Dini kembali ke pondok pesantren dengan raut wajah yang cukup kesal. Bagaimana pun juga, Dini merasa apa yang di lakukan oleh Fitri pada dirinya sudah begitu keterlaluan. Sehingga Dini sudah tidak bisa memaafkan Fitri kembali.Dini duduk di ayunan dengan terik mentari yang menyorot langsung ke wajahnya. Ia sama sekali tidak peduli dengan panas yang terus membakar dirinya. Dini berharap bisa tenang dengan berada di ayunan tersebut. Meskipun matahari semakin menciptakan suasana yang cukup panas di tubuh Dini. Tetapi ia tetap berusaha untuk bisa tenang. Tidak lagi terbawa emosi dengan apa yang sudah di lakukan oleh Fitri pada dirinya.Gus Fiment melihat Dini, dia mencoba mendatangi Dini. Gus Fiment menyadari kegelisahan yang sedang di rasakan oleh Dini. Sehingga Gus Fiment mencoba menghibur Dini dengan caranya sendiri."Assalamualaikum," sapa Gus Fiment dengan begitu lembut."Wallaikumsallam," jawab Dini turun dari ayunan."Kamu tidak panas berada di sini?" Tanya Gus Fiment.Dini menoreh
Dini sudah tidak sabar untuk mengajar di kelas. Dia merasa ini akan jadi pengalaman yang cukup mengesankan bagi seorang Dini. Apalagi dia berhasil mengalahkan beberapa orang yang di rasa punya pengalaman yang jauh dari Dini. Sehingga ada rasa bangga yang tentunya di rasakan oleh Dini.Mendapatkan sebuah seragam yang di kenakan oleh semua pengajar. Dini terlihat cantik dengan hijab berwarna senada. Penampilan dari Dini pun tidak luput dari pujian semua orang yang ada di pondok pesantren."Definisi bidadari turun dari surga," ucap seorang Santri dengan wajah kagum. "Aku boleh iri gak?" ucap Santriwati pertama kali melihat wajah Dini. Segala pujian yang datang pada Dini di hari ini. Tidak membuat dia merasa tinggi hati. Justru sebaliknya, dia merasa senang dengan penampilan dari dirinya yang mendapatkan banyak pujian. Hal yang tidak pernah dinduga oleh Dini sebelumnya. Sehingga ia begitu bersemangat untuk bisa mengajar di hari pertama ini. Sebelum masuk kelas, Fachri terlihat menghamp
Baru masuk ke dalam ruang kerjanya. Fachri langsung di panggil oleh Gus Fiment untuk menghadapnya. Ada suatu hal yang ingin di bicarakan oleh Gus Fiment pada Fachri. Sehingga ia segera memanggil Fachri untuk masuk ke dalam ruang kerjanya. Tanpa pikir panjang, Fachri segera mendatangi ruang kerja Gus Fiment. Dia penasaran dengan apa yang ingin di bicarakan oleh Gus Fiment. Sehingga ia di panggil masuk ke dalam ruang kerjanya. Sampai di ruang kerja Gus Fiment, dengan mengucapkan salam. Fachri terlihat begitu bingung, sebab ia masih sedikit bertanya-tanya akan pemanggilan yang di lakukan oleh dirinya oleh Gus Fiment. "Ada apa Abi memanggil ku ke sini?" Tanya Fachri dengan raut wajah penasaran. "Duduk dulu. Abi hanya ingin bertanya beberapa hal pada mu," ucap Gus Fiment. Fachri segera duduk di kursi di depan Gus Fiment. Dia masih terlihat penasaran dengan pertanyaan yang ada di dalam hatinya. Entah mengapa Gus Fiment tiba-tiba memanggil dirinya ke ruang kerja. Tidak biasanya hal ini
Gus Fatur nampak bingung untuk mencari cara lain dalam mendapatkan tanah di belakang pondok pesantren. Sudah banyak cara di lakukan oleh dirinya. Tetapi tidak ada satupun yang berhasil. Gus Fatur pun merasa begitu we frustasi. Mengingat semua cara yang di lakukan oleh dirinya sama sekali tidak berhasil. Hal yang tidak pernah bisa di bayangkan oleh Gus Fatur. Gus Fatur terus memasang wajah yang murung. Wajah yang kurang di sukai oleh Ferdi. Sehingga Ferdi pun tidak segan untuk memarahi Gus Fatur yang terlihat sudah putus asa dalam mendapatkan tanah milik ayahnya tersebut. Gus Fatur merasa sudah berada di jalan buntu. Tidak ada pilihan lain yang bisa di lakukan oleh Gus Fatur. Itu yang membuat Gus Fatur seperti sudah mati rasa untuk mendapatkan tanah tersebut. "Kamu mau menyerah?" Tanya Ferdi dengan wajah kesal. "Bagaimana lagi. Segala usaha sudah kita lakukan. Tetapi tidak ada hasilnya sama sekali. Kegagalan seolah bersahabat dengan kita. Sehingga aku tidak yakin setiap usaha lain a
