"Beneran mel??" tanya Laura memastikan keakuratannya.

Camellia menatap sahabatnya nanar, sembari mengangguk lemah.

"Oh my god! Kamu beruntung banget mel! Gila aku ngga nyangka banget dokter secuek itu bisa jatuh cinta juga!" 

Lebih beruntung lagi hidupmu ra..

"Apanya yang beruntung! Kamu nggak tau aja dia siapa!" ucapnya ketus.

"Ya jelas aku tau dong! Jeremy Smith dokter ganteng dan friendly abis sama pasiennya. Walaupun dia cuek tapi sebenarnya hati dokter Jerry itu baik loh. Semua orang di rumah sakit ini juga tau!"

"Ngomong apa sih ra! Dia itu psikop.."

Camellia menggantungkan kalimatnya, fikirannya langsung teringat dengan ancaman Jerry.

"Apa-an mel?" tanyanya bingung.

"Nggak, nggak! Em ... Karena kamu udah tau, jangan lupa dateng ya." jawabnya tak bersemangat.

"Nggak ah!" rajuknya tiba-tiba.

"Loh kenapa?"

"Aku ngambek! Karena taunya nggak langsung dari kamu!" Laura memanyunkan bibirnya.

Camellia menghela nafas panjang. Bagaimana mau memberitahu, sedangkan ia saja tidak menginginkan pernikahan ini. Tapi jika saat itu Laura yang melihat, apa kejadiannya akan sama dengan dirinya? Apa sahabatnya itu masih bisa se-bahagia ini memuji Jerry? Ah entahlah.. Mau di bayangkan bagaimana pun, peran itu tetap untuk Camellia. 

"Iya iya maaf ... Aku belum siap aja ngasih tau kamu dan orang-orang disini ra ... Pleas dong ... Jangan ngambek, sejujurnya aku lagi sedih loh." wajah Camellia memelas.

"Haha aku cuma bercanda sayang ... Sini peluk." laura tertawa kecil, lalu memeluk sahabatnya itu.

"Selamat ya mel ... Aku jadi sedih kamu tinggal nikah." ucapnya lagi.

Tangis Camellia meledak, ia menangis bukan karena ucapan Laura, tapi nasibnya kelak. 

"Oh ya, kamu tau nggak kalau ternyata dokter Jerry itu duda!" 

Camellia tertegun, ia melepas pelukan sahabatnya dan beralih menatap laura dengan wajah shock!

"Kamu tau dari mana ra??"

"Tadi aku sempet denger gosip ibu-ibu dokter yang killer itu mel, mereka bilang dulu dua setengah tahun yang lalu ... Sebelum kita kerja disini. Dokter Jerry punya istri yang dokter juga! Namanya Tamara, and .. Dokter Jerry dulunya nggak cuek dan sedingin sekarang mel, tapi semenjak istrinya meninggal dia jadi gitu, makanya ibu-ibu dokter itu pada heboh saat tau pernikahan kalian." jelasnya seperti host acara rumpi.

"Oh my god! Trus istrinya meninggal kenapa? Udah punya anak?" cecarnya. Camellia sangat shock mendengar berita ini.

"loh dokter Jerry nggak cerita ya tentang masa lalunya?" 

Camellia menggeleng pelan.

"Denger-denger nih ... Istrinya di bunuh!" ucap Laura lagi dengan berbisik.

"What!!!??" Camellia makin shock! 

Rasanya jantungnya mau copot mendengar masa lalu dokter yang dulunya sangat ia hormati itu ternyata mengerikan.

"Iya, dan lebih parahnya lagi mel, saat di bunuh ... Istri dokter Jerry lagi dalam keadaan hamil!" 

"Astahgfirullah ... Kok bisa sih ra??"

"Hmm ... Aku juga nggak tau mel, kasihan banget nggak sih. Sad boy banget dokter jerry."

"Trus penjahatnya ketangkep?"

"Kalau itu aku nggak tau mel, karena setelah itu aku di panggil dokter Natan."  jawabnya seraya menatap wajah sahabatnya.

Camellia bergeming, fikirannya melayang pada kejadian mengerikan itu. Apa mungkin pria yang di bunuh Jerry itu adalah orang yang membunuh istrinya?.

Ah entahlah ... Baginya Jerry adalah pria yang aneh dan penuh misteri. Camellia menyenderkan punggungnya di kursi, pandangannya menatap lurus kedepan. Ia masih tak menyangka dirinya akan terlibat sejauh ini dengan Jerry. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status