Karena mendapatkan istirahat yang cukup, tubuh Anna jadi lebih segar dari sebelumnya. Dia pun langsung bersiap untuk memulai aktivitas berjalan-jalan di kota Paris bersama dengan suaminya. Hari ini Eric akan mengajak sang istri pergi ke sebuah sungai yang sangat iconic di negara Prancis. Banyak sekali turis mancanegara yang datang ke tempat ini hanya untuk saling mengikat janji sehidup semati. Anna merasa sangat takjub dengan keindahan sungai Seine yang sangat cantik. Di tepi sungai sudah disediakan sebuah jalanan yang terbuat dari kayu yang dipahat rapi. Dengan menggandeng tangan sang suami, Anna berjalan menyusuri jalanan itu. Cuaca yang mulai dingin tetapi hatinya malah terasa hangat. Bahkan kini kedua tangan mereka saling menghangatkan satu sama lain seperti mentransfer energi dari dalam diri. Anna menolehkan kepala, melihat Eric yang sedang fokus menatap jalanan. Dia pun semakin mengharapkan pelukannya di lengan suaminya. Anna seakan tidak mau lepas dari Eric. Dia seperti kha
Anna terkesiap, dia menatap Eric yang menatapnya bagai seekor singa kelaparan. Perlahan dia melangkah mundur, Anna tahu bahwa dia akan kalah jika berhadapan dengan suaminya. "Anna," Eric menggeram, dia seakan sudah siap untuk menerkam Anna kapanpun dia mau. Sementara Anna, tubuhnya tiba-tiba membentur dinding. Membuat gerakan yang terkunci, hingga dia tidak bisa lari. Tepat pada saat itu, dengan kecepatan tinggi, Eric menghampiri sang istri. Tanpa bisa bergerak, Anna terkunci dalam pelukan sang suami. "Kamu tidak akan bisa lari dariku!" Eric berseru. Tanpa mendengar tanggapan Anna, pria itu langsung menggendong tubuh istrinya. Membawanya semakin masuk ke dalam kapal pesiar, hingga akhirnya dia telah sampai di depan sebuah kamar. Dengan satu gerakan, Eric membuka pintu kamar itu dan seketika pemandangan di depan mereka membuat Anna merasa sangat takjub. Semenjak Anna dan Eric memutuskan untuk hidup bersama dengan perasaan cinta, begitu banyak hal-hal baru yang terjadi dalam hidup
Entah sudah berapa lama Anna terpejam setelah kenikmatan maha dahsyat yang diberikan oleh suaminya. Anna terkapar, tak berdaya, lututnya lemas sampai dia tidak mampu menopang tubuhnya. Anna sudah berusaha berkali-kali untuk bangun tetapi tetap saja tidak bisa. Eric seakan membuatnya habis sehabis-abisnya sampai tidak mampu untuk sekedar bangun dan pergi ke toilet.Tadinya Anna berniat hanya beristirahat sejenak sambil mengumpulkan tenaga. Tetapi tidak disangka dia malah jadi tertidur pulas. Anna seperti habis diberikan obat tidur yang membuatnya terus saja terlelap sampai pagi menjelang. Ketika Anna sudah bangun, malam sudah berlalu dan berganti menjadi keesokan paginya.Anna menolehkan kepala ke arah samping dan tidak menjumpai siapapun di sana. Perlahan dia mencoba untuk membangun dan memanggil nama suaminya. "Eric," Anna memanggil sang suami, tetapi dia tidak mendapatkan jawaban. Anna berusaha untuk menurunkan satu persatu kakinya tetapi ternyata membutuhkan usaha yang keras. Lag
Anna menatap Eric dengan tidak mengerti bertanya, "Maksudnya? Apa kita akan turun sekarang juga dari kapal ini?" Eric hanya tersenyum menanggapi, pria itu menarik tangan Anna kemudian mengajaknya masuk ke dalam badan kapal. Mereka semakin masuk ke dalam hingga akhirnya menjumpai sebuah ruangan. Di sana sudah ada seorang petugas yang tersenyum sembari membukakan pintu untuk mereka. "Eric, kita mau kemana?" Anna bertanya dengan penasaran. "Aku akan mengajakmu berenang," jawab Eric, dia segera menarik sang istri untuk masuk ke ruangan itu. Seketika kedua mata Anna membelalak, dia tidak pernah menyangka bahwa ada sebuah kolam berenang dalam ruangan di kapal ini. Suhu di ruangan ini sudah diatur sedemikian rupa hingga menjadi hangat. Eric mengajak sang istri untuk duduk di pinggir kolam kemudian mencelupkan tangan Anna. Saat itu juga Anna lagi-lagi dibuat terkejut karena suhu air kolam yang juga hangat. Jika mereka berenang di sini, tidak akan takut kedinginan. Anna melihat ke arah E