Sadar ia yang tidak mungkin bersaing dengan Fachri. Menciptakan satu sikap yang cukup aneh di tunjukkan oleh Gus Fiment akan Dini. Ia terlihat mulai menjauh dari Dini. Menghindari kedekatan yang akan menimbulkan perasaan yang lebih di dalam hatinya.Dini memanggil Gus Fiment dengan suara yang begitu keras. Dia segera menghampiri Gus Fiment saat tahu, Gus Fiment sadar akan suara teriakan yang di lakukan oleh dirinya. Namun Dini sedikit kecewa, saat Gus Fiment kurang suka dengan cara Dini yang berteriak memanggil nama Gus Fiment."Assalamualaikum Gus," sapa Dini."Wallaikumsallam," jawab Gus Fiment.Dini tersenyum melihat Gus Fiment yang terlihat semakin mempesona."Din. Kalau bisa. Jangan manggil seseorang itu dengan suara teriakan yang kencang. Itu tidak baik. Sama sekali tidak baik. Ingat itu," ucap Gus Fiment dengan tegasnya.Dini pun langsung merasa bersalah dengan apa yang sudah di lakukan. Dia segera menunduk sembari meminta maaf pada Gus Fiment."Maafkan saya Gus. Saya janji, ti
Menikmati matahari yang terbenam dengan indahnya. Seakan menjadi hal yang cukup indah di rasakan oleh Fachri. Ia tidak ingin melewatkan kesempatan emas itu. Sehingga ia berniat mengajak Dini untuk menikmati momen yang cukup indah tersebut.Satu pesan segera di kirim Fachri pada Dini. Pesan yang cukup manis itu, seketika membuat Dini bersemangat untuk menikmati suasana sore yang indah tersebut. Dini tidak ingin melewatkan momen yang cukup indah tersebut. Ia pun mengiyakan ajakan dari Fachri untuk menikmati suasana sore.Dengan pakaian yang sederhana, Dini sudah lebih dulu menunggu Fachri di depan gapura pondok pesantren. Dia antusias untuk segera menyaksikan bagaimana matahari terbenam dengan begitu indahnya. Hal yang jarang Dini lihat di kota. Mungkin itu yang membuat Dini merasa begitu penasaran dengan matahari yang di janjikan oleh Fachri. Fachri senang saat melihat Dini yang antusias di depan gapura pondok pesantren. Dia segera menghampiri Dini, untuk segera menyapanya. Hal yang m
Tanpa sengaja, Khadijah menjatuhkan gelas berisi air panas yang di minta oleh kiayi Musthofa. Entah apa yang membuat dia begitu ceroboh. Sehingga lupa memegang gagang gelas tersebut. Alhasil, gelas kaca itu pun jatuh ke atas lantai. Menciptakan suara yang cukup keras terdengar oleh banyak orang. Fatimah yang juga mendengar suara gelas yang jatuh tersebut. Segera datang ke dapur untuk menemui Khadijah. Mungkin dia bisa menolong Khadijah dalam membersihkan pecahan beling yang berserakan. Sehingga Khadijah tidak akan membersihkan gelas itu sendirian saja. "Ada apa Bi?" Tanya Fatimah dengan raut wajah penasaran. "Tidak ada apa-apa. Hanya saja aku ceroboh. Sehingga menjatuhkan gelas ini," jawab Khadijah mulai membersihkan pecahan beling. Fatimah segera menunduk, membantu membersihkan pecahan beling yang berserakan di atas lantai. Dia terlihat begitu berhati-hati, saat membersihkan pecahan beling yang ada di atas lantai. Berbeda dengan Khadijah yang terlihat begitu sembrono. Tak ayal, t
Matahari terbenam, tentu menjadi hal yang paling di tunggu oleh banyak orang. Semua orang yang pergi ke pantai, tentu merasakan perasaan yang cukup sumringah saat akan melihat momen yang ada. Tidak ada yang membuat orang lain kecewa, selain melihat bagaimana matahari terbenam dengan perasaan yang gembira. Itu yang di rasakan oleh semua orang. Juga di rasakan oleh Dini yang akan melihat secara langsung matahari terbenam.Tidak mungkin menjadi momen yang yang langka. Saat melihat matahari terbenam tidak dengan makanan yang akan mengganjal perut. Sepertinya makanan dengan porsi yang tidak terlalu banyak.Fachri melihat gerobak siomay yang tidak jauh dari tempat dirinya berada. Fachri segera menghampiri gerobak siomay itu. Tentu ia ingin memesan dua porsi siomay untuk dirinya dan Dini. Tanpa bertanya terlebih dahulu pada Dini. Mengingat Dini yang tidak suka dengan makanan pedas."Boleh pesan dua porsi siomaynya Pak?" Ucap Fachri."Makan sini atau bungkus?" Tanya balik penjual siomay."Mak