Share

Terperangkap Cinta Dokter Cuek
Terperangkap Cinta Dokter Cuek
Penulis: Nadila nana

Prolog

Terperangkap cinta dokter cuek.

Orang tua mana yang tak senang bila anak gadisnya di lamar seorang pria mapan berprofesi Dokter? Tentu semua orang tua akan merasa bangga dengan hal itu.

Termasuk orang tua dari seorang gadis bernama Camellia ini. Namun si anak gadis tampak menolak keras lamaran dari sang dokter mapan dan rupawan itu.

Karena Camellia tau, pria itu ingin menikahinya bukan karena cinta, tapi karena gadis itu tahu rahasia besar sang dokter. 

Kira-kira rahasia apa yang membuat si dokter tampan ini sampai harus menikahi Camellia? 

Jadi ... seminggu yang lalu ...

Saat itu hujan mengguyur bumi dengan derasnya, membuat para manusia yang masih di bawah langit sibuk menyelamatkan diri untuk berteduh.

Camellia yang tenang dengan payungnya berjalan santai menyusuri gang menuju kos-sannya, ia baru saja pulang kerja. 

Camellia bekerja sebagai perawat di rumah sakit umum kota yogyakarta. Ia menjadi asisten seorang Dokter muda bernama Jeremy Smith, yang akrab di sapa dokter Jerry.

Hujan semakin deras saja seakan enggan untuk berhenti, membuat gadis itu tak sabar ingin segera pulang.

Namun tiba-tiba terdengar suara orang meringis dan suara pukulan yang bertubi-tubi menghantam tubuh manusia. Langkahnya langsung terhenti. Suasana jalanan yang sepi di tambah hujan deras membuat bulu kuduknya meremang.

Rasanya ia ingin berlari saja, tapi hati kecilnya melarang, ia takut tapi penasaran. Camellia perlahan mencari sumber suara itu, mungkin saja ada seseorang yang tengah memohon pertolongan.

Gadis itu terperanjat, payung yang ia pegang hampir saja jatuh, ia langsung membekap mulutnya dengan ke dua telapak tangannya saat menyaksikan apa yang baru saja ia lihat.

Ia melihat seorang pria memukuli pria lainnya secara membabi buta, hingga pria yang di pukul itu meringis memohon belas kasih, namun si pemukul tampak sangat murka, ia terus memukul dan menendang hingga pria itu terkulai lemas. 

Namun bukannya menyudahi aksinya, pria  itu malah menyuntikkan sesuatu ke leher pria yang ia pukul, hingga membuat tubuh pria itu kejang-kejang dan akhirnya tak bergerak lagi.

"Cuih! Kamu pantas mendapatkan ini!" ucap pria itu sinis. 

Tanpa pria itu sadari tenyata ada orang lain yang diam-diam sudah merekam aksinya. Camellia dengan gemetar mematikan ponselnya lalu mundur secara perlahan, namun sialnya gadis itu malah menginjak potongan-potongan seng yang berserakan di sekitar gang kecil itu, yang seketika menimbulkan suara nyaring.

Pria itu terkejut, ia segera menoleh ke sumber suara yang terdengar nyaring itu, dan pada saat bersamaan pula pandangan mereka beradu.

Sontak membuat mata gadis itu langsung membulat penuh. Wajah pria itu sangat femiliar di hidupnya.

"Dok-dokter Jer-Jerry?" pekiknya lirih.

Gadis itu benar-benar shock! Ia terus melangkah mundur, namun pria yang bernama Jerry itu mendekatinya dengan langkah memburu. 

Camellia semakin panik, ia memutar tubuhnya dan siap-siap akan berlari, namun ternyata Jerry berhasil menarik lengannya. Payung yang ia pegang pun terjatuh.

Pria itu membawanya ke tempat dimana ia memukul pria tadi, ke sebuah rumah kosong.

"Tolong jangan bunuh saya dok! Saya belum nikah! Saya mohon biarkan saya pergi ... " rengeknya sembari melepaskan cengkraman Jerry.

Pria itu bergeming lalu membawa Camellia ke hadapannya, menatapnya dengan tajam seakan ia buruan yang siap di santap. Gadis itu menunduk tak berani menatap Jerry.

"Bawel! Apa yang terjadi tidak seperti yang kamu lihat! Jadi jangan pernah berfikir kalau saya sudah membunuh orang!"

Jadi kalau bukan membunuh apa? Jelas-jelas aku lihat! 

"Iya iya dok, saya akan tutup mulut. Tapi tolong biarin saya pergi, saya masih mau hidup ... Heeuu heeuu" rengeknya lagi sambil menangis.

"Yakin kamu akan tutup mulut?" Jerry menyeringai menatap wajah gadis di hadapannya lalu berpindah menatap ponsel yang di genggam Camellia.

Gadis itu terlihat gugup, ia semakin erat menggenggam ponselnya. 

"Kenapa gugup?" 

Jerry membelai pipi Camellia lalu menjalar hingga ke tangannya yang tengah menggenggam ponsel. Gadis itu bergeming ia tak berdaya menolak saat tangan besar itu merebut ponselnya.

"Kamu pikir saya bodoh hm? Saya ini atasan kamu Camellia ..." Jerry menyunggingkan senyum sinis.

"Ss-saya ..."

"Sshhtt ... Kamu boleh pergi setelah saya hapus apa yang semetinya tidak kamu lihat!"

Glek!

Camellia menelan ludah getir. Bibirnya seakan terkunci. Ia tak mampu berkata-kata lagi untuk membela diri.

