Mendengar saran tiba-tiba dari Kyle, yang tampaknya sudah sangat putus asa mencari ke mana lagi harimau yang diinginkan istri bosnya, Ryuka sahabat Richard tertawa terbahak-bahak. "Sepertinya dia benar, Dante. Mungkin selama ini kamulah yang dianggap Jeany sebagai harimau!" gelak Ryuka, tak bisa menahan tawanya lagi. Richard menatap Kyle dengan tatapan dingin dan berkata dengan tegas. "Kyle, keluar dari ruanganku!""M-maafkan saya, Bos!"Kyle membungkukkan badannya meminta maaf sebelum berjalan tergesa-gesa keluar ruangan, sedangkan Ryuka masih tertawa. "Dante, kenapa kamu tidak ikuti saja ide bawahanmu, siapa tahu benar, kan?""Ryuka, kamu juga keluar!" usir Richard, yang membuat Ryuka tertawa lagi. "Oke, oke. Tenangkan dirimu, Dante. Tapi kuharap kamu memikirkan ide bawahanmu tadi," ucap Ryuka dengan ekspresi geli, tak bisa membayangkan bagaimana seorang Dante Richardo yang begitu penuh kuasa dan dominan, memakai cosplay hewan harimau. Sebelum Richard semakin marah, Ryuka terb
"Astaga! R-Richard... kamu... kamu kenapa?"Malam itu, Jeany menunggu suaminya Richard pulang seperti biasa dan dia dibuat sangat terkejut oleh penampilan sang suami ketika pulang ke rumah.Dia... dia memakai topeng harimau! Bukan hanya topeng harimau biasa, tapi benar-benar seperti bentuk kepala harimau lengkap dengan loreng lorengnhay, sehingga orang-orang yang tidak tahu mungkin akan mengira bahwa dia manusia berkepala harimau. "Apa yang.... "Jeany tak sanggup melanjutkan ucapan. Wanita itu mundur satu langkah dengan ekspresi ketakutan, khawatir jika tingkahnya ini adalah kode bagi dirinya dari Richard, untuk tidak main-main dengan ketua mafia seperti dirinya, yang beberapa waktu terakhir, Jeany repotkan masalah harimau mengaum. Reflek, Jeany yang tegang, memegang perutnya yang mulai sedikit buncit dengan ekspresi takut saat melihat Richard, Jeany semakin mundur sebagai bentuk perlindungan diri. "Ada apa... apakah ini bentuk protesmu, Rich? M-maafkan aku kalau selama ini tida
"S-suka?"Jeany membeo dengan ekspresi bingung, sangat tak mengerti kenapa Richard berpikir bahwa dia akan suka melihat suaminya memakai kostum harimau. "Iya, bukannya ini yang kamu inginkan, Jeany?"Richard mengangguk dengan ekspresi yang menunjukkan bahwa dia tak mengerti alasan kenapa Jeany malah ketakutan melihat dirinya memakai kostum harimau. "Ya, aku pikir kamu akan suka saat melihat aku dandan jadi harimau. Karena... yah, menurutmu apa ada harimau yang ganteng dan wangi? Semua wajah harimau sama. Jadi aku... aku kira kamu sedang membicarakan tentang sebuah metafora," jawabnya lagi, sambil memeluk Jeany karena merasa bersalah telah membuat sang istri ketakutan. "Metafora di mana kamu yang kumaksud sebagai harimau, apakah begitu?" tanya Jeany, keheranan dengan kesimpulan suaminya. Richard mengangguk lagi. Tanpa ragu. "Ehm, ya. Aku sebenarnya tidak berpikir sampai situ sih awalnya, tapi—"Richard itu tampak ragu-ragu mengucapkan alasan kenapa dia memiliki ide memakai kostum
Richard selalu siap siaga di sekitar Jeany, begitu kandungan istrinya masuk bulan 9.Dia terlihat lebih bersemangat dengan kelahiran bayi ini daripada Jeany. Bagaimana tidak, seorang pewarisnya akan lahir. "Semuanya normal, janin dalam perut Anda sangat sehat, Nyonya," ucap dokter kandungan pribadi pada Jeany, saat Jeany memeriksakan kandungan untuk jadwal rutin."Syukurlah," ujar Richard saat mendengar itu. Akhir-akhir ini dia sangat bersemangat dengan kelahiran pewarisnya, tapi juga sering menghawatirkan istrinya. Richard merasa paranoid sendiri dengan ngerinya persalinan normal dan berkali-kali membujuk Jeany untuk melakukan operasi. Namun, Jeany bersikeras untuk melahirkan secara normal. "Tidak, Rich. Dokter mengatakan aku aman untuk melahirkan normal, jadi apa yang perlu dikhawatirkan?"Jeany tetap bersikeras pada pendiriannya. "Tapi Jeany, suamimu ini juga seorang dokter," sanggah Richard, yang tiba-tiba merasa tak terima karena Jeany lebih percaya orang lain daripada diri