Anna berjalan ke arah kolam renang dengan sang suami yang mengekor di belakangnya. Sejujurnya ini adalah kali pertama setelah bertahun-tahun Anna tidak berenang. Dia tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk melakukan salah satu hal yang disukainya. Selalu Clarissa yang menjadi poin utama ketika Agatha tidak memperbolehkannya melakukan keinginannya. Anna berjongkok di tepi kolam, dia menurunkan kedua kakinya. Seketika itu juga rasa hangat langsung menjalar ke tubuhnya. Anna seperti sedang berendam di pemandian air panas. "Kenapa? Apakah kamu takut?" Anna menolehkan kepala dan menatap sang suami yang sedang memperhatikannya. Dia tersenyum lalu menggelengkan kepala. "Lalu kenapa kamu tidak turun? Apakah kamu sedang menungguku?" Eric bertanya sembari menatap Anna dengan menggodanya. Anna berdecak kesal kemudian menatap sang suami dengan tajam, "Aku memang bisa berenang, tapi bukan berarti aku jago berenang. Dengan tinggiku yang hanya 160 cm, kedalaman kolam renang ini dua meter, ten
Anna membuka kedua matanya yang terasa sangat berat. Dia mencoba untuk menggerakkan tangannya, tetapi juga sulit dilakukan. Hingga akhirnya samar-samar Anna mendengar suara yang sangat dia kenal sedang memanggil namanya. Setelah usaha yang keras, Anna akhirnya bisa membuka kedua mata. "Anna, kamu tidak apa-apa?" Anna menoleh, dilihatnya Eric yang menatap dengan cemas. Pria itu langsung menekan tombol nurse call dan kembali memperhatikan wajah istrinya. "Eric," Anna bersusah payah untuk memanggil nama suaminya. Tetapi tenggorokannya seperti tercekat, sulit sekali baginya untuk bisa berbicara. "Apa yang kamu rasakan? Apa ada bagian tubuhmu yang terasa sakit?" Belum sempat Anna menjawab, seorang petugas datang menghampiri mereka. Memeriksa alat infus dan juga tubuh Anna. Setelah selesai, dia segera menjelaskan kondisi Anna pada Eric.Saat mendengar kondisi Anna yang membaik, barulah Eric bisa bernapas dengan lega. Petugas itu mengucapkan beberapa kata lalu pergi meninggalkan mereka.
Hari itu akhirnya Eric menyetujui keinginan Anna untuk tetap tinggal di kapal selama mereka liburan. Apapun asalkan Anna merasa bahagia, maka akan Eric lakukan. Namun, tentu dengan sebuah persyaratan, hari itu mereka harus beristirahat penuh dan tidak boleh melakukan apapun kecuali berjalan-jalan di sekitar kapal. Bahkan ketika Anna ingin berdiri di balkon kamar, tetap harus ada Eric yang mendampinginya. Seperti yang dilakukan Eric sekarang, Anna merasa bosan karena mereka hanya berada di kamar setelah dia diperbolehkan keluar dari ruang kesehatan. Jadi, Eric memberikan sebuah opsi supaya Anna bisa menghirup napas bebas dengan duduk di balkon kamar. Suara riak air terdengar sangat merdu di telinga, Anna memejamkan kedua mata, merasakan hembusan angin yang sangat menenangkan jiwa. Berulang kali Anna menarik napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Terasa sangat menenangkan. "Bagaimana? Kamu suka?" Eric bertanya, dia mengambil tangan Anna untuk digenggamnya dengan erat. An
Mendengar kalimat yang diucapkan oleh sang suami, seketika membuat wajah Anna bersemu merah. Bagai tomat ceri yang baru saja matang, semakin membuat Eric merasa gemas dengan istrinya. Eric menghembuskan napas dengan pelan, aroma mint langsung tercium harum di indra penciuman Anna. Tanpa sadar Anna memejamkan kedua mata, merasakan hembusan napas sang suami yang terasa menenangkan untuknya. Saat itu, Anna merasakan sebuah tangan besar yang menyentuh wajahnya. Tangan yang besar dan hangat, membuatnya sangat nyaman. Tanpa ditanya, Anna tahu bahwa tangan itu adalah milik suaminya. Sentuhan Eric tanpa sadar membuat sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman. Beberapa saat hanya ada keheningan di antara mereka hingga akhirnya Anna bisa merasakan hembusan nafas yang hangat di telinga kanannya. Tak lama terdengar suara berbisik yang berkata, "Aku menginginkanmu malam ini." Anna langsung membuka kedua matanya, menatap sang suami yang terlihat serius dengan kata-kata yang diucapkan barusan