Jerry melepas cengkramannya, ia beralih mengotak-atik ponsel milik gadis itu. Camellia sedikit legah, tangannya tak lagi menahan sakit.

Ia memutar pandangannya ke segala arah untuk mencari cara supaya bisa kabur. Saat matanya tertuju pada pria yang terbujur kaku, ia bergidik ngeri, tak menyangka pria yang ia kenal cuek tapi ramah dan friendly pada pasiennya ini ternyata psikopat.

Ya tuhan ... Berilah hambaMu ini jalan untuk pergi dari sini..

Camellia menggigiti bibirnya, ia tengah memikirkan cara untuk keluar dari cengkraman Jerry. Sesekali di tatapnya wajah pria di hadapannya ini, yang tampak serius menatap layar ponsel miliknya.

Tampan ... 

Satu kata yang terbesit di kepalanya, namun ia buru-buru menepis fikiran itu, karena tak seharusnya ucapan itu keluar disaat genting seperti ini. Tiba-tiba sebuah ide muncul.

"Dok ada orang!" ucapnya antusias, seraya menunjuk ke arah belakang tubuh sang Dokter.

Jerry spontan menoleh. Camellia segera merebut ponselnya lalu berlari sekencang mungkin. 

"Sial!" umpatnya, ia jelas tak mungkin mengejar gadis itu.

Jerry mengeluarkan ponselnya, ia menelpon seseorang untuk membereskan mayat pria tadi dan menelepon orang lain lagi untuk mencari alamat rumah orang tua Camellia.

🌻

Jerry menatap tajam Camellia yang duduk di tengah-tengah orang tua gadis itu.

"Jadi bagaimana pak, buk, apa lamaran anak saya di terima?" ucap wanita paruh baya seraya tersenyum manis.

Ia adalah ibu dari si Dokter rupawan.

"Di terima!" ucap kedua orang tua Camellia bersemangat.

"Mamah ..! Papah ..!" ucapnya kesal setengah berbisik.

Camellia melirik ke dua orang tuanya bersamaan. Yang di lirik menatapnya tajam, membuat ia tak bisa berbuat banyak selain hanya pasrah. 

Saat pendangannya beradu dengan Jerry, pria itu tengah tersenyum penuh kemenangan. Membuat Camellia kesal, namun hanya bisa menghela nafas berat.

"Jadi kapan kita laksanakan pernikahannya?" ucap mama Jerry.

Jerry datang melamar hanya bersama ibunya, karena ayahnya sudah lama meninggal.

"Gimana kalau kamis besok." saran papa Camellia.

"Wah boleh juga tuh, malamnya bisa langsung ambil sunnah." sambung sang ibu antusias sambil cekikikan.

Sontak membuat Camellia melirik ke dua orang tuanya shock.

"Mah ... Pah ... Apa nggak kecepetan! Lagian aku belum siap nikah muda." protes Camellia.

"Sshtt..!" sang mama menatapnya tajam dengan mata melotot, pertanda hal yang tak bisa Camellia bantah.

Lagi-lagi gadis itu hanya pasrah memikirkan nasibnya kelak, bagaimana bisa ia hidup se-atap dengan psikopat. Membayangkannya saja ia sudah bergidik ngeri.

Lamaran Jerry pun di terima dengan hangat oleh keluarga Camellia, mereka semua setuju dan mendukung pernikahan yang akan di laksanakan minggu depan, di hari kamis. 

Mama Jerry memberikan beberapa hantaran lamaran pada keluarga camellia, ada tas dan high hills branded di dalamnya. Sontak membuat kedua orang tua gadis itu semakin yakin jika Jerry lah yang terbaik untuk anak mereka. Setelah itu Jerry dan mamanya pun pamit pulang.

Setelah mobil milik Jerry sudah menghilang dari halaman rumah mereka, Camellia bergegas menghampiri kedua orang tuanya.

"Mamah sama papah tega ngejual aku!?" 

"Ngejual apa-an si mel? Kita ini ngasih yang terbaik buat kamu, Jerry itu ... Udah ganteng, ramah, mapan lagi! Kurang apa coba? Harusnya kamu itu bersyukur bisa di lamar sama seorang doktet kaya Jerry! Ini ... Malah sok jual mahal!" cerocos sang ibu panjang lebar, membuat telinga Camellia panas.

"Iya mel, bener kata mama tuh. Kalau kamu sama dia, kamu nggak usah capek-capek kerja, hidupmu pasti terjamin." sang papa ikut menimpali.

"kalian nggak tau aja siapa dia! Dia itu psikopat mah ... Pah ..!" suaranya bergetar, netra matanya berkaca-kaca.

Orang tuanya saling bertukar pandang lalu tertawa, bukannya simpati, mereka malah menganggap Camellia sedang sakit.

"Kamu kayanya lelah deh mel, istirahat gih!"

"Iya ni, ngomongnya jadi ngelantur."

"Aaagghhrr ... Susah ngomong sama orang tua yang nggak peka!"

Gadis itu gusar, kemudian ia berlari masuk ke kamarnya. Ia kunci pintu, dan menjatuhkan tubuh rampingnya di atas ranjang. 

Air matanya luruh, ia terisak dan merutuki dirinya sendiri. Menyesali kebodohan dirinya yang terlalu ingin tahu saat kejadian itu. Ia sangat menyesal!

Seandainya kamu tidak disana mungkin hal ini tidak akan terjadi Camellia..

Harusnya kamu langsung pulang saat itu Camellia..

Kenapa kamu bodoh! Dan pada akhirnya orang itu tetap matikan!?

Hatinya dan kepalanya terus bergumam, membuat dirinya semakin kacau!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status