"Nyonya, saya akan memeriksa kondisi Anda, ya."Beberapa saat kemudian, dokter Joanna memeriksa kondisi Jeany lagi dan melaporkan pada Richard jika persalinan masih cukup lama. Jika Jeany ingin menjalani persalinan secara normal, maka Jeany harus banyak bergerak untuk merangsang terbukanya jalan lahir. "Anda bisa berjalan-jalan ringan di sekitar taman rumah sakit, Nyonya. Karena ini persalinan pertama, maka jarak pembukaan satu ke lainnya akan cukup lama. Anda bisa menggunakan waktu dengan berjalan jalan dan bergerak ringan," jelas dokter Joanna dengan lembut. Karena Jeany terus bersikukuh untuk melahirkan secara normal, Richard akhirnya memerintahkan kepada dokter Joanna dan perawatnya untuk standby dan memeriksa kondisi Jeany secara berkala, sementara dirinya mulai naik pesawat terbang pulang. "Jeany, tunggu aku, Sayang. Aku akan segera datang."Dia menggunakan jet pribadi agar segera sampai rumah. Richard juga memberi perintah kepada dokter Joanna untuk membawa Jeany ke ruang V
"Halo, dua bidadari kecilku."Richard pulang sambil menyapa istri dan putrinya begitu masuk kamar. Dia lebih dulu mendatangi Maureen, sang putri yang kini berusia dua bulan di box bayi dan mencium pipinya yang gembul. "Sayangku, cintaku. Apakah kamu merindukan papa?" sapa Richard, menowel pipi Maureen yang tertawa-tawa karena sentuhan Richard. Melihat putrinya yang cantik tertawa dengan begitu menggemaskan, Richard mencium keningnya lagi.Setelah kelahiran putrinya, Richard merasa hidupnya sangat bahagia. Setiap hari dia selalu tak sabar untuk segera pulang kerba melihat putri dan istrinya, yang cantik dan menggemaskan. Rasanya hari-harinya selalu ceria. Setiap hari Richard selalu membeli oleh-oleh mainan untuk Maureen dan makanan untuk istrinya. Betapa bahagianya kehidupannya saat ini. Richard kembali menggoda putrinya yang terus tertawa, tampak memegang tangan Richard seperti sudah lama merindukan ayahnya. Sampai terdengar suara teguran dari belakang punggungnya. "Ehmmm! Se
"Ibu?"Richard baru saja mencuci muka agar wajahnya segar, saat melihat nyonya Rosalie berdiri di depan kamar tempat Jeany dirawat. Pria itu mempercepat langkahnya ke arah sang ibu, sambil menoleh ke dalam kamar untuk melihat keadaan istrinya, tatapan Richard terlihat sangat waspada kepada ibunya. Di saat seperti ini, Richard tidak bisa untuk tidak mewaspadai ibunya. Nyonya Rosalie menyadari itu, tapi dia dengan sengaja memasang ekspresi tak peduli. Dengan nada tenang, wanita setengah baya itu berkata. "Dante, aku mendengar bahwa istrimu jatuh koma dan langsung ke sini," ucapnya dengan ekspresi sedih yang penuh dengan kepura-puraan sehingga membuat Richard muak. "Oh, begitu. Terima kasih."Richard menjawab dengan nada datar, terlalu malas berinteraksi dengan ibunya. Bukankah sang ibu tega menghapus Richard dari daftar penerima warisan, kenapa sekarang dia datang ke sini lagi? "Bolehkah aku melihat kondisi istrimu, Dante? Aku sangat khawatir," pinta nyonya Rosalie, saat Richard t
"K-Kamu bilang apa?!"Richard, yang sudah berdiri dari duduknya, terlihat tak percaya dengan laporan Joseph. "Tolong ulangi lagi. Aku pikir telingaku bermasalah," desah Richard dengan tatapan tegang. Joseph mengangguk berkali-kali dan berkata dengan nada tegas. "Anda tidak salah dengar, Tuan. Nyonya Jeany telah bangun dari koma! Saya sendiri yang mendapat laporannya untuk disampaikan kepada Anda, karena Anda di telepon berkali-kali tidak bisa!"Richard melebarkan matanya, teringat bahwa dia memang meninggalkan ponsel miliknya di kamar karena tergesa-gesa menerima kedatangan ibunya tadi. "Mayes, bawa Maureen. Ayo ke rumah sakit sekarang juga!" titah Richard, segera beranjak dari tempatnya. Dia bahkan tak berusaha untuk pamit kepada ibunya yang ada di sana dan menegaskan kembali kepada Mayes untuk membawa serta Maureen ke rumah sakit. Saat Richard berjalan cukup jauh, ibunya dan Shena mengejar. "Dante, bagaimana mungkin putrimu juga ikut dibawa ke rumah sakit? Kenapa tidak diting